• Home
  • About
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Blog Definisi | Pengertian

Blog Definisi | Pengertian
  • Home
  • Definisi
  • Pengertian
  • Pemasara
  • Produk
  • Karya Tulis
  • Seni
  • Sistem
  • SEKRETARIS
Home → Semua Post Berkategori Filsafat
Showing posts with label Filsafat. Show all posts
Showing posts with label Filsafat. Show all posts

[Idealisme] Filsafat Pendidikan

4:10:00 AM
[Idealisme] Filsafat Pendidikan

A. Pendahuluan
FILSAFAT dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup iku menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.
Oleh karena itu, filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan sendiri pada hakikatnya merupakan proses pewarisan nilai-nilai filsafat, yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.
Dalam pendidikan diperlukan bidang filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di dalam masyarakatnya. Dengan demikian, muncullah filsafat pendidikan yang menjadi dasar bagaimana suatu bangsa itu berpikir, berperasaan, dan berkelakuan yang menentukan bentuk sikap hidupnya. Adapun proses pendidikan dilakukan secara terus menerus dilakukan dari generasi ke generasi secara sadar dan penuh keinsafan.

Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakangpribadi para ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Ajaran filsafat yang berbada-beda tersebut, oleh para peneliti disusun dalam suatu sistematika dengan kategori tertentu, sehingga menghasilkan klasifikasi. Dari sinilah kemudian lahir apa yang disebut aliran (sistem) suatu filsafat. Tetapi karena cara dan dasar yang dijadikan criteria dalam menetapkan klasifikasi tersebut berbeda-beda, maka klasifikasi tersebut berbeda-beda pula.

Seorang ahli bernama Brubacher membedakan aliran-aliran filsafat pendidikan sebagai: pragmatis-naturalis; rekonstruksionisme; romantis naturalis; eksistensialisme; idealisme; realisme; rasional humanisme; scholastic realisme; fasisme; komunisme; dan demokrasi. Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Brubracher sangat teliti, hal ini dilakukan untuk menghindari adanya overlapping dari masing-masing aliran.

Sebagian ahli mengklasifikasikan aliran filsafat pendidikan ke dalam tiga kategori. Yaitu, kategori filsafat pendidikan akademik skolastik, kategori filsafat religious theistic, dan kategori filsafat pendidikan social politik. Filsafat pendidikan akademik skolastik meliputi dua kelompok yang tradisonal meliputi aliran perenialisme, esensialisme, idealisme, dan realisme, dan progresif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme. Filsafat religious theistik meliputi segala macam aliran agama yang paling tidak terdiri dari empat besar agama di dunia ini, dengan segala variasi sekte-sekte agama masing-masing. Sedangkan filsafat pendidikan social politik terdiri dari humanisme, nasionalisme, sekulerisme, dan sosialisme.
Makalah ini hanya membahas masalah aliran idealisme, untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan. Makalah terdiri dari pengertia idealisme secara filsafat; idealisme menurut aliran filsafata pendikakan; dan tokoh-tokoh yang beraliran idealisme.

B. Aliran Filsafat Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan(boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).

C. Idealisme dan Filsafat Pendidikan
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.

Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas Maitoba. Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.

Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
[Idealisme] Filsafat Pendidikan
[Idealisme] Filsafat Pendidikan

Proses pertumbuhan filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof dalam rentang waktu yang dilaluinya telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan para filosof tersebut adakalanya bersifat saling mendukung, tetapi tak jarang pula yang bertentangan. Hal ini dapat dimaklumi karena hasil pemikiran seorang filosof bukan merupakan komponen yang dapat berdiri sendiri, akan tetapi senantiasa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pendekatan yang dipakai serta setting sosial pemikiran filosof tersebut dimunculkan.

Dalam perjalanan sejarahnya, filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai pandangan, yang cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Hal ini disebabkan karena masing pandangan berusaha mempertahankan pendapatnya sebagai suatu kebenaran. Pandangan dari berbeda-beda tersebut melahirkan berbagai aliran, seperti eksisitensialisme, realisme, pragmatisme, idealisme, humanisme, dan lain-lain. Untuk mengenal aliran-aliran tersebut, dibawah ini akan diuraikan garis-garis besar aliran-aliran filsafat pendidikan, dan kemudian dihubungkan dengan falsafah pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

PANDANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

A.    IDEALISME
1.      Hakikat Idealisme
Idealisme termasuk dalam kelompok tertua. Tokoh aliran ini adalah Plato (427-347 SM) yang secara umum dipandang sebagai bapak Idealisme di Barat. Aliran ini menurut Poedjawijatna memandang dan menganggap yang nyata hanya idea. Idea tersebut selalu tetap atau tidak mengalami perubahan atau pergeseran. Aliran filsafat idealisme menekankan moral dan realitas spiritual sebagai sumber-sumber utama di alam ini.

2.      Prinsip- prinsip Idealisme
a.       Menurut Idealisme bahwa realitas tersusun atas subtansisebagaimana gagasan-gagasan atau ide-ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagiannya harus dipandang sebagai sistem yangt masing-masing unsurnya saling berhubungan.
b.      Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau ekspresi dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.
c.       Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi daripada materi bagi kehidupan manusia.
d.      Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang Theosentris (berpusat kepada “Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang Ideal, dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak.
 
3.      Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
a.       Pendidikan bukan hanya mengembangkan atau menumbuhkan tetapi juga harus digerakkan ke arah tujuan, yaitu terhadap tujuan dimana nilai telah direakisasikan ke dalam bentuk yang kekal tak terbatas.
b.      Belajar adalah proses “Self development of mind as Spiritual Substancie” yang menempatkan jiwa bersifat kreatif.
c.       Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan (excellence) kultural, sosial dan spiritual; memperkenalkan nsuatu spirit seperti kehidupan intelektual; membangun manusia dan masyarakat yang idea.
d.      Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai kesempurnaan dirinya, yaitu mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.
e.       Tujuan pendidikan idealisme adalah ketetapan mutlak. Untuk itu, kurikulum pendidikan seyogianya bersifat tetap, dan tidak menerima perkembangan.
f.       Peranan pendidik menurut aliran idealisme adalah memenuhi akal peserta didik dengan hakikat-hakikat dan pengetahuan yang tepat.

Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Idealisme
Pendidikan Idealisme  mengutamakan atau bertitik tolak kepada kemutlakan roh dan mengabaikan hal-hal yang bersifat materi (fisik). Dengan proses ini, pendidikan akan mampu mengantarkan peserta didik untuk terhindar dari kehidupan yang disharmonis. dalam filsafat pendidikan Islam, pendidikan seyogianya mampu mengarahkan manusia pada kehidupan yang seimbang, baik keseimbangan antara roh dan jasad, keseimbangan antara materil dan spiritual, keseimbangan antara individu dan masyarakat, serta keseimbangan dunia dan ukhrawi.
Dalam beberapa aspek , filsafat pendidikan islam memiliki prinsip-prinsip yang serupa dengan prinsip idealisme, terutama idealisme spiritualistis. Hal ini disebabkan, karena idealisme mengakui adanya zat tertinggi yang menciptakan realitas alam semesta sertamenggerakkan hukum-hukum-Nya, termasuk sanksi-sanksinya. Dengan demikian pendidikan moral dalam Islam menjadi sangat penting dalam rangka membina manusia yang berakhlak mulia.
Selanjutnya, titik perbedaan antara pendidikan moral menurut idealisme dan Islam terletak pada sanksi dan sumber moral diambil/dijadikan pedoman. Bagi Idealisme, sanksi bagi pendidikan moral terletak di dalam susunan dunia moral. Sedangkan menurut Islam sanksi-sanksi moral tersebut terletak pada siksa Tuhan. Sementara sumber moral pun berasal dari tuhan.

B.     REALISME
1.      Hakikat Realisme
Realisme berasal dari real yang berarti aktual atau yang ada. Realisme adalah aliran yang patuh kepada yang ada (fakta). Realisme termasuk kedalam kelompok pemikiran klasik. Aliran ini berpijak atas dasar percaya akan hakikat-hakikat yang kekal dan tidak mengalami perubahan dalam situasi dan kondisi apapun. Kaum realisme memandang dunia ini dari sudut materi. Menurut mereka, realitas di dunia ini adalah alam. Segala sesuatu berasal dari alam dan yang menjadi subjek adalah hukum alam (dunia nyata, alam dan benda).

2.      Prinsip-prinsip Realisme
a.       Manusia bisa sampai kepada hakikat tertinggi yang mutlak dan bisa mengajarkan orang lain akan hakikat-hakikat. Aliran filsafat ini terpusat pada dasar bahwa substansi alam manusia tergambar dalam dua kekhususan, yaitu berbicara dan berfikir.
b.      .Aliran ini memandang masyarakat atas dasar tiga prinsip pokok, yaitu : (1). Adanya alam adalah nyata, wujud dan tetap, tak ada peranan manusia dalam membinanya atau menciptakannya. (2). Adanya alam ini bisa dikenal manusia dengan jalan akal. (3). Pengenalan adalah penuntun tingkah lakunya, baik tingkah laku perorangan atau masyarakat.
c.       Berangkat dari pandangan tersebut, maka masyarakat hendaknya berjalan atas undang-undang yang tetap dan dalam kemampuan manusia untuk membentuk tingkah lakunya sesuai dengan undang-undang tersebut.
d.      Aliran ini menghormati sains dan mempertahankan hubungan yang erat antara sains dengan filsafat.

3.      Implementasi Realisme dalam Pendidikan
a.       Tujuan pendidikan adalah tranmisi dari ; (1). Kebenaran universal yang terpisah dari pikiran, pendapat dan pernyataan intelektual (2). Pengetahuan Tuhan, pengetahuan manusia dan masalah alamiah hanya ada jika ada Tuhan, (3). Nilai atau keunggulan kultural pendidikan seharusnya menjadikan seseorang sadar terhadap dunia nyata, termasuk nilai dan potensi kehidupan.
b.      Metode pengajaran dalam pendidikan realisme tunduk pada prinsip “mempengaruhi dan menerima” dimana realisme menentukan tujuan pendidikannya dengan mempengaruhi dan memandang kenyataan atau realita materi pendidikan yang utama.
c.       Perhatian pendidikan realisme tertuju pada pemenuhan akal para murid dengan peraturan-peraturan dan hakikat-hakikat yang terlihat dari alam.
d.      Realisme mempercayai adanya perubahan yang terbatas dan berjalan menuju satu arah.
e.       Seorang guru realisme mesti ahli dalam bidang studinya( kompetensi professional).
 
Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap Realisme
a.       Penerapan realismeyang cenderung menekankan pada aspek fisik dalam proses pendidikan akan menimbulkan ketidakseimbangan pengembangan potensi peserta didik. Hal ini disebabkan, karena peserta didik  adalah manusia yang memiliki potensi fisik dan psikis yang masing-masingnya membutuhkan bimbingan untuk berkembang secara optimal. Penitikberatan pada satu aspek saja berarti akan mengorbankan atau merugikan aspek lainnya. Dalam konteks ini, Islam memandang manusia sebagai makhluk yang terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, pendidikan dalam Islam  merupakan suatu kegiatan yang terarah untuk mengembangkan potensi yang terkandung dalam kedua unsur tersebut secara maksimal.
b.      Indra dan akal manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan dalam mengamati sesuatu. Oleh sebab itu, akal dan indra tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan untuk menentukan sesuatu itu benar. Untuk itulah, dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, diperlukan adanya wahyu untuk dapat menuntun manusia menuju kebenaran yang hakiki. Manusia tidak dapat menemukan kebenaran hakiki hanya tatkala manusia mengandalkan panca indra dan akal saja, tetapi manusia juga membutuhkan tuntunan wahyu (agama).
c.       Dalam realisme, pendidikan luar sekolah sangat terbatas. Sedangkan dalam filsafat pendidikan Islam, pendidikan luar sekolah (keluarga dan lembaga sosial) mempunyai peran yang besar dalam pembentukan kepribadian peserta didik.
d.      Syarat seorang guru dalam filsafat realisme adalah professional dalam bidangnya, karna tugasnya hanya sekedar mentransfer ilmu. Sementara dalam pendidikan Islam, seorang guru di samping professional, juga seorang yang dapat menjadikan dirinya sebagai Uswah hasanah bagi peserta didiknya. Hal ini disebabkan, karena tugas pendidikan dalam islam bukan saja mentransfer ilmu, tetapi juga internalisasi nilai-nilai lahiah.

C.    PERENIALISME
1.      Hakikat perenialisme
 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA ( STAINU ) KEBUMEN
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
A.   Aliran Progressivisme
Aliran Progressivisme adalah suatu aliran yang sangat berpengaruh di abad ke-20 ini. Pengaruh ini sangat terasa sekalli khususnya di Amerika Serikat. Usaha pembaharuan dalam dunia pendidikan pada umumnya terdorong oleh aliran Progressivisme ini. Biasanya aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal –“The liberal road to culture”.  Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survivemenghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229)

Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.

Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).

Sifat-sifat aliran Progressivisme
1)   Sifat-sifat Negatif, dalam artian bahwa, Progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti terdapat dalam agama, politik, etika dan epitemologi.
2)   Sifat-sifat Positif, dalam arti bahwa Progressivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari alam sejak lahir.
Maka tugas pendidikan menurut pragmatisme, ialah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia itu dan menguji kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis.
Perkembangan aliran Progressivisme
     Dalam asas modern – sejak abad ke-16 Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant dan Hegel dapat dapat disebut sebagai penyumbang-penyumbang dalam proses terjadinya aliran pragmatisme-Progressivisme. Dalam abad ke-19 dan ke-20 ini tokoh-tokoh pragmatisme terutama terdapat di Amerika Serikat. Thomas Paine dan Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada pragmatisme karena kepercayaan mereka akan demokrasi dan penolakan terhadap sikap dogmatis, terutama dalam agama.
Keyakinan-keyakinan Progressivisme tentang pendidikan
John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi (Suwarno, 1992: 62-63). Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup di sekolah saja.

Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupyakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).

Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulh sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.   

B.     Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsure apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.

Bila orang berhadapan dengan benda-benda, bukan berarti semua itu sudah mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi pada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120-121).

Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof, menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan rohani yang pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja Yng telah ditentukan dan diatur oleh alam social. Jadi, belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai social angkatan baru yang timbul untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.

Selain itu juga di warnai dengan pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Imam Bernadib (1981), menyebutkan beberapa tokoh utama yang berperan dalam penyebaran aliran esensialisme, yaitu:
1.    Desiderius Erasmus, humananis Belanda yang hidup pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16, yang merupakan tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain.
2.    Johann Amos Comenius yang hidup diseputar tahun 1592-1670, adalah seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis. Comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan, karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
3.    Johann Friederich Herbert yang hidup pada tahun 1776-1841, sebagais alah seorang murid Immanuel Kant yang berpendapat dengan kritis, herbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang Mutlak dalam arti penyesuaian dengan hukum-hukum kesusilaan dan inilah yang disebut proses pencapaian tujuan pendidikan oleh Herbert sebagai ‘pengajaran yang mendidik’.
Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan hakikat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.      


C.    Aliran Perennialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang artinya kekal dan abadi, dari makna yang terkandung dalam kata itu’ aliran Perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang teguh pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal abadi.   
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang kepada masa lampau. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.

Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.

Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, yang telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.

Tugas utama pendidiakn adalah mempersiapkan anak didik ke arah kematangan. Matang dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah kematangan tersebut. Sekolah rendah memberikan pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis, dan berhitung, anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.

Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam bidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
Prinsip-prinsip pendidikan Perennialisme
     Di bidang pendidikan, Perennialisme saangat dipengaruhi oleh: Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Dalam hal ini pokok pikiran Plato tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai adalah manifestasi daripada hukum universal. Maka tujuan utama pendidikan adalah “ membina pemimpin yang sadar dan mempraktekan asas-asas normatif itu dalam semua aspek kehidupan.
     Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu : nafsu, kemauan, dan pikiran. Bagi Aristoteles, tujuan pendidikan adalah ‘kebahagiaan”. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi, dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
Seperti halnya Plato dan Aristoteles, tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai “Usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar – memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.    

D.    Aliran Rekontruksionalisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.

Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.

E.     Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme bisa dialamatkan sebagai saanlah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia kedua. Dengan demikian  Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.

Secara singkat Kierkegaard memberikan pengertian Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional. Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman, dan siuasi sejarah yang dialami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif. Baginya, segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.

Atas dasar pandangan itu, sikap dikalangan kaum Eksistensialisme atau penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum. Kebebasan untuk freedom to, adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap dan perbuatannya.
Pandangannya tentang pendidikan, disimpulkan oleh Van Cleve Morries dalam Existentialism dan Education, bahwa ” Eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk”  oleh sebab itu Eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk –bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.

F.     Aliran  Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan norahi yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal, melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.

Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran. (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.
Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, 2004. Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara
http://panjiaromdaniuinpai2e.blogspot.com/2008/06/aliran-aliran-filsafat pendidikan.html/12/10/2011 (Diposkan oleh panji_aromdani di 21:47 )
Joe Park, Selected Readings in the Philosophy, New York, Macmillian Publishing Co, Inc. 1974
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Yayasan Peerbit FIP IKIP, Yogyakarta.
Fernando R. Molina,The Sources of Eksistentialism As Philosophys, New Jersey, Prentice-Hall-1969, hal, 1
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat. Yogyakarta, Kanisius, 1996.
- See more at: http://rovisulistiono.blogspot.com/2012/10/blog-post.html#sthash.fkk86kYK.dpuf
Objek Kajian  (ruang lingkup) Filsafat Pendidikan Islam

Objek Kajian (ruang lingkup) Filsafat Pendidikan Islam

3:58:00 AM
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal).

Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
1. Objek Material
Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak tampak[2]:
1. Objek yang tampak adalah dunia empiris
2. Objek yang tak tampak adalah metafisika
2. Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya.
Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :

1. Secara Makro
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek bahasan dan aliran filsafat, diantaranya[3] :
• Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
• M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
• George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
• Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts

2. Secara Mikro
Adapun secara makro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Bebrapa komponen aktifitas pendidikan menurut beberapa tokoh, yakni[4] :
1. Al-Syaibani
• falsafah tujuan pendidikan
• falsafahj kurikulum
• falsafah metode pendidikan
2. Al'Ainain
• Ahdat at-Tarbiyah al-Islamiyah (Tujuan-tujuan pendidikan Islam)
• Maqadin at-Tarbiyah al-Islamiyah (Medan atau Lingkup Pendidikan Islam)
• Turaq at-Tarbiyah al-Islamiyah (metode-metode pendidikan Islam)
Ellis, Logan dan Howey, membagi empat persoalan
• Purpose (Tujuan pendidikan)
• Curriculum and Method (Kurikulum dan metode pendidikan)
• Role of the Theacher (Peranan guru atau pendidik)
• Role of the school (pPeranan sekolah atau lingkungan pendidikan)
Arbi, membagi menjadi empat persoalan pokok,
• Hakikat peserta didik
• Hakikat tujuan atau maksud pendidikan
• Hakikat kurikulum
• Hakikat Metode
Abdullah, membagi.
• The nature of human nature (Hakikat sifat dasar manusia)
• The nature of knowledge and the role of 'aql in its acquisition (Hakikat pengetahuan dan peranan akal dalam perolehannya)
• The aims of education (Tujuan pendidikan)
• The methods of education (Metode pendidikan)
Qahar,
• Nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup
• Pandangan tentang peserta didik
• Tujuan pendidikan
• Sistem dan praktek pendidikan
• Bahan pendidikan
Rasyad,
• Agama Islam (Materi)
• Pendidik
• Peserta didik
• Tujuan pendidikan Islam
• Cara-cara mendidik
• Alat pendidikan
• Lingkungan pendidikan
• Evaluasi pendidikan
Ahmad Tafsir.
• Tujuan pendidikan
• Pendidik
• Anak didik
• Alat pendidikan (Kurikulum, metode, evaluasi, gaji, peralatan berupa benda)
• Kegiatan pendidikan
Dari uraian diatas dapat diringkas yakni, komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam

Faktor dan kompoenen pendidikan ada lima, yakni :
• Tujuan Pendidikan
• Pendidik atau Guru
• Anak didik atau murid
• Alat Pendidikan (Kurikulum, Metode dan Evaluasi), dan
• Lingkungan Pendidikan
Abudin Nata menyebutkan objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[5]
Sebagai mana filsafat pendidikan pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran[6]dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.

Filsafat pendidikan yang yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak, kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagimana disabdakan beliau sendiri, yakn untuk menyempurnakan akhlak yang mulai.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?[7]

Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia[8].

Hubungan tersebuut mengacu kepada hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah allah.
Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu, didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu[9].

Islam sebagai agama dan pandangan hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan mereka sendiri[10].

Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat  dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[11]Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu.

Selanjutnya Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani mengemukakan prinsip dasar kajian  filsafat pendidikan islam[12]kelima dasar itu mencakup :

1.      Pandangan Islam terhadapa jagat raya, meiputi pemikiran, bahwa :
a.       Pendidikan dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengruhi oleh lingkungan sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik ( benda-benda alam ).
b.      Lingkungan dan yang termasuk jagat raya adalah segala yang diciptakan allah, baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
c.       Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikran ini mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib, alam materi dan alamruh, alam dunia dan alam akhirat.
d.      Alam senantiasa mangalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan pada Pencipta-nya ( sunah Allah )
e.       Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan yang tunggal sebagai Sunnah Allah (Sunnatullah)
f.       Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya
g.      Pencipata alam ( Allah ) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan, serta sama sekali terhindar dari segla cacat cela. Dengan demikian Wujud Pencipta ( Khaliq ) berbeda dan tidak sma dengan wujud ciptaan-Nya ( makhluk ).

2.      Pandangan Islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa :
a.       Manusia adalah makhluk ( ciptaan ) allah yang mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
b.      Manusia diberi beban amanat sebagai kha;lifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
c.       Manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk dan mengembangkan diri
d.      Manusia adalh makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh (spiritual).
e.       Manusia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika ( faktor keturunan ) dan lingkungan yang mempengaruhinya.
f.       Manusia memiliki faktor perbedaan individu (individual differencies).
g.      Manusia memiliki sifat flektibilitas ( keluwesan ) dan memiliki kemampuan untuk mengubah, serta mengembangkan diri.
h.      Manusia memiliki motivasi dan kebutuhan.

3.      Pandangan Islam terhadap Masyarakat berisi pemikiran, bahwa :
a.       Masyarakat adalah kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lain.
b.      Agama itu adalah kaidah, ibadah dan masalah.
c.       Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lain.
d.      Dasar pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan Keesaan Allah.
e.       Ilmu adalah sdasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
f.       Masyarakat selalu mengalami perubahan
g.      Pentingnya individu dan keluarga dalam masyarakat
h.      Segala aktivitas yang diarahkan bagi kesejahteraan bersama, keadila, dan kemaslahatan-kemanusiaan termasuk bagian dari tujuan syari’at islam

4.        Pandangan islam terhadap pengetahuan manusia , memuat pemikiran, bahwa :
a.       Pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.
b.      Pengetahuan terbentuk berdsarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan penginderaan, sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
c.       Pengetahuan manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan obyek, tujuan dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan dengan allah, perbuatan dan mahkluk-Nya.
d.      Pengetahuan manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan pengungkapan kembali terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah. Dengan demiian pengetahuan bukanlah hasil dan proses pemikiran manusia yang optimal secara murni.
e.       Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung, penelitian, kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat, ataupun melalui bimbingan ilahi.
f.       Pengetahuan hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat memberikan ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan agama.

5.      Pandangan Islam terhadap akhhlak, mengandung pemikiran bahwa :
a.       Pentingnya akhlak dalam kehidupan, serta dapat dibentuk melalui upaya pembiasaab yang baik.
b.      Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan diipelajari.
c.       Akhlak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi masyaraka, adat istiadat, sistem dan cita-cita ( pandangan hidup). Dengan demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh dari keburukan dan kesalahan.
d.      Akhlak sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia ( commonse sense )
e.       Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
f.       Ajaran islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karena pada hakikatnya akhlak merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni bagimana hidup beriman dan bertakwa kepada allah.
g.      Akhlak berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antar sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena sesuai ketentuan dan perintah-Nya. Akhlak mulia ( terpuji ) merupakan tujuan akhir dari sikap hidup yang diinginkan.

Kajian filsafat pendidikan islam bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. Kajian ini kemudian dikembnagkan dalam konteks pendidikan islam, digunakan dalam menyusun teori-teori pendidikan islam, perumusan dasar dan tujuan. Baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan sistem pendidikan Islam.

Ruang llingkup kajian filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.

Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.

Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus dalam filsafat pendidikan islam.
Bentuk-bentuk Filsafat Pendidikan

Bentuk-bentuk Filsafat Pendidikan

3:54:00 AM
Dalam filasafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya, karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya” karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu eklektik  dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.

Brubacher (1950) mengelompokan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “PROGRESIF”, dan filsafat pragmatisme dari John Dewey , dan romatik naturalisme dari Rooesseau. Yang kedua, didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme ( humanisme rasioanal ), dan supranatularisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.

Dalm tulisan ini akan dibahas berbagai mazhabfilsafat pendidikan yaitu :
1)      Filsafat  pendidikan idealisme/
2)      Filsafat pendidikan realisme.
3)      Filsafat pendidikan materialisme .
4)      Filsafat pendidikan pragmatisme.
5)      Filsafat pendidikan eksistensialisme.
6)      Filsafat pendidikan progrevisme.
7)      Filsafat pendidikan esensialisme.
8)      Filsafat pendidikan perenialisme.
9)      Filsafat pendidikan rekontruksionisme.

1)      Filsafat pendidikan idealisme
Realitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik , parmenides, filosof dari Elea ( Yunani purba ) berkata “Apa  yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata” plato menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”, mindmerupakan suatu wujud yang mampu menyadari duniannya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Realitas mungkin bersifat personal, dan mungkin juga bersifat impersonal. Idealisme katolik berpandangan bahwa realitasakhir adalah “god” dari tiga pribadi yang disebut “trinitas”. Kaum idealisme Kristiani sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang menggunakan kemauan bebas (free will) dan secara personal bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.

Pengetahuan.
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian menurut Plato. Idealisme metafisika percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan bagian dari subtansi spiritual tersebuat.

Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakekatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbar yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan khusus filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memilki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya meupun memberikan kritik, bahkan penolakan.

2)      Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme Rasional.
Realisme rasional dapat didefinidikan pada dua aliran yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “ Scholastisisme” realisme klasik ialah filsafat yunani yang pertama kali dikembangkkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama scholatisisme dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquinas menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neo platonisme yang dipopulerkan oleh plotinus.

Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di eropa pada abad ke 15 dan ke 16 yang dipelopori oleh francis Bacon, Jhon locke, galileo, david hume, jhon stuart mill, dan lain-lainnya padahal pada abad ke 20 tercatat pemikiran-pemikiran.

Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain yang termasuk realisme. Aliran-aliran tersebut disebut Neo Realisme dari Fedrick Breed. Dan Realisme Kritis dari Imanuel Kant. Menurut pandangan breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip utama demokrasi adalah hormat-menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntunan sosial dan individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial
Definisi/Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Definisi/Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

3:51:00 AM
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah.Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah.Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya.Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut.Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.

Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda.
Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si-terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu:
1.      Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar;
2.      Ada pendidik, pembimbing atau penolong;
3.      Ada yang di didik atau si terdidik;
4.      Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan.
5.      Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan.Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah Al-Qur’an dan al Sunnah.

Sebagai sumber ajaran, Al-Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).

Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran.Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia.Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.( QS. Asy-Syura : 52 )
Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia”[1]

Dari ayat dan hadis diatas tadi dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya
4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.


B.     Tujuan Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam
•         kita akan semangkin mandiri secara intelektual;
•         lebih toleran terhadap sudut pandang;
•         filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu;
•         memberikan inspirasi yakni menyatakan tujuan pendidikan Negara bagi masyarakat;
•         memberikan arah yang jelas dan tepat;
•         melakukan kritik dan koreksi;


C.    Objek Kajian  (ruang lingkup) Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal).
Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
1. Objek Material
Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak tampak[2]:
1. Objek yang tampak adalah dunia empiris
2. Objek yang tak tampak adalah metafisika
2. Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya.
Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :

1. Secara Makro
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek bahasan dan aliran filsafat, diantaranya[3] :
• Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
• M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
• George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
• Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts

2. Secara Mikro
Adapun secara makro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Bebrapa komponen aktifitas pendidikan menurut beberapa tokoh, yakni[4] :
1. Al-Syaibani
• falsafah tujuan pendidikan
• falsafahj kurikulum
• falsafah metode pendidikan
2. Al'Ainain
• Ahdat at-Tarbiyah al-Islamiyah (Tujuan-tujuan pendidikan Islam)
• Maqadin at-Tarbiyah al-Islamiyah (Medan atau Lingkup Pendidikan Islam)
• Turaq at-Tarbiyah al-Islamiyah (metode-metode pendidikan Islam)
Ellis, Logan dan Howey, membagi empat persoalan
• Purpose (Tujuan pendidikan)
• Curriculum and Method (Kurikulum dan metode pendidikan)
• Role of the Theacher (Peranan guru atau pendidik)
• Role of the school (pPeranan sekolah atau lingkungan pendidikan)
Arbi, membagi menjadi empat persoalan pokok,
• Hakikat peserta didik
• Hakikat tujuan atau maksud pendidikan
• Hakikat kurikulum
• Hakikat Metode
Abdullah, membagi.
• The nature of human nature (Hakikat sifat dasar manusia)
• The nature of knowledge and the role of 'aql in its acquisition (Hakikat pengetahuan dan peranan akal dalam perolehannya)
• The aims of education (Tujuan pendidikan)
• The methods of education (Metode pendidikan)
Qahar,
• Nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup
• Pandangan tentang peserta didik
• Tujuan pendidikan
• Sistem dan praktek pendidikan
• Bahan pendidikan
Rasyad,
• Agama Islam (Materi)
• Pendidik
• Peserta didik
• Tujuan pendidikan Islam
• Cara-cara mendidik
• Alat pendidikan
• Lingkungan pendidikan
• Evaluasi pendidikan
Ahmad Tafsir.
• Tujuan pendidikan
• Pendidik
• Anak didik
• Alat pendidikan (Kurikulum, metode, evaluasi, gaji, peralatan berupa benda)
• Kegiatan pendidikan
Dari uraian diatas dapat diringkas yakni, komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam

Faktor dan kompoenen pendidikan ada lima, yakni :
• Tujuan Pendidikan
• Pendidik atau Guru
• Anak didik atau murid
• Alat Pendidikan (Kurikulum, Metode dan Evaluasi), dan
• Lingkungan Pendidikan

Abudin Nata menyebutkan objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[5]
Sebagai mana filsafat pendidikan pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran[6]dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.

Filsafat pendidikan yang yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak, kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagimana disabdakan beliau sendiri, yakn untuk menyempurnakan akhlak yang mulai.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?[7]

Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia[8].

Hubungan tersebuut mengacu kepada hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah allah.

Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu, didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu[9].

Islam sebagai agama dan pandangan hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan mereka sendiri[10].

Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat  dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[11]Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu.

Selanjutnya Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani mengemukakan prinsip dasar kajian  filsafat pendidikan islam[12]kelima dasar itu mencakup :
1.      Pandangan Islam terhadapa jagat raya, meiputi pemikiran, bahwa :
a.       Pendidikan dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengruhi oleh lingkungan sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik ( benda-benda alam ).
b.      Lingkungan dan yang termasuk jagat raya adalah segala yang diciptakan allah, baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
c.       Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikran ini mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib, alam materi dan alamruh, alam dunia dan alam akhirat.
d.      Alam senantiasa mangalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan pada Pencipta-nya ( sunah Allah )
e.       Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan yang tunggal sebagai Sunnah Allah (Sunnatullah)
f.       Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya
g.      Pencipata alam ( Allah ) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan, serta sama sekali terhindar dari segla cacat cela. Dengan demikian Wujud Pencipta ( Khaliq ) berbeda dan tidak sma dengan wujud ciptaan-Nya ( makhluk ).
2.      Pandangan Islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa :
a.       Manusia adalah makhluk ( ciptaan ) allah yang mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
b.      Manusia diberi beban amanat sebagai kha;lifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
c.       Manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk dan mengembangkan diri
d.      Manusia adalh makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh (spiritual).
e.       Manusia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika ( faktor keturunan ) dan lingkungan yang mempengaruhinya.
f.       Manusia memiliki faktor perbedaan individu (individual differencies).
g.      Manusia memiliki sifat flektibilitas ( keluwesan ) dan memiliki kemampuan untuk mengubah, serta mengembangkan diri.
h.      Manusia memiliki motivasi dan kebutuhan.
3.      Pandangan Islam terhadap Masyarakat berisi pemikiran, bahwa :
a.       Masyarakat adalah kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lain.
b.      Agama itu adalah kaidah, ibadah dan masalah.
c.       Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lain.
d.      Dasar pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan Keesaan Allah.
e.       Ilmu adalah sdasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
f.       Masyarakat selalu mengalami perubahan
g.      Pentingnya individu dan keluarga dalam masyarakat
h.      Segala aktivitas yang diarahkan bagi kesejahteraan bersama, keadila, dan kemaslahatan-kemanusiaan termasuk bagian dari tujuan syari’at islam
4.        Pandangan islam terhadap pengetahuan manusia , memuat pemikiran, bahwa :
a.       Pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.
b.      Pengetahuan terbentuk berdsarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan penginderaan, sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
c.       Pengetahuan manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan obyek, tujuan dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan dengan allah, perbuatan dan mahkluk-Nya.
d.      Pengetahuan manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan pengungkapan kembali terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah. Dengan demiian pengetahuan bukanlah hasil dan proses pemikiran manusia yang optimal secara murni.
e.       Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung, penelitian, kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat, ataupun melalui bimbingan ilahi.
f.       Pengetahuan hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat memberikan ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan agama.

5.      Pandangan Islam terhadap akhhlak, mengandung pemikiran bahwa :
a.       Pentingnya akhlak dalam kehidupan, serta dapat dibentuk melalui upaya pembiasaab yang baik.
b.      Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan diipelajari.
c.       Akhlak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi masyaraka, adat istiadat, sistem dan cita-cita ( pandangan hidup). Dengan demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh dari keburukan dan kesalahan.
d.      Akhlak sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia ( commonse sense )
e.       Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
f.       Ajaran islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karena pada hakikatnya akhlak merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni bagimana hidup beriman dan bertakwa kepada allah.
g.      Akhlak berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antar sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena sesuai ketentuan dan perintah-Nya. Akhlak mulia ( terpuji ) merupakan tujuan akhir dari sikap hidup yang diinginkan.
Kajian filsafat pendidikan islam bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. Kajian ini kemudian dikembnagkan dalam konteks pendidikan islam, digunakan dalam menyusun teori-teori pendidikan islam, perumusan dasar dan tujuan. Baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan sistem pendidikan Islam.

Ruang llingkup kajian filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.

Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus dalam filsafat pendidikan islam.

D.    Bentuk-bentuk Filsafat Pendidikan.
Dalam filasafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lainnya, karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya” karena masih terdapat filsafat pendidikan, yang merupakan suatu eklektik  dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada.
Brubacher (1950) mengelompokan filsafat pendidikan pada dua kelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “PROGRESIF”, dan filsafat pragmatisme dari John Dewey , dan romatik naturalisme dari Rooesseau. Yang kedua, didasari oleh filsafat idealisme, realisme humanisme ( humanisme rasioanal ), dan supranatularisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan filsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.
Dalm tulisan ini akan dibahas berbagai mazhabfilsafat pendidikan yaitu :
1)      Filsafat  pendidikan idealisme/
2)      Filsafat pendidikan realisme.
3)      Filsafat pendidikan materialisme .
4)      Filsafat pendidikan pragmatisme.
5)      Filsafat pendidikan eksistensialisme.
6)      Filsafat pendidikan progrevisme.
7)      Filsafat pendidikan esensialisme.
8)      Filsafat pendidikan perenialisme.
9)      Filsafat pendidikan rekontruksionisme.

1)      Filsafat pendidikan idealisme
Realitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik , parmenides, filosof dari Elea ( Yunani purba ) berkata “Apa  yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata” plato menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”, mindmerupakan suatu wujud yang mampu menyadari duniannya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang menggerakan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Realitas mungkin bersifat personal, dan mungkin juga bersifat impersonal. Idealisme katolik berpandangan bahwa realitasakhir adalah “god” dari tiga pribadi yang disebut “trinitas”. Kaum idealisme Kristiani sepakat dengan idealisme lainnya bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang menggunakan kemauan bebas (free will) dan secara personal bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya.

Pengetahuan.
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya. Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda diluar penjelmaan material. Demikian menurut Plato. Idealisme metafisika percaya bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas, karena realitas pada hakikatnya spiritual, sedangkan jiwa manusia merupakan bagian dari subtansi spiritual tersebuat.

Nilai
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakekatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

Pendidikan
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbar yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan khusus filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-orang yang memilki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya meupun memberikan kritik, bahkan penolakan.
2)      Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme Rasional.
Realisme rasional dapat didefinidikan pada dua aliran yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “ Scholastisisme” realisme klasik ialah filsafat yunani yang pertama kali dikembangkkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama scholatisisme dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquinas menciptakan filsafat baru dalam agama kristen, yang disebut tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh neo platonisme yang dipopulerkan oleh plotinus.

Realisme Natural Ilmiah
Realisme natural ilmiah menyertai lahirnya sains di eropa pada abad ke 15 dan ke 16 yang dipelopori oleh francis Bacon, Jhon locke, galileo, david hume, jhon stuart mill, dan lain-lainnya padahal pada abad ke 20 tercatat pemikiran-pemikiran.

Neo-Realisme dan Realisme Kritis
Selain aliran-aliran realisme diatas, masih ada lagi pandangan-pandangan lain yang termasuk realisme. Aliran-aliran tersebut disebut Neo Realisme dari Fedrick Breed. Dan Realisme Kritis dari Imanuel Kant. Menurut pandangan breed, filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip utama demokrasi adalah hormat-menghormati atas hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai menerima arah tuntunan sosial dan individual. Istilah demokrasi harus didefinisikan kembali sebagai pengawasan dan kesejahteraan sosial


DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Hamdanidan A FuadIhsan.FilsafatPendidikanIslam.Bandung: Pustaka Setia.2001.
Muhaimin.WacanaPenegmbanganPendidikanIslam.Yogyakarta:PustakaPelajar.Cet II,2004.
Qomar, Mujamil.EpistemologiPendidikan Islam: Dari MetodeRasionalHinggaMetodeKritik. Erlangga
Suharto, Toto.FilsafatPendidikan Islam.Yogyakarta:Ar-Ruzz.2006.
persiABAd. 2012. ObjekFilsafatPendidikan Islam.Diakses di http://persiabad-cintailmu.blogspot.com.
Ahmad Hanafi, M.A., PengantarFilsafat Islam, Cet. IV, BulanBintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., FilsafatPendidikan, Cet. II, PustakaSetia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan.,Persoalan-persoalanFilsafat, Cet. I, BulanBintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., AntaraFilsafatdanPendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini.Dra, dkk.,FilsafatPendidikan Islam, Cet.II, BumiAksara, Jakarta, 1995.
AbuddinNata, M.A., FilsafatPendidikan Islam, Cet. I, Logos WacanaIlmu, Jakarta, 1997
M. IhsanDacholfanyadalahmahasiswa ISID 1997 – StafPengajar PP Gontor – Perpustakaan Darussalam)
Akhmad. 2012. PilsafatPendidikan Islam. Diakses di http://akhmadsudrajat.wordpress.com
Dr. Omar Mohammad Al-thoumy Al-syaibani. Filsafat Pendidikan Islam, cetakan pertama -1979
DR. H. Jalaluddin, Filsafat Pendidikan islam, kalam Mulia,  jakarta, 2011

[1]al Ghazali, Ihya Ulumuddin hlm. 90
[2] Toto Suharto.Filsafat Pendidikan Islam(Yogyakarta:Ar-Ruzz,2006),46.
[3] Ibid.,47-48.
[4] Muhaimin.Wacana Penegmbangan Pendidikan Islam.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.Cet II,2004),34-35.
[5] Ibid.,49
[6]omar mohammad al-taumy al-saybani, 1973:33
[7]M. Quraish Shihab, 1996 : 254
[8]M. Quraish shihab : 256
[9]Khursyi Ahmad, 1992 : 17
[10]Khursyi Ahmad,: 17
[11]Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani : 30
[12]Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, 1979 : 55-36
Older Posts
Subscribe to: Posts (Atom)

Popular Posts

  • SOAL CERDAS CERMAT SD DAN JAWABANNYA
    Berikut adalah Contoh Soal Cerdas Cermat Anak SD dan jawabannya yang sering muncul/dipertanyakan 1.Rangka manusia tersusun atas rangka kepa...
  • Pengertian Promosi Menurut Para Ahli
    Promosi merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk...
  • Pengertian Motivasi Diri Dan Teori Motivasi
    Pengertian Motivasi Diri Motivasi Diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita...
  • PENGERTIAN HARGA DAN STRATEGI PENENTUAN HARGA
    1. Pengertian Harga Harga, nilai dan faedah (utility) merupakan konsep-konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk ...
  • PENGERTIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIK
    SEMANTIK Semantik ialah bidang yang mengkaji selok-belok makna. Oleh sebab, makna merupakan ciri semua sistem lambang, maka pada kebias...
  • TUJUAN DAN MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSIF
    Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan an...

Labels

  • A (23)
  • Administrasi (13)
  • B (25)
  • Belajar (33)
  • C (5)
  • D (5)
  • Definisi (80)
  • Drama (4)
  • Faktor faktor (5)
  • Filsafat (7)
  • Fungsi (18)
  • Geografi (7)
  • Gerhana (3)
  • Ilmu Komunikasi (6)
  • Jenis - Jenis (10)
  • Karakter (6)
  • Karya Tulis (29)
  • Komunikasi (8)
  • Makalah (5)
  • Manajemen (18)
  • Metode Pembelajaran (12)
  • P (5)
  • PENDIDIKAN INKLUSIF (5)
  • PTK (4)
  • Pemasaran (14)
  • Pembelajaran (6)
  • Pendidikan (26)
  • Penelitian (5)
  • Pengertian (294)
  • Pengertian Komunikasi (5)
  • Pengertian Menurut Para Ahli (58)
  • Pengertian Secara Umum (14)
  • Penjualan (8)
  • Pentingnya Pengawasan (1)
  • Peradapan (5)
  • Prinsip (6)
  • Produk (14)
  • S (21)
  • SEKRETARIS (8)
  • Sejarah (25)
  • Seni (19)
  • Seni Rupa (10)
  • Sistem (18)
  • Tujuan (12)

Popular Posts

  • Pengertian Renang, Sejarah Renang, Macam-Macam Gaya Renang Dan Manfaat Berenang
  • Pengertian, Bagian Bagian GENERATOR (MAKALAH MESIN GENERATOR AC)
  • Pengertian Produk Menurut Para Ahli
  • Contoh Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
  • Pengertian Dan Definisi aplikasi Menurut Para Ahli
close
close

Contoh Contoh Proposal

  • CONTOH-CONTOH PROPOSAL
    CONTOH MAKALAH: KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
  • Ragam Cara Beternak
    Beternak Kakak Tua || CONTOH MAKALAH TENTANG KAKAK TUA
  • Daftar Tanaman Obat
    Manfaat Buah Delima Untuk Kesehatan Dan Kecantikan
Copyright © 2015 Blog Definisi | Pengertian. All rights reserved. My Notes Template. Simple Default Template edited by RT Media ™. Powered by Login