Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik.Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
Secara umum setiap ilmu memiliki objek tertentu yang dijadikan sasaran penyelidikan (objek material) dan yang akan dipandang (objek formal).
Adapun objek yang dibahas dalam Filsafat Pendidikan Islam adalah :
1. Objek Material
Yaitu sama halnya filsafat pada umumnya objek ini adalah sesuatu yang ada, tampak ataupun tidak tampak[2]:
1. Objek yang tampak adalah dunia empiris
2. Objek yang tak tampak adalah metafisika
2. Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang menyeluruh, radikal dan objektif tentang pendidikan Islam untuk diketahui hakikatnya.
Objek formal ini terbagi menjadi dua kerangka bahasan, yakni :
1. Secara Makro
Objek filsafat pendidikan secara makro adalah objek filsafat itu sendiri, mencari keterangan secara radikal mengenai Tuhan, manusia dan alam semesta yang tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.
Dari beberapa tokoh telah mengemukakan objek bahasan dan aliran filsafat, diantaranya[3] :
• Imam Bernadib membagi tiga sistem filsafat pendidikan Progresivisme, Esensialismae dan Parenialisme.
• M Noer Syam, mengemukakan empat aliran filsafat pendidikan progresivisme, Esensialisme, Parenialisme dan Rekonstruksion- isme
• George R Knight, membegi menjadi tiga kategori, yakni Tradisional (Idealisme, Realisme dan Neo-Skolasisme), Modern (Pragmatisme dan Eksistensialisme) dan Kontemporer (Progresivisme, Parenialisme, Esensialisme, Rekonstruksioisme dan Behaviorisme)
• Geral L Gutek, membagi aliran filsafat pendidikan berdasarkan tokoh-tokohnya yakni, Idealisme oleh Plato, Realisme oleh Aristoteles, Teistik-Realisme oleh Thomas Aquinas, Naturalisme oleh Rosseau, Pragmatisme oleh Dewey, Liberalisme oleh Locke, Konservatisme oleh Burke, Utopianisme oleh Owen, Marxisme oleh Karl Marx, Totalitarisme oelh Hitler, Parenialisme oleh Hutchins, Progresivisme oelh Kilpatrick dan Rekonstruksionisme Sosialis oleh Counts
2. Secara Mikro
Adapun secara makro adalah segala hal yang merupakan faktor-faktor dan komponen dalam pendidikan.
Bebrapa komponen aktifitas pendidikan menurut beberapa tokoh, yakni[4] :
1. Al-Syaibani
• falsafah tujuan pendidikan
• falsafahj kurikulum
• falsafah metode pendidikan
2. Al'Ainain
• Ahdat at-Tarbiyah al-Islamiyah (Tujuan-tujuan pendidikan Islam)
• Maqadin at-Tarbiyah al-Islamiyah (Medan atau Lingkup Pendidikan Islam)
• Turaq at-Tarbiyah al-Islamiyah (metode-metode pendidikan Islam)
Ellis, Logan dan Howey, membagi empat persoalan
• Purpose (Tujuan pendidikan)
• Curriculum and Method (Kurikulum dan metode pendidikan)
• Role of the Theacher (Peranan guru atau pendidik)
• Role of the school (pPeranan sekolah atau lingkungan pendidikan)
Arbi, membagi menjadi empat persoalan pokok,
• Hakikat peserta didik
• Hakikat tujuan atau maksud pendidikan
• Hakikat kurikulum
• Hakikat Metode
Abdullah, membagi.
• The nature of human nature (Hakikat sifat dasar manusia)
• The nature of knowledge and the role of 'aql in its acquisition (Hakikat pengetahuan dan peranan akal dalam perolehannya)
• The aims of education (Tujuan pendidikan)
• The methods of education (Metode pendidikan)
Qahar,
• Nilai-nilai yang menjadi dasar pendidikan dan pandangan hidup
• Pandangan tentang peserta didik
• Tujuan pendidikan
• Sistem dan praktek pendidikan
• Bahan pendidikan
Rasyad,
• Agama Islam (Materi)
• Pendidik
• Peserta didik
• Tujuan pendidikan Islam
• Cara-cara mendidik
• Alat pendidikan
• Lingkungan pendidikan
• Evaluasi pendidikan
Ahmad Tafsir.
• Tujuan pendidikan
• Pendidik
• Anak didik
• Alat pendidikan (Kurikulum, metode, evaluasi, gaji, peralatan berupa benda)
• Kegiatan pendidikan
Dari uraian diatas dapat diringkas yakni, komponen pokok dalam pendidikan Islam adalah :
- Tujuan pendidikan
- Kurikulum dan program pendidikan
- Pendidik dan perserta didik
- Metode pendidikan Islam
- Lingkungan pendidikan atau kontek belajar dalam pendidikan Islam
Faktor dan kompoenen pendidikan ada lima, yakni :
• Tujuan Pendidikan
• Pendidik atau Guru
• Anak didik atau murid
• Alat Pendidikan (Kurikulum, Metode dan Evaluasi), dan
• Lingkungan Pendidikan
Abudin Nata menyebutkan objek Filsafat Pendidkan Islam secara Mikro yakni pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh dan universal mengenai konsep-konsep pendidikan yang didasarkan atas ajaran Islam.[5]
Sebagai mana filsafat pendidikan pada umunya, maka filsafat pendidikan islam juga menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni pendidikan islam .filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran[6]dengan demikian filsafat pendidikan islam pada hakikatnya merupakan landasan dasar bagi bangunan sebuah sistem pendidikan islam itu sendiri.
Filsafat pendidikan yang yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan islam tak dapat dilepaskandari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan akhlak, kemudian penyempurnaan akhlak terkait juga dengan hakikta penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi allah yang setia, maka manusia juga tak dapat melepaskan statusnya selaku khalifah allah dimuka bumi.
Misi utama kerasulan Muhammad saw. Sebagimana disabdakan beliau sendiri, yakn untuk menyempurnakan akhlak yang mulai.Akhlak menyangkut berkaitan dengan sikap dan prilaku manusia.Nilai kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta objeknya yakni kepada siapa kelakuan itu ditunjukan.Selanjutnya dikemukakan oleh M. Quraish Shihab, bahwa para filsuf dan teolog sering membahas tetntang arti baik dan buruk, serta pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan tersebut merupakan peilihan atu perbuatan manusia sendiri, ataukah berada diluar kemampuannya?[7]
Selanjutnya dikemukakan M. Quraish Shihab, bahwa dalam diri manusia itu sendiri nyatanya terdapat potensi untuk berkelakuan baik dan juga buruk, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam al-quran, bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan, salah satufrase dalam suart al-baqarah dinyatakan : “ untuk manusia ganjaran dari perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi pada perbuatan (buruk) yang dilakukannya.” (Q.2:286)
Potensi manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah allah ( agama-nya) yang dinyatakan sesuai dengan fitrah asal kejadian menurut manusia[8].
Hubungan tersebuut mengacu kepada hakikat pencipataan, akhlak mulia, dan tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepada manusia. Bila dirunut, maka pemikirna filsaafat pendidikan islam pada hakikta berada permasalahan –permasalahan dari ketiga faktor dimaksud. Bagaimana upaya agar manusia memiliki akhlak yang mulia,dengan akhlak mulia ini, manusia mampu menempatkan diri sebagai pengabdi allah yang setia.kesetiaan dalam pengabdian yang didisarkan atas dasar-dasar nilai akhlak ini diharapkan pula manusia mampu mengemban amanahnya dalammenjalankan tugas sebagai khalifah allah.
Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan islam tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaaran islam itu sendiri. Menurut Khursyi Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap dasar sistem pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma nilai-nilai tertentu, didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu[9].
Islam sebagai agama dan pandangan hidup Muslim, bagai manapun akan berbeda dengan pandangan hidup yang bersumber dari ediologi sebagai produk pemikiran filsafat. Olehnya, filsafat pendidikan islam punya karakter dan prinsip-prinsip khusus. Makanya dalam pandangan Khursyi Ahmad, pendapat yang menyatakan bahwa meniru sistem pendidikan suatu bangsa atau negara lain tanpa merusak sistem mereka sendiri, adalah pemahaman yang keliru. Sesungguhnya mereka tidak bisa mengambil begitu saja mengambil sistem pendidikan asing, kecuali jika mereka ingin menghancurkan kebudayaan mereka sendiri[10].
Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani, filsafat pendidikan ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah kaidah filsafat dalam bidang ppendidikan. Titik berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.[11]Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya penyelesaian masalah pendidikan Islam. Bagaimana pandangan Islam terhadap semuanya itu.
Selanjutnya Omar Mohammad al-Toumy al-saiybani mengemukakan prinsip dasar kajian filsafat pendidikan islam[12]kelima dasar itu mencakup :
1. Pandangan Islam terhadapa jagat raya, meiputi pemikiran, bahwa :
a. Pendidikan dan tingkah laku manusia, serta akhlaknya selain dipengruhi oleh lingkungan sosial, juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik ( benda-benda alam ).
b. Lingkungan dan yang termasuk jagat raya adalah segala yang diciptakan allah, baik makhluk hidup maupun benda-benda alam.
c. Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yakni materi dan ruh. Dasar pemikran ini mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan alam gaib, alam materi dan alamruh, alam dunia dan alam akhirat.
d. Alam senantiasa mangalami perubahan menurut ketentuan-ketentuan pada Pencipta-nya ( sunah Allah )
e. Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan yang tunggal sebagai Sunnah Allah (Sunnatullah)
f. Alam merupakan sarana yang disediakan bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan dirinya
g. Pencipata alam ( Allah ) adalah wujud yang berada diluar alam, dan memiliki kesempurnaan, serta sama sekali terhindar dari segla cacat cela. Dengan demikian Wujud Pencipta ( Khaliq ) berbeda dan tidak sma dengan wujud ciptaan-Nya ( makhluk ).
2. Pandangan Islam terhadap manusia, memuat pemikiran bahwa :
a. Manusia adalah makhluk ( ciptaan ) allah yang mulia, sesuai dengan hakikat kejadiannya.
b. Manusia diberi beban amanat sebagai kha;lifah (mandataris) allah dibumi guna memakmurkannya.
c. Manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan belajar, dan kemampuan untuk dan mengembangkan diri
d. Manusia adalh makhluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani (mental) dan ruh (spiritual).
e. Manusia bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi genetika ( faktor keturunan ) dan lingkungan yang mempengaruhinya.
f. Manusia memiliki faktor perbedaan individu (individual differencies).
g. Manusia memiliki sifat flektibilitas ( keluwesan ) dan memiliki kemampuan untuk mengubah, serta mengembangkan diri.
h. Manusia memiliki motivasi dan kebutuhan.
3. Pandangan Islam terhadap Masyarakat berisi pemikiran, bahwa :
a. Masyarakat adalah kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti tanah air, budaya, agama, tradisi dan lain-lain.
b. Agama itu adalah kaidah, ibadah dan masalah.
c. Masyarakat Islam memiliki identitas tersendiri yang secara prinsip berbeda dari masyarakat lain.
d. Dasar pembinaan masyarakat Islam adalah akidah, keimanan tentang wujud dan Keesaan Allah.
e. Ilmu adalah sdasar yang terbaik bagi kemajuan masyarakat
f. Masyarakat selalu mengalami perubahan
g. Pentingnya individu dan keluarga dalam masyarakat
h. Segala aktivitas yang diarahkan bagi kesejahteraan bersama, keadila, dan kemaslahatan-kemanusiaan termasuk bagian dari tujuan syari’at islam
4. Pandangan islam terhadap pengetahuan manusia , memuat pemikiran, bahwa :
a. Pengetahuan adalah potensi yang dimiliki manusia dalam upaya untuk meningkatkan kehidupan individu dan masyarakat.
b. Pengetahuan terbentuk berdsarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan penginderaan, sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.
c. Pengetahuan manusia memiliki kadar dan tingkatan yang berbeda sesuai dengan obyek, tujuan dan metodenya. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang berhubungan dengan allah, perbuatan dan mahkluk-Nya.
d. Pengetahuan manusia pada hakikatnya adalah hasil penafsiran dan pengungkapan kembali terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan Allah. Dengan demiian pengetahuan bukanlah hasil dan proses pemikiran manusia yang optimal secara murni.
e. Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti pengamatan langsung, penelitian, kajian terhadap peristiwa, rangkuman dari berbagai pendapat, ataupun melalui bimbingan ilahi.
f. Pengetahuan hakiki adalah pengetahuan yang didasari oleh akidah, karena dapat memberikan ketentraman batin. Di dalamnya terkandung keyakinan dan kesesuaian dengan agama.
5. Pandangan Islam terhadap akhhlak, mengandung pemikiran bahwa :
a. Pentingnya akhlak dalam kehidupan, serta dapat dibentuk melalui upaya pembiasaab yang baik.
b. Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan diipelajari.
c. Akhlak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti waktu, tempat, situasi dan kondisi masyaraka, adat istiadat, sistem dan cita-cita ( pandangan hidup). Dengan demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh dari keburukan dan kesalahan.
d. Akhlak sesuai dengan fitrah dan akal sehat manusia ( commonse sense )
e. Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran islam, yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat
f. Ajaran islam merupakan sumber nilai-nilai akhlak, karena pada hakikatnya akhlak merupakan realisasi dari ajaran islam itu sendiri, yakni bagimana hidup beriman dan bertakwa kepada allah.
g. Akhlak berintikan tangung jawab terhadap amanat allah yang keabsahannya dinilai dari tingkat kemampuan untuk mengaplikasikan hubungan yang sebaik mungkin antar sesama manusia, seluruh makhluk ciptaan allah atas dasar ridha allah, karena sesuai ketentuan dan perintah-Nya. Akhlak mulia ( terpuji ) merupakan tujuan akhir dari sikap hidup yang diinginkan.
Kajian filsafat pendidikan islam bertitiktolak dari kelima prinsip yang jadi dasar pemikiran tersebut. Kajian ini kemudian dikembnagkan dalam konteks pendidikan islam, digunakan dalam menyusun teori-teori pendidikan islam, perumusan dasar dan tujuan. Baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan akhir yang akan dicapai. Dalam kaitan dengan sistem pendidikan Islam.
Ruang llingkup kajian filsafat pendidikan islam juga meliputi masalah-masalah yang berhubungna dengan sistem pendidikan islam itu sendiri, adapun komponen-komponen yang termasuk dalam sistem pendidikan islam itu, antar lain dasar yang melandasi pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan islam. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud, makaperlu rumusan mengenai siapa yang didik , siapa pelaksananya, bagaiman cara penyelenggaranya, sarana dan prasaran yang diperlukan, materi yang diberikan bagaiman caranya, kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimna mengukur tingkat pencapaiannya.
Pemikiran-pemikiran menggambarkan cakupan teori maupun rumusan mengenai peserta didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, dan evaluasi pendidikan. Semua komponen tersebut tergabung dalam sebuah sistem, sebab sistem dapat diartikan sebagai proses yang dapat diartikan proses aktivitas yang didalamnya tersusun komponen-komponen yang saling menentukan, saling tergantung, dan berhubungan antara sesamanya, dalam pencapaian tujuan.
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan islam, mengacu kepada semua aspek yang dianggap mempunyai hubungan dengan pendidikan dalam arti luas. Tidak terbatas dengan lingkungan institusi pendidikan formal saja. Lapangan pendidikan diluar madrasah (sekolah) seperti lingkungan rumah tangga , lembaga peribadatan, masyarakat, maupun tradisi sosio-kultural jugablebih rinci, pendidikan pre-natal manjadi kajian khusus dalam filsafat pendidikan islam.