Pengantar
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat beberapa kerangka dan bagian-bagian yang harus dipatuhi. Kerangka dan bagian-bagian dari karya ilmiah ini selain berfungsi sebagai acuan dasar penulisan juga dapat mempermudah penulis untuk memaparkan alur tulisannya. Untuk itu, sebelum karya ilmiah ditulis maka kerangka dan bagian-bagian karya ilmiah merupakan langkah awal yang harus dilalui oleh penulis.
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan ini peserta pelatihan diharapkan memiliki kemampuan memahami kerangka penulisan karya ilmiah, dan metode penulisannya.
Kompetensi dasar
Setelah menempuh mata kuliah ini, diharapkan peserta pelatihan:
1. Dapat menjelaskan bagian-bagian dari kerangka karya ilmiah untuk artikel dan makalah
2. Dapat menyusun pendahuluan, tinjauan pustaka, metode kajian (langkah penulisan karya ilmiah)
3. Dapat menyusun contoh penyajian hasil kajian dan pembahasan
4. Dapat menyusun contoh pembuatan simpulan dan saran
A. JUDUL
Karya ilmiah baik artikel jurnal, makalah bahan seminar maupun laporan hasil penelitian di tulis dengan judul tertentu. Judul karya ilmiah ditulis dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
(a) Dirumuskan secara singkat
(b) Mencerminkan area permasalahan, variabel penelitian dan target populasi
(c) Memuat kata-kata kunci yang akan diacu dalam penelitian
(d) Memisahkan antara judul utama dan judul pelengkap
B. KATA PENGANTAR
Dalam kata pengantar dicantumkan ucapan terimakasih penulis yang ditujukan kepada orang-orang, lembaga, organisasi, dan/atau pihak-pihak lain yang telah membantu dalam mempersiapkan, melaksanakan dan menyelesaikan karya ilmiah tersebut. Tulisan kata pengantar dikerik dengan huruf kapital, simetris di batas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. teks pada pengantar diketik dengan spasi ganda (2 Spasi). Panjang teks tidak lebih dari dua halaman kertas kuarto. Pada Bagian akhir teks (di pojok kanan-bawah) dicantumkan kata penulis tanpa menyebut nama terang.
C. ABSTRAK
Kata abstrak ditulis di tengah halaman dengan huruf kapital, simetris dibatas atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis dikerik dengan jarak dua spasi dari kata abstrak, di tepi kiri dengan urutan nama akhir diikuti koma, nama awal, nama tengah (jika ada), diakhiri titik. Tahun penulisan ditulis setelah nama diakhiri dengan titik. Judul dicetak miring dan diketik dengan huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertam dari (setiap kata) dan diakhiri dengan titik. Kata jenis karya ilmiah, misalnya skripsi, tesis atau disertasi ditulis setelah judul dan diakhiri dengan koma, diikuti dengan nama jurusan, tidak boleh disingkat, nama universitas dan diakhiri dengan titik. kemudian diocantumkan siapa nama pembimbing penulisan karya ilmiah tersebut.
Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkandi bawah nama dosen pembimbing. Jumlah kata kunci berkisar antara 3-5 buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul penelitian dan lapotran penelitian dengan mudah.
Dalam teks abstrak disajikan secara padat intisari penelitian dan laporan penelitian yang mencakup latar belakang, masalah yang diteliti, metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, kesimpulan yang dapat ditarik, dan saran yang diajukan.
Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal. Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen lengkap secara secara cepat dan akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut. Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua paragraf), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/pengkajian, metode yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik.
Contoh Abstrak Laporan Hasil Penelitian:
Abstrak
Kelestarian hutan dan ketahanan pangan merupakan dua hal yang seringkali issue yang mengemuka. Terkait dengan issue tersebut yang perlu diketahui adalah kemungkinan memanfaatkan hutan untuk medukung ketahanan pangan masyarakat khususnya di sekitar hutan tanpa menimbulkan gangguan kerusakan hutan.
Pemanfaatan Lahan Di Bawah Tegakan (PLDT) di wilayah perhutani merupakan salah satu upaya peningkatan ketahanan pangan. PLDT diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat tanpa menimbulkan kerusakan hutan. Rumusan masalah yang dijadikan tujuan utama penelitian ini antara lain: Kontribusi hasil PLDT setiap satu kali musim tanam; Kajian dan analisa perilaku penduduk terhadap lingkungan hutan; Kajian bentuk dan tingkat responcibility penduduk setempat dalam pemanfaatan lahan hutan milik negara; Solusi jenis tanaman PLDT ramah lingkungan; Model PLDT yang sesuai potensi setempat dalam mendukung ketahanan pangan.
Penelitian ini merupakan jenis research and development yang dilakukan dengan tahap-tahap berikut: Tahap Persiapan; Tahap Pengumpulan Basis Data; Tahap Pembuatan Basis Data Spasial; dan Tahap Pembuatan Laporan. Analisis yang digunakan mencakup pendekatan ekologi bentang lahan; pendekatan keruangan (spatial approach); dan kualitatif-kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) PLDT memberikan konstribusi penciptaan pendapatan pokok dan sampingan bagi sebagian masyarakat; (2) Perilaku penduduk terhadap lingkungan hutan terdiri atas (a) Membuka lahan; (b) Memanfaatkan Lahan Hutan untuk Pertanian; (b) Menjaga Kelestarian Hutan; (c) Menjaga Keamanan Hutan; (3) bentuk dan tingkat responcibility penduduk setempat dalam pemanfaatan lahan hutan milik negara. Terwujud dalam bentuk berikut: pembentukan organisasi kelompok tani, dan pembentukan organisasi LMDH; Peningkatan Partisipasi Desa; (4) Pengembangan Tanaman PLDT Ramah Lingkungan yang telah dikembangkan terdiri atas tanaman perdu kacang tanah, padi, jagung, ketela pohon di hutan jati Semirejo; dan kapulogo, kopi serta tanaman buah di hutan lindung Desa Klakah Kasihan. Model PLDT yang sesuai potensi setempat dalam mendukung ketahanan pangan.
D. PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bab pertama yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan, dan pentingnya suatu karya ilmiah. Pendahuluan dalam laporan penelitian lebih kompek daripada pendahuluan dalam makalah dan artikel ilmiah untuk jurnal. Pendahuluan untuk artikel dan makalah disampaikan secara lebih ringkas dan unsur-unsurnya tidak harus dicantumkan secara eksplisit.
Bab pendahuluan biasanya memuat latar belakang yang dengan singkat mengulas alasan mengapa penelitian dilakukan, tujuan, dan hipotesis jika ada. Memberikan alasan yang kuat, termasuk kasus yang dipilih dan alasan memilih alasan tersebut, perumusan dan pendekatan masalah, metode yang akan digunakan dan manfaat hasil penelitian. Bab ini seyogianya membimbing pembaca secara halus, tetap melalui pemikiran logis yang berakhir dengan pernyataan mengenai apa yang diteliti dan apa yang diharapkan dari padanya. berikan kesan bahwa apa yang anda teliti benar-benar bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pembangunan. Bagian tujuan penelitian mengakhiri bab pendahuluan yang berisi pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Dalam menuliskan tujuan, gunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur dan dilihat, seperti menjajaki, menguraikan, menerangkan, menguji, membuktikan, atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan (Widya dkk, 2004: 6-7).
Pendahuluan dalam penelitian dapat dibedakan pada laporan penelitian kuantitatif dan laporan penelitian kualitatif. Pendahuluan dalam laporan penelitian kualitatif memuat uraian tentang: (1) latar belakang masalah penelitian, (2) identifikasi masalah, (3) cakupan masalah (penegasan dan pembatasan masalah), (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian, (6) keguanaan penelitian, (7) sistematik.
a. Latar Belakang Masalah
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik yang dinyatakan pada judul karya tulis ilmiah itu diteliti. Untuk menerangkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu pengertian topik yang dipilih. Baru kemudian diterangkan argumen yang malatarbelakangi pemilihan topik itu dari sisi substansi dalam keseluruhan sistem substansi yang melingkupi topik itu. Dalam hal ini dapat dikemukakan misalnya adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara teori dan praktek, antara dasolen dan dasain dari konsep dalam topik.
Setelah itu diterangkan keternalaran pemilihan topik dari paradigma penelitian sejenis. Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang memuat hasil-hasil penelitian tentang topik atau yang berkaitan dengan topik yang dipilih. Dengan melihat hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya dapat ditunjukkan bahwa topik yang dipilih masih layak untuk diteliti.
Topik yang pernah diteliti boleh saja diteliti, asal penelitian yang baru itu dapat menghasilkan sesuatu yang baru, yang berbeda dan dapat mengatasi kekurangan hasil penelitian sebelumnya, atau dalam penelitian yang baru itu digunakan teori atau metode tyang berbeda dan diduga dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya.
Dalam skripsi atau tugas akhir, kajian pustaka untuk mengemukakan keternalaran (kerasionalan) pemilihan topik penelitian itu bisa dikemukakan di bawah judul tersendiri, misalnya hasil penelitian sebelum ini. Dalam kajian pustaka itu, pembicaraan dilakukan secara kronologis. Dengan demikian, diketahui kemajuan penelitian yang dilakukan pada peneliti selama ini dan diketahui pula posisi peneliti sekarang dalam deretan penelitian sejenis. Dengan demikian peneliti memiliki alasan yang mendasar (baik empiris, praktis, maupu teoritis) mengenai pemilihan topik penelitiannnya.
Contoh Latar Belakang Masalah:
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain guru, kurikulum, sarana/prasarana, lingkungan belajar dan masyarakat serta pemerintah. Dalam pembelajaran guru dituntut harus profesional dalam melaksanakan tugasnya dan para siswa harus terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan ditunjang dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
Tersedianya guru yang professional, siswa berperan aktif serta tersedianya sarana dan prasarana, belum cukup untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan, perlu tersedianya kurikulum yang senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik maka perlu tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sebagai salah satu mata pelajaran di SMA diajarkan sejak Kurikulum 1984 hingga sekarang. Pada Kurikulum 1984, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi digabung. Mata pelajaran ini tidak dipelajari sejak kelas I SMA, namun diberikan sejak kelas II untuk jurusan A3 dan A4. Pada Kurikulum 1994, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi dipisah. Mata pelajaran Sosiologi diberikan mulai dari kelas II program umum sampai kelas III jurusan IPS dan Bahasa, sedangkan mata pelajaran Antropologi hanya diberikan di jurusan IPS dan Bahasa. Pada Kurikulum 2004 dan KTSP, mata pelajaran Sosiologi diberikan di kelas X, kelas XI dan XII untuk Jurusan IPS. Mata pelajaran Antropologi diberikan di kelas XI dan XII untuk jurusan Bahasa.
Kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi di SMA perlu ditunjang dengan tersedianya guru yang professional, adanya peran aktif dari para siswa, tersedianya kurikulum yang baik, dan ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Muatan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja, tenaga guru yang profesional dan kompeten, sarana dan prasarana disesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidik atau guru sebagai salah satu pelaku dalam kegiatan pembelajaran Sosiologi dan Antropologi harus tersedia secara memadai, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas, guru Sosiologi dan Antropologi harus tersedia dalam jumlah tertentu agar beban mengajarnya tidak terlalu banyak. Secara kualitas, guru Sosiologi dan Antropologi harus memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Meskipun mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi di berikan di SMA sejak Kurikulum 1984, namun lembaga pencetak tenaga guru (ex IKIP) di Indonesia baru tahun 2001 membuka Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Akibatnya, dengan belum adanya tenaga guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi maka menjadi terbatasnya jumlah tenaga guru. Lebih dari itu, mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru-guru yang kekurangan jam mengajarnya. Sebab ada ketentuan dari otoritas pendidikan bahwa beban mengajar guru minimal 18 jam per minggu. Itulah sebabnya tidak aneh jika mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi diampu oleh guru-guru yang berlatar belakang pendidikan Geografi, Sejaran, Teknik, PKn, dan PKK. Bagaimana keadaan dan kebutuhan guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah saat ini? Untuk memperoleh gambaran mengenai ini perlu diadakan penelitian.
b. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu dipecahkan atau dipertanyakan yang perlu dijawab dengan penelitian. Perumusan itu sebaiknya disusun dalam bentuk kalimat tanya, atau sekurang-kurangnya mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau pertanyaan. Yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana. Bagaimana (bisa tentang cara atau wujud keadaan) dimana, kemana, dari mana, mengapa dan sebagainya.
Rumusan masalah harus diturunkan dari rumusan topik, tidak boleh keluar dari lingkup topik. Oleh karena itu, rumusan masalah hendaklah mencakupi semua variabel yang tergambarkan dalam topik. Kalau ada variabel umum dan khusus, hendaklah dirumuskan masalah pokok beserta sub-sub masalahnya. Jadi, rumisan masalah harus terinci dan teruarai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan data pemecahannya.
Rumusan masalah yang baik harus memungkinkan untuk menentukan metode penentuan data dan pemecahannya secara tepat atau akurat. Untuk itu, sebelum masalah dirumuskan perlu diidentifikasi dengan baik.
Identifikasi masalah bisa dikemukakan di bawah sub-judul tersendiri sesudah latar belakang, meskipu yang penting bukan judulnya melainkan identifikasinya. Dengan identifikasi masalah, memungkinkan perumusan masalah yang operasional menjadi lebih mudah. Masalah yang operasional memiliki ciri, antara lain: (1) masalahnya dapat dipecahkan, (2) menggambarkan variabel penelitian yang jelas, (3) bentuk dan jenis data yang diperlukan dapat dipastikan secara akurat, (4) teknik pengumpulan data dapat ditentikan secara tepat, (5) teknik analisis data dapat diterapkan secara tepat.
Permasalahan penelitian dikategorikan baik jika memenuhi kriteria berikut:
(a) Pernytaan masalah pokok bersifat spesifik dan mencerminkan signifikan dan pentingnya penelitian
(b) Analisis yang tajam mengenai fakta, penjelasan, keberadaan informasi dan pengetahuan dan memuat faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi munculnya permasalahan
(c) Mencerminkan interelasi antarvariabel dan relevansinya dengan area permasalahan
(d) Mengungkapkan faktor-faktor atau variabel-variabel yang akan dikaji dan menjalaskna hubungannya dengan area permasalahan
(e) Disajikan secara sistematis dan teratur, memuat interelasi, relevansi fakta dengan konsep dalam area permasalahan
(f) Identifikasi masalah diungkapkan dngam pernyataan yang jelas’
(g) Variabel-variabel penelitian yang dianalisis tidak membingungkan dan secara nyata dapat dibedakan yang tergolong variavel beas, terikat, dsb.
(h) Ada perbedaan yang jelasn antara pertanyaan-pertanyaan masalah dengan orientasi faktual dan orientasi nilai dalam penelitian
(i) Ada perbedaan yang jelas antara orientasi teoritis penelitian dan orientasi praktis, ingin mencari hubungan, perbedan, atau proyeksi
(j) Pernyataan maslah harus mengacu pada perumusan hipotesis, mengungkapkan data empiris atau keduanya
(k) Pernyataan masalah tidak memuat masalah-masalah yang sepele.
Contoh Rumusan Masalah Artikel Ilmiah:
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keterserapan lulusan prodi pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja yang tersedia?
2. Lapangan kerja apa saja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES?
3. Bagaimana upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja?
Contoh Rumusan Masalah Laporan Hasil Penelitian:
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka masalah adalah “Bagaimana keadaan dan kebutuhan guru Sosiologi dan Antropologi di SMA Negeri di Jawa Tengah”? Berangkat dari permasalahan ini maka penelitian ini ingin menjawab :
a. Bagaimana keadaan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?
b. Bagaimana kebutuhan-kebutuhan guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi SMA di Jawa Tengah?
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan apa yang hendak dicapai dengan penelitian. Tujuan dirumuskan sejajar dengan rumusan masalah. Misalnya: (1) apakah ada pengaruh X terhadap Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya pengaruh X terhadap Y, (2) apakah ada antara hubungan antara X dan Y, maka tujuannya ialah menentukan ada tidaknya hubungan antar X dan Y, (3) bagaimanakan persepsi peneliti terhadap pelayanan akademik, maka tujuannya ialah mendeskripsikan persepsi..dst.
H. PENUTUP
Saran dikemukakan dengan mengaitkan temuan dalam simpulan dan jika memungkinka jalan keluarnyajuga disampaikan. saran dapat bersifat praktis atai teoritis. Selain itu, perlu juga dikemukakan masalah-masalah baru yang ditemukan dalan penelitian yang memerlukan penelitian lanjutan.
Kesimpulan dan saran dikategorikan baik jika memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Pernyataan mengenai kesimpulan diungkap secara tepat dan akurat tanpa disertai pernyataan baru atau pengantar yang tidak relevan
(b) Kesimpulan dibuat menurut ruang lingkup generalisasi atas dasar justifikasi data yang disajikan
(c) Kesimpulan seyogyanya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan baru, berupa saran atai rekomendari bagi penelitian lebih lanjut.
(d) Saran yang dikemukakan bersifat objektif dan disertai langkah-langkah operasional bagi implementasinya.
(e) Saran semata-mata ditujukan pada upaya perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang dikemukakan atau berupa rekomendasi aplikasi temuan, berikut langkah-langkah teknisnya.
Contoh Simpulan dan Saran Artikel Jurnal:
Berdasarakan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterserapan lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja, termasuk memerlukan waktu yang singkat dari tahun pertama hingga tahun ketiga telah terserap dengan prosentase yang tinggi.
2. Lapangan kerja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES sebagian besar telah sesuai dengan lapangan kerja yaitu guru mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi atau IPS.
3. Upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja dengan cara mencari informasi melalui teman dan kenalan, media internet, media massa cetak dan metode trial dan error, belum didasarkan pada perencanaan dan konseptual yang jelas dan baru dilakukan setelah lulus.
Contoh Saran dalam Artikel Jurnal:
Saran yang diusulkan dari penelitian ini adalah:
1. Lulusan dalam mengakses lapangan kerja perlu persiapan sejak di bangku kuliah dengan mengembangkan ketrampilan dalam mengakses informasi melalui internet, media masssa cetak, mengembangkan jaringan dengan sekolah-sekolah.
2. Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi perlu membekali ketrampilan mengakses lapangan kerja bagi mahasiswa di lingkungannya agar kelak jika lulus sudah lebih siap dalam memasuki lapangan kerja yang tersedia atau menciptakan lapangan kerja sendiri.
3. Pemerintah dan penyelenggara lembaga pendidikan sebaiknya meningkatkan pengaturan pengajaran agar guru-guru dalam mengajar mata pelajaran sesuai dengan bidang kelilmuannya. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat mendukung profesionalisme dalam pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
I. DAFTAR PUSTAKA
Karya ilmiah perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnyaDaftar pustaka hanya berisi sumber-sumber tertulis yang dikutip dan digunakan dalam karya ilmiah (skripsi), karena itu sumber tertulis lain yang tidak dikutip meskipun pernah dibaca penulis dalam kaitannya dengan penulisan skripsinya tidak perlu dimasukkan dalam daftar pustaka.
Fungsi dari daftar pustaka ialah sebagai berikut:
a. menunjukkan bahwa tulisan itu ilmiah (bersifat ilmu pengetahuan);
b. menginformasikan bahwa karya ilmiah itu (penelitian) memiliki referensi dan akumulasi dari karya ilmiah sebelumnya;
c. Merupakan alat kontrol pada landasan teoretis atau tinjauan pustaka.