Psikologi Agama menggunakan dua kata yaitu Psikologi dan Agama. Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab (Jalaluddin, et al, 1997;77). Menurut Robert H. Thouless, psikologi sekarang dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia (Robert H.Thouless, 1992:13).
Psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Dengan ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya. Pada suatu fase dalam pengkajian psikologi agama, seseorang dihadapkan kepada pertanyaan tentang apakah yang dimaksud dengan kata-kata “psikologi” dan “agama.” Kedua kata tersebut dipergunakan dengan berbagai macam makna. Ini tidak berarti tidak ada kendala yang tidak teratasi dalam memahami kedua kata tersebut secara pasti. Namun perlu dikemukakan bahwa penulis tertentu akan menjelaskan bagaimana dia digunakan kata-kata tersebut.
Thouless berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku kegamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan. (Robert H. Thouless;25).
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menalaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Disamping itu, psikologi agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. (Zakiah Daradjat,1970;11)
Psikologi agama termasuk psikologi khusus yang mempelajari sikap dan tingkah laku seseorang yang timbul dari keyakinan yang dianutnya berdasarkan pendekatan psikologi. Psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berpikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinanya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Dalam kajian psikologi agama, persoalan agama tidak ditinjau dari makna yang terkandung dalam pengertian yang bersifat definitif. Pengertian agama dalam kajian dimaksud lebih bersifat umum, yaitu mengenai proses kejiwaan terhadap agama serta pengaruhnya dalam kehidupan pada umumnya. Melalui pengertian umum seperti itu, paling tidak akan dapat diamati bagaimana fungsi dan peranan keyakinan terhadap sesuatu yang dianggap sebagai agama kepada sikap dan tingkah laku lahir dan batin seseorang. Dengan kata lain, bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap proses dan kehidupan kejiwaan hingga terlihat dalam sikap dan tingkah laku lahir (sikap dan tindakan serta cara bereaksi) serta sikap, dan tingkah laku batin (cara berpikir, merasa atau sikap emosi).
Menurut Zakiah Darajat, kesadaran beragama (religious conciousnes) adalah aspek mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagaian/segi agama yang hadir (terasa) dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman agama (religious experience) adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan (amaliyah) nyata.
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing. Upaya untuk mempelajari tingkah laku keagamaan tersebut dilakukan melalui pendekatan psikologi. Jadi penelaahan tersebut merupakan kajian empiris.