a. Antroposentrisme
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandangmanusia sebagai pusat dari system alam semesta. Manusia dan kepentingannya yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan dengan alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Teori antroposentrisme mengutamakan kepentingan generasi penerus (mendasarkan etika lingkungan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditujukan untuk generasi penerus manusia).
Jadi, dalam model antroposentrisme yang memiliki nilai tertinggi adalah manusia dan kepentingannya.
b. Biosentrisme
Model biosentrisme menyatakan bahwa tidak benar hanya manusia yang memiliki nilai. Alam juga mempunyai nilai pada dirinya sendiri lepas dari kepentingan manusia. Semua makhluk hidup bernilai pada dirinya sendiri sehingga pantas mendapat pertimbangan dan keperdulian moral. Alam perlu dilakukan secara moral, terlepas dari apakah ia bernilai pada manusia atau tidak.
Jadi, dalam teori ini kita harus mendasarkan moralitas pada keseluruhan kehidupan, apakah itu pada manusia atau makhluk hidup lainnya.
c. Ekosentrisme
Teori ini merupakan lanjutan dari model lingkungan biosentrisme.
Model ekosentrisme adalah model yang penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia.
Jadi, ide dari model ini adalah memperluas keberlakuan etika untuk komunitas yang lebih luas.