Secara harfiah kata “barang” tentu berbeda dengan kata “jasa”, namun pada dasarnya secara common sense istilah barang dan jasa dipahami dan dimengerti maknanya secara fisik untuk barang (wujud, bentuk, jenis) dan perwujudan jasa dari sisi hasilnya dalam bentuk fisik (misalnya sistem transportasi, sistem komunikasi, sistem pembayaran).
Untuk memahami dan mengetahui arti atau definisi atau istilah barang dan jasa secara komprehensif, maka pengertian barang dan jasa dapat dipahami dari berbagai aspek yakni aspek hukum perdata, aspek ilmu ekonomi, aspek sistem akuntansi pemerintahan, aspek undang-undang keuangan negara dan undang-undang perbendaharaan negara serta peraturan perundang-undangan lainnya, serta pengertian barang dan jasa menurut kamus.
|
PENGERTIAN BARANG DAN JASA |
Definisi Barang dan Jasa Menurut Ilmu Ekonomi
Berdasarkan Wikipedia bahasa Indonesia, ”barang atau komoditas dalam pengertian ekonomi adalah suatuobjek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dalam makroekonomi dan akuntansi, suatu barang sering dilawankan dengan suatu jasa.
Barang didefinisikan sebagai suatu produk fisik (berwujud, tangible) yang dapat diberikan pada seorang pembeli dan melibatkan perpindahan kepemilikan dari penjual ke pelanggan, kebalikan dengan suatu jasa (tak berwujud, intangible). Istilah "komoditas" sering digunakan dalam mikroekonomi untuk membedakan barang dan jasa. Oleh karena barang dan jasa memiliki nilai (value), maka barang dan jasa dapat dibedakan dalam beberapa kategori yakni barang publik, barang antik , barang merugikan, barang inferior, barang jadi, barang normal, barang setengah jadi, dan barang superior
Barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksklusif. Non-rival berarti konsumsi atas barang tersebut oleh suatu individu tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk dikonsumsi oleh individu lainnya; dan noneksklusif berarti semua orang berhak menikmati manfaat dari barang tersebut. Sebagai contoh: jalan raya adalah barang publik, banyaknya pengguna jalan tidak akan mengurangi manfaat dari jalan tersebut; semua orang dapat menikmati manfaat dari jalan raya (noneksklusif); dan jalan raya dapat digunakan pada waktu bersamaan.
Istilah barang publik sering digunakan untuk merujuk pada barang yang non-eksklusifdan barang non-rival. Ini berarti bahwa tidak mungkin mencegah seseorang untuk tidak mengkonsumsi barang publik. Udara dapat dimasukkan sebagai barang publik karena secara umum tidak mungkin mencegah seseorang untuk menghirupnya. Barang-barang yang demikian itu sering disebut sebagai barang publik murni.
Barang antik ialah benda menarik yang sudah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupunperabotan rumah tangga. Tidak terdapat definisi umum yang dapat diterima meluas seberapa antik sebuah barang, namun barang yang berusia lebih ratusan tahun lamanya dapat disebut antik. Di Amerika Serikat, UU Cukai Smoot-Hawley 1930 mendefinisikan barang antik sebagai "karya seni (kecuali permadani dan karpet yang terbuat setelah tahun 1700), koleksi dalam ilustrasi kemajuan seni, karya dari perunggu, pualam, terakota,parian, tembikar, atau porselin, benda antik artistik dan obyek karakter ornamen maupun nilai pendidikan yang harus diproduksi sebelum tahun 1830." Mengingat barang antik dapat memiliki nilai seni dan uang yang tinggi maka barang antik biasanya dijual dengan dilelang dan dari kolektor. Secara tradisional, kolektor dan orang kaya membeli barang antik, namun di negara industri, barang antik juga menarik untuk disimpan sebagai koleksi rumah tangga.
Dalam kehidupan sehari-hari ternyata terdapat barang dan jasa yang tidak menguntungkan dan bahkan merugikan. Barang merugikan atau bad (bads), adalah barang-barang yang tidak diinginkan konsumen, contohnya adalah sampah, polusi, dan limbah. Penambahan kuantitas bads akan mengurangi kebahagian (hapiness) dan kepuasan (utility) konsumen.
Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan pendapatanmasyarakat. Salah satu contoh barang inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, tingkat permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena masyarakat meninggalkannya dan memilih untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal