PERKEMBANGAN INTELEKTUAL REMAJA
Pengertian Intelektual
Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya
untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab
persoalan tentang berbagai gagasan. Pada usia remaja secara mental anak telah
dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain,
berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak serta sistematis
dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir konkrit.
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
fikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berfikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangankan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi
mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri. Mereka juga tidak mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk
masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan
membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain
diluar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan sering kali membingungkan terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Intelektual Pada Remaja
Tidak
sedikit anak remaja yang berupaya menentukan pilihan-pilihan kegiatannya atas
dasar pertimbangan yang rasional, baik dari sisi kompetensi pribadi dan
minatnya terhadap pilihan tersebut.
Contohnya
pertama, apabila disekolah terdapat bermacam-macam program ekstrakurikuler maka
anak tersebut berupaya memilih salah satu ekstrakurikuler yang diminatinya
serta sesuai dengan kemampuan dirinya, tidak lagi atas dasar pilihan orang
tuanya.
Contoh
kedua, dalam hal memilih sekolah. Tidak sedikit remaja yang memilih sekolah
atas dasar pertimbangan hal-hal yang ada dalam pribadinya bukan karena pilihan
ditentukan oleh orang tuanya, walaupun juga masih ada remaja yang menurut apa
yang menjadi pilihan, apa yang menjadi ketentuan, serta apa yang menjadi harapan
orang tua bagi dirinya.
Rasa
ingin tahu yang besar karena reamaja berada pada perkembangan kognitif yang
fleksibel, maka remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin
tahu itu diarahkan ke hal-hal yang positif maka itu akan sangat membentuk
dirinya dengan baik. Misal, penelitian ilmiah, lintas alam, dan sebagainya.
Tapi apabila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatif maka hal
itu bisa merusak dirinya sendiri. Misal, merokok, memakai narkoba, menonton
film porno, melakukan seks bebas yang merupakan tindakan yang dilakukan remaja
karena berawal dari rasa ingin tahu yang besar.
Penyebab
lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasaan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak
sehingga saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berfikir kritis dan
mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik. Untu itu, sekolah,
keluarga, lingkungan punya tanggung jawab untuk membimbing remaja dengan benar.