Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa
terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat
intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang
digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang
serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari
tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan
bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil
belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal
yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan
cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum
mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi
‘maem-maem’.
Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru
bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya
membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh
anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat
berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun
menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di
sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang
lain.
b. Karakteristik Perkembangan
Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah
bahasa yang telah berkembang dilingkungan remaja dan dengan demikian bahasa
remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan
keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan
sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam
keluarga atau bahasa itu. Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan
diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti
pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan
memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di
dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah.
Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah
sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan
memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana
merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh
pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga
bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang
berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi,
bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan
pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem
terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan
yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan
bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal
ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan
tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah
atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan,
dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya
memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif
dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa
Berbahasa terkait
erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Umur anak
Manusia bertambah
umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman dan
meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan
pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi
sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk
melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis
yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan
dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan
cara berkomunikasi dengan baik.
2. Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat
anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa.
Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan
pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan
daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari
dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam
kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial
lainnya.
3. Kecerdasan
anak
Untuk meniru bunyi
atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang
baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat
dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain,
amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
4. Status sosial
ekonomi keluarga
Keluarga yang
berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi
perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial
tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak
perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik
dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa.
5. Kondisi
fisik
Kondisi fisik di sini
kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk
berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan
mengganggu perkembangan alam berbahasa.
d. Pengaruh Kemampuan Berbahasa
Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa
dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan
berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan
berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan
berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis
dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi
berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan
gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses
berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat
ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih
lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar.
Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam
bahasa
e. Perbedaan Individual dalam Kemampuan
dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky
(Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas
berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan
mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak
tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang
mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan
bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan
berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya
perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa
juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi
perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru.
Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga
akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
f. Upaya pengembangan kemampuan bahasa
remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok
belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun
polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar
bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan
pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata
dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa
guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa
murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil
identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan
perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan
benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu
diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun
cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan
menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa
yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun
tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan
model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk
diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa
seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan
di sekolah maupun dirumah.