• Home
  • About
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Blog Definisi | Pengertian

Blog Definisi | Pengertian
  • Home
  • Definisi
  • Pengertian
  • Pemasara
  • Produk
  • Karya Tulis
  • Seni
  • Sistem
  • SEKRETARIS
Home → Semua Post Berkategori Semantik
Showing posts with label Semantik. Show all posts
Showing posts with label Semantik. Show all posts
SEMANTIK - PERUBAHAN MAKNA

SEMANTIK - PERUBAHAN MAKNA

5:28:00 AM
A. Pengantar

Masalah bahasa merupakan masalah yang cukup kompleks, bukan saja karena bahasa adalah unsur dan pendukung  kebudayaan, melainkan juga karea masalah bahasa mencakup kepentingan segenap lapisan masyarakat. Bahasa memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia baik secara individual (personal) maupun secara sosial (komunal).Fungsi utama bahasa adalah sebagai media komunikasi.
Sejalan dengan sifat masyarakat yang dinamis, maka bahasa yang digunakan juga senantiasa berkembang.Bahasa berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang selaras denga perkembangan kebudayaan dan peradaban masyarakat pemakainya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemakaian bahasa diwujudkan dalam bentuk leksem-leksem dan kalimat.Masyarakat pemakai bahasalah yang menggunakan leksem dan kalimat sehingga merekalah yang menambah kosa kata yang ada sesuai kebutuhan.Perubahan yang terjadi dalam bahasa mencangkup penambahan, pengurangan maupun pergeseran.Perubahan leksem menyebabkan maknanya berubah dengan demikian terjadi pula perubahan makna.
Makna sebuah leksem atau kata secara diakronis dapat mengalami perubahan, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya perubahan makna , yaitu:(1) bahasa senantiasa berkembang; (2) makna sebuah leksem sering bersifat samar-samar atau kabur; (3) kehilangan motivasi; (4) terdapat makna ganda; (5) ambigu (ambiguous contex); dan (6) struktur kosa kata (Pateda, 1989:71)

B. Faktor Perubahan Makna

Faktor-faktor perubahan makna tersebut antara lain faktor linguistik, faktor kesejahteraan, faktorsosial masyarakat, faktor psikologis, faktor kebutuhankata baru, faktor pengembangan ilmu dan teknologi, faktorperbedaan bidang pemakaian atau lingkungan, faktor pengaruh bahasa asing, faktor asosiasi, faktor pertukaran tanggapan indera, faktor perbedaan tanggapan pemakaian bahasa, dan faktor penyingkatan. 
1. Faktor linguistik
Perubahan makna karena faktor linguistik bertalian erat dengan fonologi, morfologi dan sintaksis.Misal :
Kata sahaya yang mulanya dihubungkan dengan ‘budak’, tapi karena leksem tersebut berubah menjadi saya selalu dihubungkan dengan kata ganti orang pertama hormat.
Kata bermain mempunyai makna ‘melakukan sesuatu untuk bersenang-senang’.Contohnya bermain_tenis. Maknanya akan berubah jika kata iti diubah menjadi bermain-main, yakni ‘bersenang-senang dengan melakukan sesuatu’. Misalnya, anak itu sedang bermain-main di lapangan rumput.

2. Faktor Kesejarahan
Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubunhan dengan perkembangan leksem.Misalnya : leksem wanita sebenarnya berasal dari leksem betina. Leksem betina selalu dihubungkan dengan hewan; sedangkan leksem wanita merupakan leksem yang berpadanan dengan perempuan.

3. Faktor Sosial Masyarakat
Perubahan makna karena faktor sosial  berhubungan dengan perkembangan leksem yang ada di dalam masyarakat tersebut. Perubahan makna tersebut ada dua macam, yaitu perkembangan mengkhusus atau menyempit dan mengumum atau meluas.
Contoh mengkhusus:
a. Kata kitab, dulu kata ini berarti buku, namun jaman sekarang berarti buku dikalangan agama/kitab suci.
b. Kata oknum, dulu kata ini berarti anggota, namun  jaman sekarang berarti anggota suatu aparat yang tidak baik. 

Contoh meluas:
Kata ‘priyayi’
Mulanya kata tersebut bermakna orang yang berpendidikan/terhormat/kaya.Namun, sekarang makna keta tersebut lebih kepada orang yang kaya saja.Contoh-contoh lain: nenek, kakek, om dan paman.

4. Faktor Psikologis
Perubahan makna secara psikologis terjadi kerena adanya perasaan untuk memperhalus ucapan yang disebabkan oleh rasa takut, menjaga perasaan orang lain dan sebagainya.
Dalam bukunya Pengantar Semantik, Stephen Ulman menyebutkan bahwa ada dua sebab yang mempengaruhi faktor psikologis, yaitu:
a. Faktor  emotif yaitu perubahan makna yang disebabkan karena pengaruh perasaan. Menurut Sperber,jika kita secara intens berminat dalam suatu hal, maka kita cenderung membicarakan hal tersebut, walaupun sebenarnya tidak ada kaitannya dengan apa yang kita bicarakan.
Contoh:
1) Kata bomber adalah sebuah pesawat pembom, namun kita sering menggunakan kata tersebut untuk menyebutkan wanita gemuk.
2) Kata mengebom adalah sebuah kegiatan meluncurkan bom, namun sering digunakan untuk menyampaikan makna mengentut.
b. Tabu
Tabu tersebut juga dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Tabu karena ketakutan yaitu sebuah ketakutan terhadap makhluk atau sesuatu yang supranatural untuk menyebutkan namanya.
Contohnya:
a) Di masyarakat Jawa, di desa kebiasaan menyebut roh-roh yang dikeramatkan dengan sebutan mbah/kakek.
b) Di Sumatra kebiasaan para pemburu menyebut ular dengan akar dan kyai untuk macan. 

2) Tabu karena kenyamanan yaitu adanya kecenderungan untuk mbghindarkan acuan langsung kapada hal-hal yang tidak menyenangkan.
Contohnya:
a) Mengatakan uang suap, untuk korupsi dan semacamnya.  
b) Mengatakan kata diamankan untuk makna kata ditahan.

3) Tabu karena sopan santun yaitu tiga hal yang mengenai seks, bagian, fungsi tubuh tertentu dan cacian.
Contohnya :
a) Kata kotor bermakna tidak senonoh/porno.
b) Kurang asem bermakna kurang ajar.

5. Faktor Kebutuhan Kata Baru
Perubahan makna karena faktor kebutuhan kata baru berhubungan erat dengan kebutuhan masyarakat pemakai bahasa.Hal ini disebabkan karena bahasa terus berkembang selaras dengan dinamika masyarakat pemilik dan pemakai bahasa.Pemikiran manusia sesuai dengan kebutuhannya.Oleh karena itu bahasa juga berkembang karena bahasa sebagai alat komunikasi utama bagi manusia. Seperti yang dikatakan oleh Stephen Ulman dalam bukunya Pengantar Semantik(2007, 263) penemuan ilmiah dan perkembangan yang lain, memaksa perlunya menemukan nama baru, dan kebutuhan itu ditemukan dengan menambah makna-makna segar pada istilah Latin.
Contoh kebutuhan akan makna baru: 
a. Kata dia yang dirasa kurang nyaman, makan muncullah kata beliau.
b. Kata tank untuk menunjukkan kendaraan berlapis baja yang ditemukan pada perang dunia 1. padahal kata itu semula berarti wadah besar, lalu diberi makna baru yang ditambahi agak sewenang-wenang.
c. Kata vampire adalah binatang, mirip kelelawar yang   menghisap darah. Namun, maknanya berganti sebuah hantu dr china yang menghisap darah manusia.

6. Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata atau leksem.Kita sering menemukan adanya sebuah kata yang pada mulanya mengandung konsep makna yang sederhana sampai kini tetap dipakai meskipun konsep makna yang dikandungnya telah berubah.
Misalnya:
a. Leksem berlayar dulu mengacu pada pengertian “menempuh perjalanan laut dengan perahu layar”. Sekarang sekalipun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang tidak memakai layar, perjalanan laut itu masih menggunakan leksem berlayar.
b. Leksem manuskrip pada mulanya berarti “tulisan tangan”, tetapi kini walaupun semua naskah sudah ditulis dengan mesin ketik atau computer, leksem manuskrip tetap digunakan.

7. Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian Lingkungan
Setiap bidang kegiatan mempunyai sejumlah kosa kata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu yang berlaku di bidang tersebut. Kosa kata yang digunakan dalam bidang tertentu bisa saja digunakan dalam bidang lain atau menjadi kosa kata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut menjadi memiliki makna baru atau makna lain disamping makna aslinya (makna yang berlaku dalam bidangnya).


Misalnya:
a. Kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian. Contohnya seperti dalam frase menggarap sawah, tanah garapan, dan petani penggarap, kini juga digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna ‘mengerjakan’ seperti misal dalam frase menggarap skripsi.
b. Kata akar dalam bidang pertanian bermakna “bagian tumbuh-tumbuhan yang masuk ke dalam tanah sebagai alat pengisian air dan zat makanan”; Sedangkan dalam matematika kata akar bermakna bilangan yang diperoleh dari suatu bilangan yang diuraikan dari pangkatnya (misalnya: √16=4) 

8. Faktor Pengaruh Bahasa Asing 
Perubahan makna juga banyak disebabkan oleh pengaruh bahasa asing yang berupa peminjaman makna. Misalnya kata butir yang sebenarnya berupa kata bantu bilangan yang mengacu pada benda yang bulat dan kecil, sekarang kata butir juga dipakai sebagai padanan kata item. Misalnya, dalam ujian kali ini terdapat 5 butir pertanyaan. Contoh lain: kata menyunting dapat bermakna ‘memperistri’ dan ‘mengedit’.

9. Faktor Asosiasi 
Kata-kata yang diluar bidang asalnya sering masih ada hubungannya dengan makna  kata tersebut pada bidang asalnya. Misalnya kata kursi yang berasal dari suatu alat makna asalnya “tempat untuk duduk”, tetapi jika dipakai dalam kalimat Para pejabat saling adu strategi demi mendapatkan kursi di Senayan. Kata kursi bermakna “jatah jabatan”.Asosiasi berhubungan pula dengan aspek tempat dan waktu. Misalnya, yang bertalian dengan tempat, jika seluruh warga Indonesia yang dipelosok mengatakan akan merantau ke ibukota tentu yang dimaksud adalah pergi ke Jakarta. Contoh yang bertalian dengan waktu, jika ada yang mengatakan “Upacara 17 Agustus” tentu yang dimaksudkan adalah Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan.

10. Faktor Pertukaran Tanggapan Indera 
Di dalam pemakaian bahasa sering terjadi adanya pertukaran tanggapan antara indera yang berbeda. Manis yang seharusnya ditangkap indera perasa lidah, lalu diindera dengan indera penglihatan; misalnya dalam kalimat Hari ini senyumnya sungguh manis. Terjadinya perubahan makna karena pertukaran tanggapan indera disebut dengan sinestesia. Contoh lain dari sinestesia:
a. Aku mendapatkan pengalaman pahit hari ini.
b. Kritikannya sungguh pedas akhir-akhir ini.
c. Tutur katanya sungguh halus.

11. Faktor Perbedaan Tanggapan Pemakai Bahasa
Suatu kenyataan bahwa sejumlah kata yang digunakan oleh masyarakat pemakainya tidaklah mempunyai nilai yang sama. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup dan norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Kata-kata yang bernilai tinggi sering disebut dengan istilah amelioratif, sedangkan kata-kata yang bernilai rendah sering disebut dengan peyoratif.Misal, kata wanita dewasa ini dianggap bernilai tinggi (amelioratif), sedangkan perempuan dianggap bernilai rendah (peyoratif).
Contoh lain adalah sebagai berikut:
a. Kata tuna netra dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata buta.
b. Kata busana dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata pakaian.
c. Kata gemuk dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata gendut.
d. Kata rombongan dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata gerombolan.
e. Kata istri dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan kata bini.


12. Faktor Penyingkatan
Kita melihat terdapat sejumlah ungkapan dalam bahasa Indonesia yang karena sering digunakan, sekalipun tidak diucapkan secara keseluruhan orang pun sudah memahami maksudnya. Misal, jika ada orang mengatakan dok maka orang lain pun tahu bahwa yang dimaksudkan adalah “dokter”, lab adalah “laboratorium”, meninggal maksudnya “meninggal dunia”, berpulang maksudnya “berpulang ke Rahmatullah”, lok maksudnya “lokomotif”. Contoh lain adalah sebagai berikut:
a. Prof maksudnya adalah “professor”
b. Bjhbjkh
c. bvnbn

C. Macam-Macam Perubahan Makna
Sebagaimana telah dipaparkan di atas bahwa dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan.Perubahan makna atau perubahan semantik tersebut tentu saja dapat kita lihat dari bermacam-macam segi. Di dalam bahasa Indonesia kita mengenal dari berbagai macam perubahan makna, yaitu:Perluasan (generalisasi), Penyempitan (spesialisasi), Peninggian (ameliorasi), Penurunan (peyorasi), Pertukaran (sinestesia), Persamaan (asosiasi), Metafora.
Pada uraian berikut ini akan kita bicarakan macam-macam perubahan makna di atas beserta contoh-contohnya. Pemahaman terhadap berbagai jenis perubahan ini sangat penting bagi pemakai bahasa pada umumnya di dalam perilaku atau tindak bahasa yang dilakukan dalam kesehariannya, baik yang bersifat formal maupun yang bersifat nonformal. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang perubahan makna akan menolong para pemakai bahasa untuk dapat memilih secara tepat kata-kata atau bentuk yang tepat di dalam kegiatan komunikasi. 


1. Perluasan Makna atau Generalisasi
Proses perubahan makna dari yang lebih sempit (khusus) ke yang lebih luas (umum).


Contoh:
Berlayar
Makna lama : bepergian menggunakan sampan
Makna baru : bepergian menggunakan alat transportasi laut

Nenek
Makna lama : sebutan untuk orang tua dari ayah/ibu
Makna baru : semua wanita yang sudah lanjut usia

2. Penyempitan Makna atau Spesialisasi
Proses perubahan makna dari yang lebih luas (umum) ke yang lebih sempit (khusus).
Contoh:
Madrasah
Makna lama : semua sekolahan
Makna baru : sekolah agama Islam

3. Peningkatan Makna atau Ameliorasi
Peninggian makna atau ameliorasi adalah proses perubahan makna kata yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi, hormat atau baik nilainya daripada makna yang lama atau semula.
Contoh ameliorasi :
Pria lebih baik daripada laki-laki
Wanita lebih baik daripada perempuan
Bung lebih baik daripada bang
Putra lebih baik daripada anak
Suami lebih baik daripada laki-laki
Istri lebih baik daripada bini
Melahirkan lebih baik daripada beranak
Hamil lebih baik daripada bunting
Saya lebih baik daripada gua
Anda lebih baik daripada kamu
Tunanetra lebih baik daripada buta
Tunarungu lebih baik daripada tuli
Tunawisma lebih baik daripada gelandangan
Tunasusila lebih baik daripada pelacur
Buang air lebih baik daripada berak

4. Penurunan Makna atau Peyorasi
Penurunan makna atau peyorasi adalah proses perubahan makna yang mengakibatkan makna baru atau makna sekarang dirasakan lebih rendah, kurang baik, kurang menyenangkan, atau kurang halus nilainya daripada makna semula (lama). Peyorasi merupakan kebalikan dari ameliorasi.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ameliorasi dan peyorasi bertalian dengan nilai rasa (emotif).
Contoh peyorasi :
Perempuan lebih rendah daripada wanita
Bini lebih rendah daripada istri
Bunting lebih rendah daripada hamil
Beranak lebih rendah daripada melahirkan
Mampus lebih rendah daripada meninggal dunia
Laki-laki lebih rendah daripada pria
Buta lebih rendah daripada tunanetra
Tuli lebih rendah daripada tunarungu
Gelandangan lebih rendah daripada tunawisma
Pelacur lebih rendah daripada tunasusila
Idiot lebih rendah daripada tunagraita

5. Sinestesia
Sinestesia berasal dari bahasa Yunani sun artinyasama dan aisthetikas artinya tampak (Prilya, 2011).  Menurut Sarwiji (2011: 166), sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera (dari indera penglihatan ke indera pendengaran, dari indera perasaan ke indera pendengaran, dan sebagainya).
Amber (2007) juga mendefinisikan bahwa synesthesia is a neurological condition in which two or more bodily senses are merged so that the detection of each is mismatched, (sinestesia  adalah kondisi neurologis  di mana dua atau lebih  indera tubuh digabungkan sehingga masing-masing terdapat kecocokan.)
Jadi, sinestesia adalah bentuk perubahan makna akibat dari pertukaran dua panca-indera (pada manusia) atau lebih yang pada tiap panca-indera yang ditukarkan ada kecocokan dalam pemakaiannya.
Contoh dari sinestesia:
a. Penglihatan, pendengaran
- Sungguh indah suara bintang itu ketika membawakan lagunya Ungu.

b. Penglihatan, peraba
- Tiada yang bisa menandingi kelembutan pemandangan pegunungan dipagi hari.

c. Penglihatan, perasa
- Manis sekali wajah anak itu.
- Orang itu langsung memasang muka kecut ketika ia tahu bahwa anaknya yang melakukan hal itu.

d. Penglihatan, penciuman
- Aroma wangi dari pengharum ruangan itu membuat suasana kelas kami menjadi cerah.

e. Pendengaran, peraba
- Lembutnya suara Tompi menyihir semua orang dalam konser malam itu.
f. Pendengaran, perasa
- Suaranya sungguh enak didengar sampai dapat merusak radio saya.

g. Pendengaran, penciuman
- “Ini baru sedap,” kata seorang juri ketika menilai suara Ani dalam acara Bang Haji Mencari Bakat kemarin.

h. Peraba, perasa
- Kasurmu enak sekali, membuatku enggan beranjak darinya.

i. Peraba, penciuman
- Aromanya parfum ini lebih lembut, tidak setajam yang satunya.

j. Perasa, penciuman
- Pantas saja ia menjadi idola bagi para pria. Selain berparas cantik, baunya juga enak.

6. Persamaan atau Asosiasi
Asosiasi berarti tautan dalam ingatan pada orang atau barang lain: pembentukan hubungan atau pertalian antara gagasan, ingatan, atau kegiatan pancaindera (KBBI, 1985:53 dalam Sarwiji, 2011: 91).
Asosiasi adalah proses perubahan makna sebagai akibat dari persamaan sifat (Sarwiji, 2011: 166). Jadi, asosiasi adalah pertukaran antara dua leksem yang terjadi karena proses perubahan makna yang dapat diterima atas pertukarannya dengan ketentuan adanya persamaan sifat dari leksem-leksem tersebut.
Contoh asosiasi:
a. Bunga desa itu sedang diperebutkan dua jejaka di sana itu.
b. Hati-hati dengan orang itu. Ia dikenal sebagai tukang catut dalam setiap acara kampus.
c. Tenang saja. Dia sudah terkenal mau menerima setiap amplop dari kliennya.

7. Metafora
Metafora adalah pemakaian kata tertentu untuk objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (Kridalaksana, 1984: 123 dalam Sarwiji, 2011: 167).
Menurut Suryadi (2006: 4), metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti memindahkan. Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata: seperti, ibarat, bak, umpama, penaka, serupa.
Jadi, metafora adalah suatu bentuk perubahan makna dengan menukarkan dua hal atau benda, yaitu leksemnya, yang memiliki tujuan memunculkan kesan hidup dengan tidak mengeksplisitkan leksem perbandingan.Dalam uraian terseut juga menjelaskan bahwa letak perbedaan metafora dengan simile adalah pada pemakaian leksem perbandingannya.
Contoh:
kaki meja,
kaki gunung,
mulut gua,
dan juga dalam pemakaian bahasa iklan, baik berwujud verbal maupun hanya visual (Suryadi, 2006: 5)

Referensi

Jensen, Amber. 2007. Letherbridge Undergraduate Research Journal.Synesthesia.Tersedia pada http://www.lurj.org/article.php/vol2n1/synesthesia.xml.Diunduh pada thun 2011.
Nanang Suryadi. 2006. Analisis Metafora dalam Iklan Media Cetak. Tersedia pada http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal%20metafora&source=web&cd=3&ved=0CCUQFjAC&url=http%3A%2F%2Fisjd.pdii.lipi.go.id%2Fadmin%2Fjurnal%2F4206189196.pdf&ei=CZrnTvHICo3orQelwYipBw&usg=AFQjCNEB-XpgZbe_O-MGpKw6fRpY-m2vHw. Diunduh pada tahun 2011.
Prilya William. 2011. Scribd. Makalah Semantik. Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/58118080/makalah-semantik.Diunduh pada tahun 2011.
Sarwiji Suwandi. 2011. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Ullman, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PENGERTIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIK

PENGERTIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIK

5:22:00 AM
SEMANTIK

Semantik ialah bidang yang mengkaji selok-belok makna. Oleh sebab, makna merupakan ciri semua sistem lambang, maka pada kebiasaannya makna mengandungi bidang gunaan yang lebih luas daripada hanya terhadap bahasa. Kebanyakan ahli bahasa pada hari ini memberikan keutamaan kepada suatu penghuraian makna yang formal serta menurut keperihalan (contextual) dan ini memanglah lebih berguna kepada seorang guru yang mengajar. Secara intuitif, bidang makna boleh digunakan sebagai rujukan (cross-reference) pada setengah-setengah tempat dalam sesuatu penyelidikan tetapi penghuraiannya hendaklah pula dilaksanakan dengan berdasarkan kepada bentuk. Seluruh penyelidikan sebaikbaiknya tunduk kepada konsep 'form underlies meaning'.

Antara lain yang disentuh oleh bidang ini ialah persoalan tentang perbezaan antara makna tatabahasa dan makna kamus (leksis), penentuan perkataan-perkataan seerti (synonyms) dan perkataan-perkataan yang berlainan erti (antonyms) dengan berdasarkan kepada kategori makna yang berlainan yang dibawa oleh kedua-dua jenis perkataan itu, dan sifat-sifat makna dalam struktur ayat menurut analisis kandungan kategorikategori makna itu, serta penubuhan konsep makna sintaksis dalam analisis sesuatu bahasa secara keseluruhan, dan selainnya lagi.


sebenarnya mempelajari sistem bahasanya dengan kadar pencapaian yang tertentu dan sebagainya. Walau bagaimanapun, soal-soal mengenai bagaimana seseorang kanak-kanak mempelajari 'kebijaksanaan' bahasa di sekitar alam sekelilingnya masih belum dapat diselesaikan oleh bidang penyelidikan setakat ini.

Sebagai kesimpulannya, psikolinguistik ialah bidang yang membahaskan hal-hal tentang penguasaan bahasa, iaitu dengan mencari jawapan bagaimana bahasa itu dapat dikuasai oleh kanak-kanak dan orang dewasa.

Sosiolinguistik ialah bidang yang mengkaji perhubungan antara bahasa dan gejalanya dengan masyarakat. Salah satu perkara yang dihadapi oleh ahli-ahli bahasa di dunia hari ini ialah masalah bahasa dalam negara-negara xa.ng membangun. Masalah ini secara langsungnya berkaitan dengan pembinaan dan perancangan bahasa. Keperluankeperluan negara dalam bidang sains, teknologi, ekonomi dan sebagainya memerlukan usaha yang berterusan bagi mengemaskan lagi kemampuan bahasa itu bagi memenuhi keperluan-keperluan zaman, khususnya zaman moden. Pemilihan dan penentuan bahasa tertentu untuk dijadikan bahasa kebangsaan perlu diperlakukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan matlamat perpaduan negara yang dikehendaki itu. Persoalan-persoalan inilah yang telah menjadi antara tugas-tugas ahli bahasa yang tergolong ke dalam kumpulan disiplin "sosiologi bahasa" atau "sosiolinguistik" itu.

Secara prinsipnya, Sosiolinguistik mengkaji aspek-aspek linguistik yang melibatkan aspek bahasa, struktur dan penggunaan yang berhubungan dengan fungsi-fungsi sosial, kebudayaan dan penggunaannya dalam sesebuah masyarakat yang tertentu. Dengan kata lain, Sosiolinguistik meneropong hubungan bahasa dengan masyarakat ataupun bahasa sebagai alat kehidupan manusia. Selain itu, bidang ini memaparkan perkaitan antara bahasa dengan masyarakat. Kajiannya juga melampaui dialek dan bentuk-bentuk pertuturan yang berbeza oleh perbezaan status individu-individu dalam sesebuah masyarakat bahasa. Jadi, fakta yang penting dalam Sosiolinguistik ialah bentuk-bentuk kelakuan sosial masyarakat pengguna sesuatu bahasa itu.

Satu lagi trend dalam fungsi Sosiolinguistik ialah perbandingan antara bahasa rasmi dengan bahasa vernakular (yang tidak rasmi), iaitu satu perihal yang melibatkan apa yang dikenali sebagai "perancangan bahasa" dalam menegakkan identiti sesebuah negara.

Secara kesimpulannya, Sosiolinguistik mengkaji pelbagai bahan sosiobudaya yang berhubung dengan aspekaspek linguistik seperti perhubungan sosial harian yang berkaitan pula dengan kebudayaan, masyarakat, kumpulan sosial, bahasa, dialek dan bentuk-bentuk gaya dan sebagainya. Ringkasnya Sosiolinguistik ialah bidang yang cuba menyelesaikan masalah seperti hal-hal yang melibatkan kedwibahasaan, perancangan bahasa dan fungsi bahasa dalam masyarakat.


PRAGMATIK

Pragmatik ialah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hal-hal yang merangkumi struktur bahasa sebagai alat perhubungan sama ada antara penutur dan pendengar atau penulis dan pembaca. Di samping itu, sebagai pengacuan simbol-simbol bahasa pada hal-hal ekstralingual.

Menurut Hashim Musa dan Ong Chin Guan (1998: 81) pragmatik ialah teori yang berkait dengan interpretasi ujaran. Tegasnya, hal ini bermakna pragmatik dimanfaatkan untuk menginterpretasi ujaran yang kabur atau taksa, ujaran yang mengalami pengguguran kata kerja atau kata adjektif atau kata yang elipsis dan sebagainya.

Walau bagaimanapun, Kamus Linguistik (1997: 192) memerikan perihal pragmatik dalam dua perspektif. Yang pertama, pragmatik yang ditinjau dalam semiotik ialah pengkajian tentang bagaimana tanda dan lambang digunakan oleh manusia untuk berhubung dalam bahasa tertentu.

Manakala yang kedua adalah dalam linguistik moden, iaitu pragmatik ialah pengkajian bahasa dari sudut pandangan pengguna, terutama pemilihan yang dibuat, kekangan yang dihadapi ketika menggunakan bahasa dalam interaksi sosial, dan kesan penggunaan bahasa terhadap peserta lain dalam lakuan komunikasi.

Menurut George Yule (1997: 3) pragmatik ialah kajian makna, yang melibatkan penyampai dan penerima yang terdiri daripada pengucap dan pendengar atau penulis dan pembaca. Tegasnya, pengucap atau penulis berperanan menyampaikan maklumat sama ada memberitakan, menyatakan, memaklumkan, memberitahu, menjelaskan, mengarahkan, memerintah, menyuruh, mengkehendaki, menanyakan, menyeru, mengulas, mengkritik, menyimpul atau mengingatkan sesuatu kepada pendengar. Manakala, pendengar atau pembaca ialah individu yang bertanggungjawab membuat interpretasi bunyi atau tafsiran sebutan, atau perkataan, frasa, klausa, ayat atau wacana atau membuat analisis maklumat berasaskan sesuatu perkara atau data yang didengarnya daripada orang lain yang mengujarkannya atau yang menuturkannya secara langsung (lisan) atau secara tidak langsung (rakaman) atau membuat tafsiran bagi bahan atau data yang dibacanya. Hal ini bermakna skop yang menyentuh bidang pengkajian pragmatik ialah bidang kajian yang berhubungan dengan sesuatu yang dimaksudkan oleh penyampai.

Selain itu, katanya kajian sebegini memerlukan seseorang itu melibatkan pentafsiran terhadap apa yang dimaksudkan mengikut konteksnya. Bagaimanapun, pentafsiran itu dapat difahami dengan sempurna jikalau penyampai itu mampu menyusun maklumatnya dengan baik atas kesedaran bahawa dengan siapa dia berurusan, dengan kanak-kanak, dengan remaja, dengan guru, dengan pensyarah, dengan pekedai, dengan penjual, dengan pelancong, dengan bapa, dengan ibu, dengan murid, dengan penghulu, dengan raja, dengan pemimpin agama, pemimpin negara, atau dengan sesiapa sahaja baik dengan lelaki, dengan perempuan atau sesama lelaki atau sesama perempuan dan sebagainya. Selain itu, penafsiran itu dapat difahami dengan jelas apabila dapat dikaitkan pula dengan suasana atau keadaan, masa, tempat, budaya, kepercayaan atau idealogi. Penjelasan tersebut mencerminkan bahawa bidang pengkajian pragmatik ialah yang berhubungan dengan sesuatu yang ada kaitan dengan konteks.

Namun demikian, dari satu segi difahami bahawa ada kalanya penerima itu akan membuat pelbagai tafsiran bagi membolehkannya memahami maksud yang tersurat atau yang tersirat atas sesuatu yang didengarnya atau yang dibacanya. Kemampuan penerima membuat penginterpretasian terhadap apa yang tidak ternyata, iaitu yang tidak terucap atau tidak tertulis oleh penyampai atau penulis itu merupakan sebahagian daripada maklumat yang bermakna dalam komunikasi daripada penyampai kepada penerima. Di sini, penerima perlu menggunakan kebijaksanaan dan pengetahuan yang tersedia ada untuk menyelami isi dan maksud yang tidak ternyata itu. Dengan itu, pragmatik ialah kajian yang berhubungan dengan sesuatu yang ada kaitan dengan yang tidak ternyata dalam komunikasi.

Di samping itu, dalam mendekati dan mentafsir sesuatu maksud antara yang ternyata dengan yang tidak ternyata, kadang-kadang kita dengan pelbagai kemusykilan untuk memilih dan menentukan maksud sebenar. Ada sesetengah daripada kita mungkin akan terus mempertimbangkan yang tersurat atau kita mungkin memihak dengan yang tersirat. Soalnya, kenapa pertimbangan yang kita pilih itu berbeza? Mungkinkah kerana pengetahuan, kerana budaya, kerana kepercayaan atau yang lain daripadanya? Bagaimana dengan keakraban hubungan kita dengan penyampai? Adakah hal yang demikian memainkan peranan penting dalam pemilihan itu? Sehubungan dengan persoalan itu tidak dinafikan bahawa aspek persamaan inemainkan peranan penting dalam pemutusan, iaitu persamaan kebudayaan dan persamaan cara hidup, pegangan agama yang serupa, pengalaman, pengetahuan dan keakraban hubungan antara penyampai dan penerima. Ringkasnya, ini bermakna pragmatik ialah kajian yang menyentuh kejarakan hubungan bagi sesuatu ekspresi.
SEMANTIK DAN PERISTILAHAN BAHASA MELAYU

SEMANTIK DAN PERISTILAHAN BAHASA MELAYU

5:18:00 AM
1.0 PENDAHULUAN

Semantik merupakan bidang kajian tentang makna sama ada pada peringkat perkataan atau ayat dengan mempertimbangkan juga aspek-aspek
bukan linguistik seperti konteks apabila perkataan atau ayat itu digunakan, kebudayaan sesuatu bangsa, unsur-unsur pilihan dan sebagainya. Elemen semantik ini juga dapat dikaji berdasarkan bidang atropologi dan sosiologi, psikologi, linguistik, sejarah, kebudayaan dan kesusateraan.

Dalam ilmu linguistik, tatabahasa merupakan kajian tentang pembentukan kata dan penyusunannya dalam ayat. Manakala semantik pula berhubung rapat dengan pengkajian tentang makna. Semantik menurut istilahnya merujuk hal tentang makna, oleh kerana makna itu adalah sebahagian daripada bahasa, maka semantik juga menjadi sebahagian daripada ilmu linguistik.

  Istilah semantik berasal daripada bahasa Yunani “sema” yang menerbitkan kata “semainein” yang bermaksud “menunjukkan”, “bererti”, atau “bermakna”. Bidang semantik sudah lama menarik perhatian ahli bahasa. Tokoh linguistik yang mula-mula menggunakan istilah semantik ialah M.Breal (1900) dalam  bukunya Semantics : Studies in the Science of Meaning.

Sejarah semantik sudah bermula sebelum tahun Masehi. Ketika zaman Yunani sudah terkenal dengan beberapa orang ahli falsafah antaranya Socrates (469-399 S.M) dan salah seorang muridnya ialah Plato (425-348 S.M). Plato telah menggunakan perkataan “semainein” dalam bukunya yang bertajuk Cratytus. Kata dasarnya ialah “sama” yang bermaksud “syarat” atau “tanda” dan “semainein” sebagai kata terbitanyang bermaksud memperlihatkan atau menyatakan. Salah seorang anak murid Plato pula iaitu Aristotle (384-322 S.M) menekankan terhadap bahasa terutamanya perkataan, melahirkan takrifan bahawa ialah satuan bunyi atau huruf yang terkecil yang mengandungi makna.

Ferdinard de Saussure dalam bukunya Cours de Linguistique Generate (1916) mengemukakan pendapat bahawa pada dasarnya bahasa memiliki dua aspek iaitu langue dan parole. Langue ialah bahasa sebagai bentuk yang berperaturan yang ada dalam otak manusia manakala parole ialah bahasa yang diujarkanoleh seseorang pada masa tertentu. Beliau juga mengemukakan istilah signe iaitu tanda bahasa merupakan perkataan . Signe terbahagi kepada dua iaitu signitie (yang diertikan) dan signifiant (yang mengertikan). Maksud yang diertikan ialah “makna’, manakala yang mengertikan ialah bunyi bahasa.Beliau juga menegaskan bahawa semantik merupakan bahasa yang diucapkan untuk menyampaikan makna.

Noam Chomsky dalam bukunya Aspects of the Theory of Syntax (1965), berpendapat bahawa semantik bermaksud makna ayat ditentukan oleh struktur permukaan dan konteks apabila ayat digunakan.


2.0 KAJIAN SEMANTIK DAN PEMBENTUKAN PERISTILAHAN DALAM BIDANG KESUSASTERAAN

2.1 DEFINISI  DAN  KONSEP  SEMANTIK

2.1.1 DEFINISI SEMANTIK

Semantik ialah bidang yang mengkaji dan menganalisis makna kata dan  ayat dikenali sebagai bidang semantik. Kata merupakan unit unit ujaran yang bebas dan mempunyai makna. Dalam bahasa kita dapat mengungkapkan fikiran, perasaan, pendapat, emosi, perlakuan dan keperibadian manusia.

Definisi semantik dari segi istilah ialah Istilah semantik berasal daripada bahasa Yunani “sema” yang menerbitkan kata “semainein” yang bermaksud “menunjukkan”, “bererti”, atau “bermakna”. Definisi semantik menurut tokoh bahasa J.W.M Verhar (1996), semantik ialah cabang linguistik yang akan membahas erti dan makna.

Definisi semantik menurut Abdullah Cheer (1994), semantik merupakan bidang pengkajian linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa. Manakala menurut Kamus Dewan, semantik bermaksud kajian tentang makna perkataan dan penambahan makna sesuatu perkataan

Secara umumnya semantik ialah ilmu tentang erti atau perubahan erti sesuatu perkataan. Secara khusus pula semantik ialah kajian tentang lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan antara makna dengan makna lain serta pengaruh makna terhadap masyarakat.

2.1.2 KONSEP SEMANTIK

Bahasa pada lahirnya merupakan ucapan yang terdiri daripada gelombang suara dan dari suara. Manakala dari segi tulisan merupakan coretan dakwat, cat dan sebagainya, yang semuanya  merujuk  kepada suatu makna tertentu yang bertindak untuk menyampaikan maklumat atau hasrat. Bunyi ucapan dan coretan tulisan yang merujuk hal tentang makna merupakan sejenis tanda atau sign. (Hashim Hj Musa, 1994: 44). Tanda atau sign ialah sesuatu tanda yang mewakili atau melambangkan sesuatu yang lain.

Kajian ke atas sistem tanda dikenali sebagai semiotik atau semiologi. Kajian semiotik pula dibahagikan kepada tiga bahagian iaitu semantik, sintaktik dan pragmatik Kajian tentang semantik ialah kajian tentang pemaknaan tanda. Kajian sintaktik merupakan kajian tentang kombinasi tanda-tanda. Manakala kajian pragmatik merupakan kajian tentang asal-usul penggunaan dan pengaruhnya dalam perlakuan yang dihubungkan dengan tanda itu. (Ullmaan, 1962: 15).

Semantik mempunyai dua pengertian iaitu semantik merupakan bahagian daripada struktur bahasa yang berkaitan dengan makna ungkapan dan juga struktur makna sesuatu pertuturan. Pengertian kedua, semantik merupakan satu sistem dan penyelidikan makna sesuatu bahasa.
Keterangan ini sesuai dengan kenyataan Pei dan Gaynor (1980 : 193) yang menerangkan makna sesuatu bahasa.
“Science dealing with the relations between referents and referents linguistics symbols (words, expressions, phrase) and objects or concepts to which they refer – and with the history and changes in the meaning or words”

Sebagai satu bidang linguistik yang mengkaji tentang makna, semantik boleh dilihat dari sudut erti yang luas dan sempit. Pengkajian makna pada peringkat semantik  dalam erti kata yang  sempit hanya meliputi maklumat linguistik, cuma melibatkan teori referense dan teori makna sahaja.

Bagaimanapun, dalam  erti yang luas semantik itu meliputi juga sintaksis malah pragmatik. Keadaan ini demikian kerana menurut Nor Hashimah Jalaludin (1992 :1) yang memetik pendapat Sperber dan Wilson (1980), pengkajian makna  pada peringkat semantik belum  dapat memberikan makna sepenuhnya sebagaimana yang dihajati oleh penutur. Pengkajian makna seharusnya melibatkan ilmu pragmatik, iaitu ilmu penginterpretasi makna yang melibatkan faktor linguistik dan bukan linguistik. Gabungan antara kedua-dua faktorlinguistik dan bukan linguistik ini benar-benar dapat membantu pengkajian makna yang lebih berkesan.

Dalam linguistik juga semantik dikaitkan dengan penyampaian makna oleh saranan-saranan kemahuan dan leksikal sesuatu bahasa. Berdasarkan pandangan teoritis, huraian dan sejarawi malah masalah-masalah semantik yang harus diteliti ialah sifat-sifatnya, sama ada sikronik atau diakronik. Ini berlaku kerana bahasa itu mempunyai dua aspek iaitu fisiologi atau mekanikal dan psikologi atau tidak mekanikal. Fonologi dan morfologi merupakan aspek mekanikal, maanakala sintaksis dan semantik sebagai aspek psikologi dan ditambah dengan etimologi yang mempunyai unsur sejarah.

Kita telah  mendapat penjelasan bahawa semantik merupakan kajian tentang makna dalam bahasa. Makna-makna itu pula boleh ditinjau daripada pelbagai peringkat bahasa, iaitu fonem, morfem, perkataan dan juga ayat. Malah semantik juga mengkaji hal  tentang  hubungan  antara unsur-unsur tersebut  antara  satu  sama lain. Walaupun semantik itu  sebagai  satu kajian yang sukar dikaji secara formsl, tetapi ia merupakan bahagian yang penting dalam tatabahasa. Malah ilmu semantik memberikan banyak kebaikan kepada pengkajinya sebagaimana yang dikemukakan oleh Walpole (1941 :28-33) iaitu pengkaji  akan lebih memahami perkara yang didengar  dan dibaca. Pengkaji dapat bertutur dan menulis dengan lebih berkesan. Pengkaji juga dapat berfikir dengan lebih berhati-hati.

2.2 PEMBENTUKAN ISTILAH

Pembinaan istilah Bahasa Melayu bermula di Dewan Bahasa dan Pustaka pada tahun 1957. Jawatankuasa istilah, jawatan dan jabatan ditubuhkan untuk mencipta nama jabatan dan jawatan kerajaan yang digunakan di seluruh Tanah Melayu. Jawatan kuasa ini telah mengadakan sesi kerja kali pertamanya pada 15 Januari 1957. Hasilnya buku istilah Jawatan dan Jabatan telah diterbitkan pada tahun 1960 dan terciptalah 2514 istslah baharu. Kerja peristilahan secara terancang atau sistematik bermula pada tahun 1975.

       Dewan Bahasa dan Pustaka menerbitkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa Melayu(PUPIBM) hasil kerjasama Malaysia Indonesia menerusi Majlis Bahasa Indonesia Malaysia (MBIM). Bahagian Peristilahan terus dipertanggungjawabkan untuk mengumpul, membentuk, menggubal, memperbanyakkan istilah dan menerbitkan istilah Bahasa Melayu dalam pelbagai bidang ilmu. Tanggungjawab tersebut dilaksanakan dengan melantik ratusan profesional yang terdiri daripada mereka yang mempunyai pengalaman kepakaran dalam bidang ilmu di seluruh negara, mewakili Intitusi Pengajian Tinggi, Sektor Swasta, Sektor Awam dan Sektor Pendidikan Negara.
           
          Sehingga kini, Bahagian Peristilahan telah menerbitkan 207 daftar glosari istilah dengan sejumlah 1002438 istilah telah dibentuk dalam pelbagai bidang Penubuhan MABBIM di peringkat serantau juga turut bertanggungjawab menyelaraskan sejumlah 123885 istilah ilmu pengajian tinggi dan berprofesional untuk pengguna bahasa di ketiga-tiga negara anggota MABBIM.

2.2.1 DEFINISI ISTILAH

Takrif istilah ialah kata atau gabungan kata yang menerangkan makna, konsep, proses, keadaan atau ciri yang khusus dalam bidang tertentu. Pembakuan dalam bidang peristilahan berkait rapat dengan proses pemodenan bahasa dan kemajuan masyarakat ini disebabkan istilah perlu dihasilkan apabila sesuatu bidang ilmu itu diwujudkan. Dalam konteks pembentukan budaya ilmu, penggubalan istilah dalam pelbagai bidang ilmu juga menjadi penanda berlakunya proses intelektualisasi dalam Bahasa Melayu.

Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga, istilah boleh didefinisikan sebagai perkataan atau rangkaikata yang mempunyai erti yang jitu dalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan (pekerjaan atau kesenian)

Berdasarkan Buku Bahasa Melayu Tinggi, istilah dapat didefinisikan sebagai kata atau gabungan kata yang menerangkan makna, konsep, proses, keadaan atau ciri yang khusus dalam bidang tertentu.

2.2.2 KONSEP ISTILAH

Konsep istilah berdasarkan takrif istilah itu sendiri yang bererti kata atau gabungan kata yang menerangkan makna, konsep, proses, keadaan atau ciri yang khusus dalam bidang tertentu.

Dasar dalam pembentukan istilah bergantung kepada tataistilah yang merupakan kumpulan peraturan untuk membentuk istilah (termasuklah kumpulan istilah yang dihasilkan).

Pembentukan istilah berdasarkan tatanama iaitu kumpulan peraturan yang menentukan nama dalam bidang ilmu (termasuklah kumpulan nama yang dihasilkan).

Istilah dan kata umum juga merupakan konsep dasar pembentukan istilah. Istilah merupakan kata yang penggunaannya dan maknanya khusus pada bidang tertentu. Manakala kata umum ialah kata-kata biasa dalam bahasa,namun demikian, kata umum boleh menjadi istilah.

Setiap penggubalan istilah mestilah berdasarkan konsep yang merujuk benda dalaman dan luaran.  Sesuatu istilah yang dibentuk itu mestilah jelas bagi menghasilkan istilah yang tepat. Istilah itu perlulah digubal berdasarkan konsep dan bukan berdasarkn simbol perkataan

Menurut Kamus Dewan, istilah boleh diertikan sebagai perkataan atau rangkaikata yang mempunyai erti yang jitu dalam sesuatu bidang ilmu pengetahuan (pekerjaan atau kesenian). Istilah ini seharusnya dilakukan secara berterusan, supaya tidak berlaku ketandusan istilah. Bahasa tanpa istilah dianggap tidak berkembang dan mati.

Istilah dan kata dapat dibezakan melalui kekhususan sesuatu makna. Kata mempunyai pelbagai makna bergantung kepada konteks penggunaannya. Istilah mempunyai makna khusus dan tidak berubah maknanya walaupun digunakan dalam konteks yang berlainan. Konsep merupakan asas dalam pembentukan kata dan istilah. Kata dan istilah merupakan simbol yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu konsep.

Kata dan istilah mempunyai perkaitan yang sangat rapat. Istilah terdiri daripada kata, singkatan, huruf, lambang grafik dan sebagaimya. Kata mempunyai pelbagai makna bergantung kepada penggunaannya, sedangkan istilah mempunyai makna khusus yang tidak terikat pada konsep penggunaan.

Pembakuan dalam bidang peristilahan adalah berkait rapat dengan proses pemodenan bahasa, yang mementingkan pembinaan budaya ilmu. Terdapat beberapa konsep dasar dalam peristilahan iaitu takrif istilah, tataistilah dan tatanama, istilah dan kata umum, morfem peristilahan dan bentuk peristilahan. Mendokong sesuatu konsep bagi bidang tertentu iaitumerujuk kepada konsep satu bidang. Istilah dan kata tersebut sesuai dengan konteks  penggunaannya. Jadi peristilahan, mestilah dilakukan dengan teliti dan produktif ke arah memartabatkan bahasa Melayu.

2.3     DEFINISI DAN  KONSEP KESUSASTERAAN

Kesusasteraan Melayu merujuk kepada hasil karya dan ciptaan seni yang terdapat dalam kalangan masyarakat Melayu. Kesusateraan ialah satu bentuk ciptaan seni yang disampaikan melalui bahasa. Perkataan kesusasteraan terbentuk daripada perkataan Sanskrit, iaitu sastera yang bermaksud huruf atau buku indah. Sastera dari segi makna umum bermaksud bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab. Kesusasteraan, menurut makna kamus ialah hasil seni atau karya tulisan dalam bentuk prosa atau puisi yang mempunyai ciri-ciri keistimewaan tertentu. Seni kesusasteraan pula ialah seni karang-mengarang bahan-bahan sastera yang berbentuk puisi dan prosa.

Sastera ialah seni bahasa yang merupakan ungkapan spontan daripada perasaan yang mendalam. Sastera ialah ekspresi fikiran melalui medium bahasa iaitu idea-idea, pandangan, perasaan, pemikiran dan semua kegiatan mental manusia. Sastera ialah inspirasi kehidupan manusia yang diserlahkan dalam sebuah karya tulisan yang indah. Sastera juga ialah semua karya yang memuatkan perasaan kemanusian yang mendalam dan kebenaran moral dengan sentuhan keikhlasan, keterbukaan dan keluasan pandangan yang dinukilkan dalam bentuk yang mempesonakan.

Sastera terkandung beberapa unsur-unsur yang saling berhubungan iaitu isi kandungan, ekspresi, bentuk dan bahasa. Isi kandungan sastera yang berupa buah fikiran, perasaan, pengalaman, idea, semangat, keyakinan, kepercayaan dan sebagainya. Ekspresi dan ungkapan merupakan keupayaan mengeluarkan sesuatu dalam diri manusia. Bentuk merupakan unsur isi dalam diri manusia dapat dizahirkan dalam berbagai-bagai bentuk pengungkapan sastera yang beraneka ragam yang indah, mempesonakan, menyenangkan dan menarik. Unsur bahasa iaitu bahan utama untuk mewujudkan ungkapan peribadi dalam suatu bentuk sastera yang indah.

2.3.1 JENIS DAN BENTUK KESUSASTERAAN

Kesusasteraan terbahagi kepada dua iaitu Kesusasteraan Melayu Tradisional (klasik) dan Kesusasteraan Melayu Moden. Kesusasteran Melayu Tradisional merupakan karya seni yang disampaikan melalui bahasa sama ada secara lisan atau tulisan bagi menyatukan falsafah pencipta dengan penerimanya pada zaman itu. Genre lisan juga dikenali sebagai sastera rakyat dan genre tulisan dikenali sebagai sastera istana.

Sastera rakyat (Lisan) terbentuk dalam dua bentuk iaitu naratif dan bukan naratif. Bentuk naratif merupakan bahan sastera yang berunsur cerita yang meliputi metos, lagenda dan cerita rakyat. Cerita rakyat meliputi cerita binatang, cerita penglipurlara, cerita jenaka, dan cerita teladan. Manakala bentuk bukan naratif pula merupakan puisi rakyat meliputi pantun, syair, gurindam, seloka, teka-teki, peribahasa berangkap, teromba, talibun dan terasul.
Sastera Istana (Tulisan) meliputi sastera hikayat, sastera undang-undang, sastera epik, sastera panji, sastera agama atau kitab dan sastera ketatanegaraan. Sastera tulisan mula diperkenalkan selepas penerimaan Islam, kira-kira pada abad ke-15. Sastera tulisan dikenali juga sebagai sastera istana kerana sastera ini berkembang dalam lingkungan istana.

Kesusasteraan Melayu Moden, menurut Anas Hj. Ahmad (1988: 152), hasil karya sastera selepas tahun 1800 masehi digolongkan dalam sastera moden. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap orang yang membawa perubahan dalam sejarah Kesusasteraan Melayu Moden. Antara bentuknya ialah cerpen, novel, sajak dan drama.

2.3.2 CIRI-CIRI KESUSATERAAN

Ciptaan kesusateraan berbeza daripada ciptaan seni yang lain kerana ciptaan ini menggunakan bahasa sebagai alat penyampaiannya. Keindahan hasil karya sastera  dapat dirasa oleh pembaca melalui bahasa. Gaya dan lenggok bahasa yang digunakan dalam karya sastera dapat menyerlahkan keindahan sesebuah hasil karya itu.

Hasil karya dapat mencerminkan pengalaman, melalui bahasa juga pengarang dapat menggarapkan isi dan tujuan sambil menghayati segala pengalaman dan perasaan yang tercurah. Pengalaman di sini merujuk kepada tindak balas yang utuh dari jiwa manusia yang digambarkan secara realiti. Perkara ini disebut utuh kerana bukan hanya merujuk kepada kegiatan fikiran, tetapi juga kepada kegiatan perasaan dan imaginasi. Realiti pula ialah sesuatu yang dapat merangsang atau menyentuh kesedaran manusia.

Kesusasteraan dapat mencerminkan pengalaman seni, melalui peristiwa sastera pembaca dapat memahami dan merasai fikiran dan perasaan pengkarya. Karya sastera bukan sekadar memberikan kepuasan kepada pembaca dalam menyelami dan memahami isi hati pengkarya melalui gagasan dan fikiran, tetapi juga pengalaman dan nilai-nilai seni yang mengagumkan pembaca.

Kesusasteraan juga merupakan satu karya seni, iaitu mempunyai sifat fiksyen, nilai-nilai estetik dan gaya bahasa yang khusus. Tiga perkara inilah yang membezakan antara karya sastera dengan karya bukan sastera. Fiksyen bermaksud sesuatu karya itu dihasilkan melalui imaginasi pengkarya berdasarkan pengalaman atau tindak balasnya terhadap alam realiti. Nilai-nilai estetik pula membolehkan pengkarya mengungkapkan isi hati dengan sejelas-jelasnya dan mendalam. Manakala gaya bahasa merupakan gaya penyampaian mesej pengkarya kepada pembaca dengan pelbagai cara bagi mewujudkan nilai-nilai seni dalam karya berkenaan.


      3.0 KAJIAN HASIL KARYA KESUSASTERAAN MELAYU MODEN
          CERPEN TINA KARYA AMINHAD

3.1 DEFINISI CERPEN

Cerpen ialah gabungan dua patah perkataan, iaitu cerita dan pendek. Cerpen menjadi popular dalam kesusasteraan Melayu kerana diterbitkan dalam akhbar dan majalah yang lebih luas penyebarannya. Cerpen biasanya mengemukakan satu kejadian atau peristiwa yang menjadi fokus utama atau pusat penceritaan. Peristiwa itu dikembangkan dalam jarak masa yang terhad. Cerpen membawa satu tema sahaja dan satu atau dua persoalan bagi menghasilkan kesan tertentu dan mendalam kepada pembaca.

Dari segi perwatakan, cerpen memusatkan perkembangan watak kepada beberapa orang tertentu sahaja. Cerpen hanya memberatkan identifikasi dan perkembangan watak protagonis. Terdapat satu plot sahaja dalam cerpen dan plot ini dikembangkan dengan rapi, teliti dan tidak rumit juga mesti terjalin dengan baik, kemas dan padat. Pencetusan perasaan dan penyemarakan emosi dalam cerpen menerbitkan ketegangan dan mengheret pembaca untuk merasai pengalaman yang digambarkan. Kesan sesebuah cerpen dapat diukur melalui reaksi emosi pembacanya.

3.2 SINOPSIS CERPEN TINA

Mengisahkan bagaimana Haidi, watak utama mengalami konflik atau tekanan perasaan selepas kematian adiknya, Sutina, panggilan manjanya ‘Tina’. Sutina meninggal dunia disebabkan oleh penyakit jantung berlubang yang belum sempat menjalani pembedahan.

Perasaan Haidi menjadi tertekan apabila sentiasa terkenangkan peristiwa semasa bersama adiknya itu. Peristiwa itu menyebabkan perasaan sayang dan rindu terhadap arwah adiknya semakin kuat. Pertemuan Haidi dengan seorang pelajar bernama Kursiah yang wajahnya seiras wajah adiknya telah menyebabkan perasaan Haidi semakin tertekan.

Di sekolah barunya, Kursiah sama rumah sukan dengan Haidi dan Haidi cuba merapatkan dirinya dengan Kursiah. Haidi sempat berbual-bual dengan Kursiah yang merupakan pelari jarak jauh. Haidi mencabar Kursiah agar mengambil bahagian dalam acara itu dengan wang pertaruhan RM5.00.

Haidi terkejut apabila mengetahui Kursiah pengsan semasa mengambil acara larian jarak jauh (5000 m). Keadaan yang menimpa Kursiah mengingatkan Haidi peristiwa yang menimpa adiknya dulu. Haidi berdoa agar peristiwa dulu tidak akan berulang lagi. Kursiah mesti selamat. Dia dihantar ke hospital. Bagi Haidi, Kursiah merupakan orang yang dapat menggantikan tempat Sutina dalam dirinya.


3.3 RELEVEN  PEMILIHAN CERPEN TINA

Pemilihan cerpen Tina karya Aminhad yang terkandung dalam teks  Antologi Seuntai Kata untuk Dirasa, teks komponen sastera bagi mata pelajaran Bahasa Melayu Tingkatan Dua. Teks Antologi Seuntai Kata untuk Dirasa mengandungi prosa dan puisi bagi kesusateran Melayu Tradisional dan Moden. Pantun dan syair merupakan karya berbentuk puisi dan prosa tradisional bagi mewakili komponen sastera dalam bahasa Melayu.Kesusasteraan Melayu moden meliputi cerpen dan drama dalam bidang prosa. Manakala sajak mewakili hasil karya berbentuk puisi dalam Kesusateraan moden.

Pemilihan ini adalah relevan dengan kajian semantik dan peristilahan yang merupakan satu bidang dalam kajian linguisik yang mengkaji makna. Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Shipley (dalam Mansoer Paleda, 2001) terbahagi kepada empat iaitu pengertian (sense), nilai rasa (feeling), nada (tone) dan maksud (intention). Perasaan sedih dapat dirasai pembaca apabila menghayati penderitaan yang ditanggung oleh Sutina sebagaimana olahan pengarang dlalam menggarapkan situasi tersebut.

“Anak kecil jantung berlubang, ayah susah hidup terbuang.”
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)

Aspek pengertian (sense) ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Pengertian juga adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeza dengan kata lain di dalam kosa kata. Pengertian disebut juga dengan tema, iaitu mesej utama yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca adalah jelas kerana mempunyai kesamaan bahasa. Tema kasih sayang seorang abang terhadap adik perempuan yang menderita sakit jantung berlubang.

“Tina bersabarlah. Tina boleh sembuh setelah pembedahan nanti. Sekarang kita menunggu derma dan belas kasihan orang ramai. Rakyat Malaysia memang murah hati. Jadi Tina jangan susahh-susahkan hati. Tina akan sembuh. Perca  yalah cakap abang ni.....”
                         
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)

Nilai rasa (feeling), aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan mahupun penilaian. Jadi setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan. Nilai rasa dalam cerpen Tina berkisar dalam konteks kasih sayang sememangnya berhubungan dengan perasaan. Sutina menderita sakit jantung berlubang tabah menjalani kehidupan dan ingin merasai kegirangan anak kecil yang sebaya dengannya. Perasaan sedih dapat dirasai pembaca apabila menghayati penderitaan yang ditanggung oleh Sutina.

“Anak kecil jantung berlubang, ayah susah hidup terbuang.”
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)

Nada (tone), aspek makna nada adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara iaitu pembaca. Aspek nada berhungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Tegasnya hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan

“A....a....apa abang pesan?”
“Belum pesan lagi,” rungut Tina manja.
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :53)


Maksud (intention) merupakan maksud senang dan tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogi, persuasi, rekreasi atau politik. Aspek-aspek makna tersebut mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Antara jenis-jenis makna tersebut ialah makna emotif, konotatf, kognitif, referensial dan psiktorikal.

Makna emotif ialah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang difikirkan atau dirasakan Contohnya perkataan “rindu “  dengan kalimah

Tinaaa
Abang rindu !
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :57)


Monolog yang diungkapkan oleh Haidi menerangkan tentang makna perasaan. Makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimah yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hai ini jelas berhubungan dengan perasaan.

Makna konotatif berbeza dengan makna emotif kerana makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif. Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar

“Seronok tak main layang-layang?” Tanya Mamat tersengih-sengih menampakkan gigi rongaknya, memerhatikan layang-layang merahnya terkedang-kedang di udara.
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :54)

Makna kognitif ialah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya

“Tina bersabarlah. Tina boleh sembuh setelah pembedahan nanti. Sekarang kita menunggu derma dan belas kasihan orang ramai. Rakyat Malaysia memang murah hati. Jadi Tina jangan susahh-susahkan hati. Tina akan sembuh. Percayalah cakap abang ni.....”
                         
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)

Makna Referensial, menurut Palmer (dalam Mansoer pateda, 2001) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman non-linguistik. Referen atau acuan dapat diertikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yang langsung merujuk kepada sesuatu

“Kan betul bang? Dalam surat khabar tulis macam tu. Tina bacalah macam tu....”
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)


Makna piktorikal adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap apa yang didengar atau dibaca.. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul kerana pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis.

“Simpan duit kan elok. Lepas tu Tina nak beli kain putih....”
“Buat apa kain putih? Meengarut sajalah Tina ni.....”
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :59)


4.0     ANALISIS APLIKASI HUBUNGAN DAN PERKAITAN BEBERAPA          ASPEK DENGAN BIDANG SEMANTIK DAN PERISTILAHAN

Kajian teks sastera moden cerpen Tina karya Aminhad dapat menjelaskan aplikasi hubungan dan perkaitan beberapa aspek dengan bidang semantik dan peristilahan. Antara aspek-aspek tersebut termasuklah aspek teori-teori dalam semantik, aspek perbendaharaan kata dan istilah, aspek peribahasa  dalam semantik, aspek makna leksikal dan makna gramatikal, dan aspek kepentingan semantik dalam bidang bahasa, sastera dan masyarakat.

4..1 TEORI-TEORI DALAM SEMANTIK

Terdapat enam teori utama yang dapat dikaitkan dengan semantik iaitu teori referensi, teori behavioris, teori emej makna, teori analisis komponen, teori semantik interpretif dan teori semantik generatif. Teori referensi telah dikemukakan oleh Ogden dan Richard (1923), memperkatakan segitiga semiotik.

Teori Behavioris menegaskan makna perkataan atau ayat mesti dilihat berdasarkan rangsangan dan gerak balas yangmenyebabkan timbulnya sesuatu ujaran. Bloomfield mendefinisikan semantik sebagai lingkungan keadaan apabila seseorang penutur membuat ujaran dan tindakan balas yang ditimbulkan oleh si pendengar.

Teori Imej makna mengutarakan bahawa makna sesuatu perkataan adalah dari imej yang terbayang dalam akal si penutur atau pendengar. Imej itu tidak boleh bersifat visual kerana ia tidak mungkin sama dengan gambaran sebenar yang dimaksudkan atau yang sedia wujud.

Teori analisis komponen menerangkan makna dan hubungan yang terdapat antara satu perkataan dengan perkataan yanglain. Hubungan ini disebut struktur leksikal, menerangkan elemen makna leksis dengan menggunakan komponen-komponen semantik. Komponen semantikbukan sahaja perbendaharaan kata tetapi juga elemen-elemen yang digunakan untuk menerangkan hubungan semantik pada elemen leksis deduatu bahasa.

Teori semantik interpretif menjelaskan hubungan antara  struktur sintaksis dengan struktur semantik bukanlah hubungan yang sewenang-wenangnya, tetapi adalah jalinan antara struktur sintaksis dengan kandungan leksis pada ayat tersebut. Teori ini juga dipanggil teori standard.

Teori semantik generatif menegaskan representasi semantik dan struktur dalaman adalah serupa. Oleh itu, komponen semantik tidak ada. Cuma yang ada ialah representasi semantik dan struktur permukaan yang ditarik daripada representasi semantik tersebut.

4.2 PERBENDAHARAAN KATA DAN ISTILAH

Pembakuan dalam bidang perbendaharaan dan peristilahan adalah berkait rapat dengan proses pemodenan bahasa, yang mementingkan pembinaan budaya ilmu. Terdapat beberapa konsep dasar dalam peristilahan iaitu takrif istilah, tataistilah dan tatanama, istilah dan kata umum, morfem peristilahan dan bentuk peristilahan. Mendokong sesuatu konsep bagi bidang tertentu iaitumerujuk kepada konsep satu bidang. Istilah dan kata tersebut sesuai dengan konteks  penggunaannya. Jadi peristilahan, mestilah dilakukan dengan teliti dan produktif ke arah memartabatkan bahasa Melayu.

Konsep merupakan asas pembentukan perbendaharaan kata  dan periitilahan. Kata dan istilah merupakan simbol yang digunakan untuk mengaambarkan sesuatu konsep kata dan istilah yang mempunyai perkaitan yang sangat rapat biarpun mempunyai perbezaan. Istilah dapat dibentuk daripada kata dan gabungan kata. Penggunaan kata yang sedia ada untuk menggambarkan sesuatu konsep baru tidak menjadikan kata itu sebagai istilah,cuma menjadi suatu kata.

Pertumbuhan yang pesat dalam semua bidang kegiatan manusia telah menimbulkan masalah komunikasi yang begitu serius. Konsep yang tidak terhitung jumlahnya telah mewujudkan komunikasi yang taksa dan sekaligus memberikan kesan yang bukan sedikit terhadap komunikasi antara individu dengan mesin; mesin dengan mesin; individu dengan individu. Walaupun istilah dapat dikaitkan dengan kata, tetapi kata tidak dapat dikaittkan dengan istilah kerana tidak semua kata adalah istilah.

Istilah dan kata dapat dibezakan melalui kekhususan sesuatu makna. Kata mempunyai pelbagai makna bergantung kepada konteks penggunaannya. Istilah mempunyai makna khusus dan tidak berubah maknanya walaupun digunakan dalam konteks yang berlainan. Konsep merupakan asas dalam pembentukan kata dan istilah. Kata dan istilah merupakan simbol yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu konsep.

Kata dan istilah mempunyai perkaitan yang sangat rapat. Istilah terdiri daripada kata, singkatan, huruf, lambang grafik dan sebagaimya. Kata mempunyai pelbagai makna bergantung kepada penggunaannya, sedangkan istilah mempunyai makna khusus yang tidak terikat pada konsep penggunaan.


4.3 PERIBAHASA DALAM SEMANTIK

Menurut pendeta Zaaba, peribahasa ialah susunan kata yang pendek dengan makna yang luas, mengandungi kebenaran, sedap didengar dan bijak perkataannya. Peribahasa Melayu dapat dijeniskan kepada perumpamaan, pepatah, bidalan, kiasan, perbilangan, simpulan bahasa dan kata-kata hikmat.

Perumpamaan merupakan peribahasa yang memperkatakan sesuatu maksud atau yujuan dengan membandingkan keada sesuatu perkara atau kejadian lain. Perumpamaan tergolong dalam peribahasa berlapis iaitu mengandungi makna tersurat   dan tersirat.  Terdapat dua bentuk perumpamaan iaitu yang menyatakan perbandingan secara terang-terangan dan perumpamaan yang tidak menyatakan perbandingan secara terang-terangan. perumpamaan yang menyatakan perbandingan secara terang-terangan didahului oleh kata-kata perbandingan iaitu bak, bagai,  ibarat, laksana, macam, seperti dan umpama.

 Layang-layang kelihatan bagai seekor burung yang merendah mahu          
menyambar anak-anak ikan di permukaan air.
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :54)

Mulut comel Tina tersenyum lebar bagai kuntum bunga yang mulai
mekar.
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :54)


Perumpamaan yang tidak menyatakan perbandingan secara terang-terangan, merupakan perumpamaan yang tidak didahului oleh kata-kata perbandingan. Contohnya gunting dalam lipatan, diberi betis nak paha dan genggam bara api biar sampai jadi arang.

Pepatah, menurut Zaaba adalah tergolong dalam peribahasa yang bererti selapis dan mempunyai sifat yang bernas, iaitu memberatkan sifat ringkas dan bijak susunan katanya. Ungkapan pepatah berasal daripada patah-patah perkataan. Pepatah hampir sama dengan bidalan, namun kedua-duanya adalah berbeza kerana bidalan tetap mengandungi pengajaran dan nasihat. Sebaliknya ada pepatah yang tidak mengandungi pengajaraan. Ungkapan pepatah yang berasal usul daripada pusaka adat resam berfungsi sebagai pedoman hidup anggota masyarakat. Antara contoh pepatah ialah indah khabar dari rupa, ukur baju di badan sendiri dan air beriak tanda tak dalam.

Bidalan juga tergolong dalam peribahasa yang bersifat selapis. Ungkapan bidalan mengandungi unsur nasihat yang biasanya ditandai oleh penggunaan kata-kata biar, ingat dan jangan. Contoh bidalan ialah biar lambat asalkan selamat; ingat sebelum kena, jimat sebelum habis; dan jangan ikut resmi jagung, makin berisi makin tegak.

Kiasan ialah bahasa yang menyatakan sesuatu perkara dengan mengklaskannya kepada perkara lain, sama ada dengan menyebut bandingan atau tanpa menyebut bandingan. Bahasa kiasan mempunyai fungsinya yang tertentu, antaranya untuk memperjelaskan sesuatu maksud, menguatkan sesuatu maksud, menjadi perhiasan dan melindungi sesuatu yang mempunyai maksud konotatif yang negatif.

Perbilangan mempunyai struktur yang hampir sama dengan pepatah dan bidalan melainkan perbilangan disusun berangkap-rangkap seperti ikatan puisi. Setiap rangkap perbilangan terdiri daripada dua baris atau lebih dan disebut satu demi satu seolah-olah orang sedangmembuat perbilangan atau pengiraan. Contohnya,
Bulat air kerana pembentung,
Bulat manusia kerana muafakat.

Simpulan bahasa ialah rangkaian kata yang telah tetap bersimpul dengan susunan yang khas. Bentuk simpulan bahasa ringkas dan kebanyakkannya terdiri daripada dua patah kata sahaja. Simpulan bahasa mempunyai makna berlapis iaitu makna tersirat berlainan daripada makna tersurat atau makna asalnya. Simpulan bahasa terhasil daripada perbandingan; daripada benda atau kejadian yang berlaku; daripada kepercayaan orang ramai; dan daripada kebiasaan atau resaman bahasa.

Penggunaan simpulan bahasa dalam cerpen Tina

Rakyat Malaysia memang murah hati
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)

.
 Kata-kata hikmat ialah kata-kata yang diungkapkan oleh orang yang bijaksana. Kata-kata in berfungsi sebagai panduan hidup dan menjadi percakapan umum. Penggunaan kata-kata hikmat yang boleh menimbulkan semangat dan perangsang kepada pihak yang menerimanya.

Bersabar itu separuh daripada iman
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :57)

Gaya bahasa merangkumi penggunaan perkataan, pemilihan ayat dan unsur-unsur konotatif. Ianya juga berkait dengan jati diri penulis. Seseorang pembaca dapat mengenali diri penulis melalui gaya bahasa yang digunakan dalam karyanya. Kesan semantik dalam aspek bahasa akan menambahkan keindahan sesebuah karya, dapat mengekalkan kejemuan dan mudah difahami oleh pembaca.

Pengarang telah memasukkan penggunaan peribahasa bagi mewujudkan nilai keindahan dalam cerpen Tina.

Masuk bakul angkat sendiri
                              (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :57)


4.4 MAKNA LEKSIKAL DAN MAKNA GRAMATIKAL

Makna leksikal dan gramatikal juga makna struktural  merupakan makna perrkataan secara nahuannya. Makna  leksikal merujuk kepada makna denotasi iaitu makna yang dinyatakan dalam kamus. Makna yang dimaksudkan dengan denotasi adalah makna umum, makna kamus atau makna leksikal. Makna umum ini mudah dikenal pasti kerana ia bersifat umum dan objektif dan jika terdapat kesukaran maknanya dapat dilihat dalam kamus umum. Denotasi biasanya digunakan untuk karya ilmiah kerana pembacanya mudah memahami maksudnya agar ilmu yang disampaikan menjadi pengetahuan bagi pembacaan (Darwin, 1994: 37)

Manakala makna konotasi merupakan makna yang lain daripada asalnya tetapi jika dikaji secara mendalam nyatalah ada hubungannya. Konotasi merupakan pancaran pemikiran dan impresi perasaan yang tidak dapat dinyatakan secara jelas yang mengelilinggi sesuatu kata. Konotasi berkait dengan pemikiran dan merupakan makna tambahan yang digunakan yang mungkin sesuai dan mungkin tidak dengan makna sebenarnya.

Secara umum, makna leksikal ialah makna yang yang terdapat dalam kamus atau makna perkataan yang terlepas daripada hubungannya dengan perkataan lain dalam ayat. Contohnya, perkataan lari, selari, berlari, berlarian, melarikan, larian, pelari dan pelarian memiliki makna leksikal kerana maknanya dapat dirujuk dalam kamus.

Manakala makna gramatikal ialah makna yang terkandung dalam imbuhan apabila digabungkan dengan kata dasar. Mengandungi makna di sini bermaksud secara luaran maknanya tidak terlibat tetapi secara dalaman makna ini sememangnya ada.

Dalam kajian makna perkataan ada dua bahagian yang boleh ditelusuri, khususnya bagi kata terbitan yang terdiri   daripada makna kata dasar dan makna ini disebut makna   gramatikal.

Pengimbuhan akan mengubah makna asal kata dasar. Ini bererti  bahawa imbuhan mempunyai makna, jika   tidak, bagaimana  kata dasar boleh  berubah  maknanya. Secara umumnya imbuhan  tidak  mempunyai makna. Namun, apabila imbuhan dicantumkan dengan kata dasar, ia memberi  makna  kepada kata dasar tersebut. Jadi, imbuhan tidak mempunyai makna tetapi mengandungi makna, Inilah yang dimaksudkan dengan makna nahuan atau makna gramatik. Bagi memudahkan pemahaman maka imbuhan dikatakan mempunyai makna gramatik dan kata dasar mempunyai makna leksikal (Darwin, 1994: 48-49)


4.5 KEPENTINGAN SEMANTIK DALAM BIDANG BAHASA,
          SASTERA DAN MASYARAKAT

Kajian semantik merupakan satu bidang dalam kajian linguistik yang mengkaji  makna. Bidang yang mengkaji dan menganalisis makna kata dan ayat dikenali sebagai bidang semantik. Kata merupakan init ujaran yang bebas dan mempunyai makna. Dalam bahasa kita dapat mengungkapkan fikiran, perasaan  , pendapat, emosi, perlakuan dan keperibadian manusia.

Kepentingan semantik dalam aspek bahasa, unsur bahasa menunjukkan permainan bahasa oleh penulis untuk menimbulkan keindahan dan kepelbagaian maksud dalam cerita ini mempunyai makna. Dalam bahasa kita dapat mengungkapkan fikiran, perasaan, pendapat, emosi, perlakuan dan keperibadian manusia.

Kepentingan semantik  dalam bidang sastera merangkumi peranan semantik dalam menjelaskan kajian tentang makna sesuatu ungkapan atau ujaran yang berunsur kesusasteraan. Hubungan antara bahasa dan sastera memang sangat erat, ahli-ahli bahasa berpendirian untuk menggunakan usaha-usaha penyelidikan dan pengembangan sastera. Oleh kerana semantik adalah sebahagian daripada bidang linguistik, maka ia berperanan penting dalam penghasilan karya-karya sastera khususnya dari segi pentafsiran makna bahasa sastera itu sendiri.

Kepentingan semantik dalam masyarakat berdasarkan hubungan semantik dengan bidang Antropologi dan Sosiologi. Antropologi ialah bidang ilmu yang mengkaji sekelompok masyarakat tertentu yang homogon yang mempunyai pelbagai ciri khasnya. Sosiolagi ialah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya sesuatu masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam aeauatu masyarakat semakin berkembang.


5.0 PERBENDAHARAAN KATA DAN ISTILAH DENGAN BIDANG         SEMANTIK DAN PERISTILAHAN

 Konsep merupakan asas pembentukan perbendaharaan kata  dan periitilahan. Kata dan istilah merupakan simbol yang digunakan untuk mengaambarkan sesuatu konsep kata danistilah yang mempunyai perkaitan yang sangat rapat biarpun mempunyai perbezaan. Istilah dapat dibentuk daripada kata dan gabungan kata. Penggunaan kata yang sedia ada untuk menggambarkan sesuatu konsep baru tidak menjadikan kata itu sebagai istilah,cuma menjadi suatu kata.

Pertumbuhan yang pesat dalam semua bidang kegiatan manusia telah menimbulkan masalah komunikasi yang begitu serius. Konsep yang tidak terhitung jumlahnya telah mewujudkan komunikasi yang taksa dan sekaligus memberikan kesan yang bukan sedikit terhadap komunikasi antara individu dengan mesin; mesin dengan mesin; individu dengan individu. Walaupun istilah dapat dikaitkan dengan kata, tetapi kata tidak dapat dikaittkan dengan istilah kerana tidak semua kata adalah istilah.

Aspek perbendaharaan kata dan istilah dalam teks yang dikaji jelas menunjukkan pemilihaan yang agak tepat bersesuaian dengan peringkat umur pelajar belasan tahun. Penggunaan kata yang mudah senang untuk difahami, mengkaji dan menganlisis komponen sastera dalam Bahasa Melayu. Konsep dan makna sesuatu dapat dianalisis dengan berdasarkan tiga komponen, yang merangkumi komponen-komponen kata (sama ada dalam bentuk bunyi atau tulisan), konsep atau makna (bentuk abstrak yang tercipta dalam fikiran, dan rujukan benda yang dirujuk.

Komponen kata (layang-layang), rujukan (gambar layang-layang) dan konsep makna menjelaskan sejenis permainan tradisional yang biasanya dimainkan selepas musim menuai oleh masyarakat kampung. Melalui segi tiga semantik, Ogden dan Richard merujuk hubungan antara kata,


Cerpen Tina karya Aminhad menggunakan pemilihan perkataan yang mudah dan senang untuk difahami. Perbendaharaan kata dan istilah merangkumi pemilihan perkataan yang tepat untuk maksud tertentu yang hendak disampaikan. Penulis telah membuat pemilihan dan penggunaan perkataan tertentu bagi menyampaikan sesuatu maksud dengan jelas.

Pada permulaan cerita pengarang telah mengambarkan kecelaruan dan perasaan tidak menentu watak utama yang mampu mengamit keinginan pembaca untuk mengetahui kekalutan tersebut. Pemilihan perbendaharaan kata yang mudah dan senang difahami dapat mengajak pembaca untuk turut merasai pengalaman tersebut dan mengetahui puncanya.

 Getar dan debar hatiku menggila pada kali pertama aku melihat dia. Sungguh. Aku bukan main-main. Namun aku amat terkilan kerana dia begitu cepat lenyap daripada pandanganku. Akhirnya kuputuskan, itu perasaanku saja. Gamitan masa silam

Pemilihan perkataan yang melibatkan penggunaan perkataan yang munasabah yang dapat diterima sebagai penggunaan yang baik. Penggunaan perkataan yang jelas dan khusus bagi menggambarkan keresahan watak protagonis seperti perkataan getar, debar, menggila merujuk kepada hati Haidi yang bergelora semasa kali pertama melihat seseorang yang mampu mengembalikan kenangan silam.

Diksi iaitu pemilihan dan penggunaan kata merangkumi bahasa formal, bahasa pasar, bahasa slanga dan bahasa asing seperti bahasa Inggeris dan Arab.
“O.K. Kalau Tina sungguh-sungguh nak jalan-jalan abang boleh bawa....”
“Betul?”
“Betul. Tapi ada syarat.”
“Syaratnya?”
Pemilihan bahasa formal seperti perkataan sungguh-sungguh,  merupakan kata ganda yang merujuk kepada kesungguhan. Begitu juga dengan perkataan jalan-jalan merujuk kepada maksud bersiar-siar atau mengambil angin dengan berjalan kaki.
Penggunaan bahasa pasar seperti nak merujuk kepada perbendaharaan kata hendak, begitu juga dengan penggunaan perkataan tapi adalah merujuk kepada perkataan tetapi. Bagaimanapun penggunaan bahasa pasar ini telah dapat difahami oleh pembaca melalui penggunaannya sehari-hari. Jadi pengarang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas dan tepat juga mewujudkan suasana yang boleh dialami oleh pembaca.

Perbendaharaan kata O.K berasal dari perkataan bahasa Inggeris yang telah diterima dalam bahasa Melayu iaiitu okay dan telah disingkatkan ejaannya. Bagaimanapun perkataan ini telah boleh difahami sebagai tanda persetujuan. Pembaca dapat mengikuti perkembangan konflik yang terdapat dalam cerpen merujuk kepada si adek yang tidak berpeluang bersiar-siar dan menjalani kehidupan sebagaimana kanak-kanak sebaya yang lain.

Pemilihan dan penggunaan perkataan syarat adalah ada unsur penggunaan bahasa Arab yang telah diterima dalam bahasa Melayu. Pembaca tidak akan keliru dengan penggunaan perkataan tersebut kerana telah diguna pakai dalam bahasa Melayu.

6,0 KEPENTINGAN SEMANTIK DALAM BIDANG BAHASA,
SASTERA DAN MASYARAKAT
Kajian semantik merupakan satu bidang dalam kajian linguistik yang mengkaji  makna. Bidang yang mengkaji dan menganalisis makna kata dan ayat dikenali sebagai bidang semantik. Kata merupakan init ujaran yang bebas da

Kepentingan semantik dalam aspek bahasa, unsur bahasa menunjukkan permainan bahasa oleh penulis untuk menimbulkan keindahan dan kepelbagaian maksud dalam cerita n mempunyai makna. Dalam bahasa kita dapat mengungkapkan fikiran, perasaan, pendapat, emosi, perlakuan dan keperibadian manusia.
Kepentingan semantik  dalam bidang sastera merangkumi peranan semantik dalam menjelaskan kajian tentang makna sesuatu ungkapan atau ujaran yang berunsur kesusasteraan. Hubungan antara bahasa dan sastera memang sangat erat, ahli-ahli bahasa berpendirian untuk menggunakan usaha-usaha penyelidikan dan pengembangan sastera. Oleh kerana semantik adalah sebahagian daripada bidang linguistik, maka ia berperanan penting dalam penghasilan karya-karya sastera khususnya dari segi pentafsiran makna bahasa sastera itu sendiri.

Kepentingan semantik dalam masyarakat berdasarkan hubungan semantik dengan bidang Antropologi dan Sosiologi. Antropologi ialah bidang ilmu yang mengkaji sekelompok masyarakat tertentu yang homogon yang mempunyai pelbagai ciri khasnya. Sosiolagi ialah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya sesuatu masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam aeauatu masyarakat semakin berkembang.

6.1      KEPENTINGAN SEMANTIK DALAM BIDANG BAHASA

Bahasa telah didefinisikan dalam pelbagai cara mengikut sifat-sifat semulajadi bahasa, peranan dan fungsinya. Ahli bahasa dan ahli linguistik telah mendefinisikan bahasa sebagai sistem bunyi yang terdiri daripada lambang-lambang yang diujarkan oleh manusia dengan menggunakan alat-alat artikulasi yang mempunyai makna-makna tertentu berdasarkan lingkungan masyarakat yang menuturnya.

Bahasa merupakan satu sistem ujaran dan tulisan konversional yang digunakan oleh manusia untuk berkongsi budaya dan berkomunikasi antara satu sama lain. Bahasa dapat menggambarkan dan memberikan kesan terhadap cara berfikir serta perubahan dan perkembangan budaya.

Bahasa mempunyai struktur yang kompleks tetapi boleh dianalisis dan diperlihatkan secara sistematik. Semua bahasa bermula dengan bahasa lisan, kemudian diikuti dengan bahasa tulisan. Bahasa mengandungi struktur ayat yang berbeza-beza untuk menyampaikan makna. Kandungan bahasa terdiri daripada bentuk dan susunan perkataan, struktur sintaksis dan intonasi ujaran.

Bahasa sebagai satu sistem bermaksud bentuk perkataan dan kedudukan perkataan dengan perkataan yang lain dalam ayat adalah secara teratur. Bentuk dan kedudukan perkataan dalam ayat dapat memberi makna kepada sesuatu bahasa. Bahasa adalah bersistem, apabila bertutur secara automatik kita mematuhi sistem tersebut dan menyusun struktur yang betul dalam bahasa yang kita gunakan untuk membolehkan pendengar memahami mesej yang hendak disampaikan.

Bahasa sebagai satu simbol iaitu isyarat bersuara yang dihantar oleh penutur kepada pendengar dalam proses interaksi. Dalam proses komunikasi, tergambar hasrat penutur untuk menyampaikan sesuatu maklumat atau perkara kepada pendengar.

Bahasa sebagai alat komunikasi, seseorang dapat menyampaikan semua yang dirasai, difikirkan dan diketahui oleh mereka kepada orang lain. Sebagaimana penjelasan yang diungkapkan oleh Haidi kepada gurunya
“Tina sakit jantung. Jantung berlubang. Tanda-tanda awal macam pelari itu. Tapi sekarang, Tina dah tak ada lagi. Tak ada lagi... saya tak mahu dia mati macam adik saya Cikgu. Tak mahu...”

Bahasa bersifat arbitrari iaitu sewenang-wenang mengikut kefahaman  individu yang menggunakannya. Pembaca dapat membayang bunyi siren ambulan yang digambarkan oleh Haidi dalam cerpen Tina.
Saat aku menghabiskan ungkapan tersebut, tersambar oleh cuping telingaku suara ambulan berlalu.

Bahasa bersifat unik, bermaksud tiap-tiap bahasa mempunyai bentuk dan struktur yang tertentu, tetapi mempunyai huraian yang tersendiri dari segi tatabahasa. Bahasa bersifat unik juga boleh dikaitkan dengan cara kitamemperolehi bahasa itu sendiri, bahasa bukanlah sesuatu yang diwarisi tetapi perlu dipelajari secara tidak langsung daripada ibu bapa, ahli keluarga dan masyarakat di sekeliling kita. Sebagaimana Sutina yang ingin mendapatkan penjelasan daripada perkataan “bedah” telah meminta penjelasan daripada ibunya, walaupun ibunya sibuk dengan urusan kerja rumah
“Bedah tu macam siang ikan ya mak?”

Bahasa bersifat sejagat atau universal, iaitu sesuatu bahasa itu boleh dituturkan atau dipelajari oleh sesiapa sahaja di dunia ini. Ini dapat dijelaskan dalam ujaran protes Sutina berkaitan dengan usaha ikhtiar pihak keluarganya dan rakyat Malaysia yang perihatin.
“Tapi, kalau bedah macam ikan tu, matilah adik.”

Bahasa bersifat dinamis bermaksud sesuatu bahasa itu berpotensi untuk berkembang, membuat penyesuaian serta menerbitkan pembaharuan dan kemajuan. Pertembungan kebudayaan dan manusia dengan manusia yang lain menyebabkan pertambahan dan pengayaan perbendaharaan kata sesuatu bahasa itu. Ini terbukti dengan kesungguhan Haidi mendekati pelajar yang seiras wajah adiknya Sutina. Haidi dalam keadaan gemuruh mampu meluahkan ujaran bagi mendekati pelajar tersebut.
“Maaf. Sa...ya, saya minta maaf pada adik kalau mengganggu. Er... nama adik, Sutina?” Entah kenapa soalan itu yang kuluahkan dalam keadaan tergagap-gagap begitu.

Bahasa bersifat bervariasi, bermaksud terdapat kepelbagaian bagi satu-satu bahasa tersebut yang melibatkan cara dan gaya pengujaran, istilah-istilah khusus yang digunakan dan struktur bagi sesuatu variasi bahasa itu. Haidi menggunakan helah untuk mengena pelajar yang mirip adiknya bagi mewujudkan suasana kemesraan dan kegembiraan.
“Nama adik Kursiah atau Kursia atau Kursi?” Sengaja aku mahu menyakat ketika dia berehat di khemah hijau – warna rumah kami.

Jelas menunjukkan kepentingan semantik dalam aspek bahasa, unsur bahasa menunjukkan permainan bahasa oleh penulis untuk menimbulkan keindahan dan kepelbagaian maksud dalam cerita. Penggunaan unsur bahasa bergantung kepada jenis cerpen. Cerpen Tina yang bertemakan kasih sayang seorang abang terhadap adiknya, mempunyai banyak unsur bahasa yang puitis dan indah. Gaya bahasa melibatkan cara seseorang pengarang menggunakan dan memanipulasikan unsur bahasa bagi membentuk cerita.

Pengarang cerpen Tina menggunakan bahasa dan unsur-unsur bahasa untuk menyalurkan pemikiran dan pandangan terhadap tema kasih sayang seorang abang terhadap adik perempuannya yang mengidap penyakit jantung berlubang. Persoalan yang diutarakan mengenai ketabahan menghadapi dugaan hidup dan kegigihan dalam mencapai sesuatu yang dihajati dalam hidup.

Gaya bahasa merangkumi penggunaan perkataan, pemilihan ayat dan unsur-unsur konotatif. Ianya juga berkait dengan jati diri penulis. Seseorang pembaca dapat mengenali diri penulis melalui gaya bahasa yang digunakan dalam karyanya. Kesan semantik dalam aspek bahasa akan menambahkan keindahan sesebuah karya, dapat mengekalkan kejemuan dan mudah difahami oleh pembaca.

Pengarang telah memasukkan penggunaan peribahasa bagi mewujudkan nilai keindahan dalam cerpen Tina. Perumpamaan ysng tidak menggunakan kata perbandingan.

Masuk bakul angkat sendiri
                              (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :57)

Penggunaan simpulan bahasa dalam cerpen Tina

Rakyat Malaysia memang murah hati
                            (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :60)
                       
Penggunaan kata-kata himat yang boleh menimbulkan semangat dan perangsang kepada pihak yang menerimanya.

Bersabar itu separuh daripada iman
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :57)

Penggunaan gaya bahasa perbandingan similie iaitu gaya bahasa perbandingan yang melibatkan dua perkara atau keadaan. Similie yang menggunakan kata-kata perbandingan iaitu seperti, bagai, laksana, umpama, macam, bak.

Layang-layang kelihatan bagai seekor burung yang merendah mahu          
Menyambar anak-anak ikan di permukaan air.
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :54)

Mulut comel Tina tersenyum lebar bagai kuntum bunga yang mulai
mekar.
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :54)

Gaya bahasa personafikasi ada diselitkan pengarang dalam cerpen Tina. Personafikasi bermaksud memberi sifat manusia seperti perlakuan manusia kepada benda atau objek yang tidak bernyawa.
Dalam kesepian itu seolah-olah aku melihat pokok-pokok yang longlai dipuput bayu melihat kemurungan yang menyerang jiwaku
(Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :52)

Unsur personafikasi dalam petikan di atas ialah
pokok-pokok yang longlai
kemurungan yang menyerang jiwaku

Kesemua perbuatan seperti longlai dan menyerang adalah sifat manusia,  longlai telah diberi kepada objek alam seperti pokok. Begitu juga dengan perkataan menyerang telah diberi kepada kemurungan.

Gaya bahasa hiperbola iaitu gaya bahasa perbandingan yang melampau tentang sesuatu kejadian atau peristiwa yang berlaku. Aminhad telah memulakan cerpen Tina dengan gaya bahasa hiperbola boleh memberi suatu keajaiban kepada pembaca untuk memulakan pembacaan dan menghayati jiwa bagi watak utama.

Getar dan debar hatiku menggila pada kali pertama aku melihat dia. Sungguh. Aku bukan main-main. Namun aku amat terkilan kerana dia begitu cepat lenyap daripada pandanganku. Akhirnya kuputuskan, itu perasaanku saja. Gamitan masa silam
                             (Antologi Seuntai Kata Untuk Dirasa muka surat :52)

Getar dan debar hatiku menggila pada kali pertama aku melihat dia. Pengarang menegaskan dan membandingkan getar dan debaran hati Haidi menggila iaitu suatu perbandingan yang melampau dengan darjah ketinggian debaran tersebut begitu menganas sampai kepada gila. Atau dengan kata lain di luar kesedaran manusia, tidak dapat dikawal dengan akal fikiran yang waras. Perbandingan sebegini menimbulkan tanda tanya kepada pembaca untuk mengetahui dan menyelami.berkaitan punca sebenar debaran tersebut. Di sini pembaca memulakan pembacaan dengan rangsangan emosi untuk lebih mudah dalam menjiwai watak dalam bahan sastera yang dibaca.


6.2     KEPENTINGAN SEMANTIK DALAM BIDANG SASTERA

Kepentingan semantik  dalam bidang sastera merangkumi peranan semantik dalam menjelaskan kajian tentang makna sesuatu ungkapan atau ujaran yang berunsur kesusasteraan. Hubungan antara bahasa dan sastera memang sangat erat, ahli-ahli bahasa berpendirian untuk menggunakan usaha-usaha penyelidikan dan pengembangan sastera. Oleh kerana semantik adalah sebahagian daripada bidang linguistik, maka ia berperanan penting dalam penghasilan karya-karya sastera khususnya dari segi pentafsiran makna bahasa sastera itu sendiri.

Ciptaan kesusasteraan berbeza daripada ciptaan seni yang lain kerana ciptaan ini menggunakan bahasa sebagai alat penyampaian. Melalui bahasa, keindahan hasil kesusasteraan dapat dirasa oleh pembacanya, pengarang dapat menggarap isi dan tujuan sambil menghayati segala pengalaman dan perasaan yang tercurah. Sesebuah hasil kesusasteraan yang bermutu akan mempamerkan bahan atau menggunakan bahasa dan olahan yang indah juga memiliki unsur-unsur intelek, tersirat dengan emosi dan perasaan, penuh dengan ekspresi dan imaginasi serta karya dengan ciri-ciri kreatif. Penggunaan teknik dan gaya penulisan yang menarik Ini semua dapat memikat hati para pembaca.

Keindahan  bahan sastera berdasarkan gaya dan lenggok bahasa yang dipamerkan dalam karya sastera dapat menyerlahkan keindahan sesebuah karya. Kita dapat melihatnya dari dua sudut iaitu dalam puisi juga prosa.

Semantik banyak memberikan sumbangan dari segi penggunaan bahasa atau gaya bahasa seseorang penulis prosa imaginatif seperti cerpen Tina karya Aminhad. Dalam ilmu semantik terdapat tujuh jenis erti iaitu erti konsepsi iaitu erti kognitif yang mampu dicapai oleh akal fikiran manusia sejagat. Aminhad telah berupaya menggarapkan tema kasih sayang antara seorang abang terhadap adik perempuan yang menderita penyakit jantung berlubang. Hal ini menjadi lumrah manusia hidup dalam suasana kasih sayang bagi melahirkan hubungan yang akrab dan penuh rasa tanggungjawab juga kemesraan melalui pertalian darah.

Semantik boleh memberikan erti konotatif iaitu erti kata yang berlainan berdasarkan ungkapan,susunan kata, jeda dan nada.

Apabila kita mengaitkan ilmu semantik dengan karya prosa berert kita melihat karya prosa itu dari segi gaya dan penggunaan bahasanya.Dari segi gaya bahasa prosa ilmu semantik dapat membantu penulis dari segi diksi,metafora, simili, personafikasi dan hiperbola.

Diksi ialah pemilihan kata yang betul, tepat dan berkesan

Kejayaan dan keberkesanan pengarang menggunakan gaya bahasa tertentu bergantung kepada ketersendirian bahasa seseorang pengarang. Walaupun makna dan maksud sesuatu perkataan itu boleh memungkinkan penafsiran yang pelbagai tetapi ilmu dan kebiasaan berbahasa seseorang penulis itu penting sekali dalam menentukan penggunaan bahasa yang tepat. Dalam hal ini ilmu semantik sangat penting untuk membantu pengarang dalam memilih,menyusun dan menggabungkan perkataan atau ayat dalam penulisan mereka.

Kecenderungan dalam menggunakan teori linguistik dalam menghuraikan bahasa atau penggunaan bahasa karya sastera agak menarik perhatian ahli-ahli bahasa dan sastera kita. Pada masa akan datang hubungan antara semantik dengan kesusasteraan akan semakin erat. Ahli bahasa memerlukan karya sastera sebagai bahan untuk mengkaji keindahan bahasa. Manakala sasterawan memerlukan pengetahuan bahasa dan ilmu bahasa khususnya ilmu semantik untuk mengindahkan bahasa dalam karya mereka dan memberikan maksud yang tepat dalam pemilihan perkataan dalam karya mereka. Hal yang demikian memperlihatkan satera dan linguistik tidak boleh dipisahkan.

Perkara ini dapat dijelaskan lagi dengan dasar pendidikan kerajaan yang telah memasukkan komponen sastera dalam sukatan pelajaran bahasa Melayu di peringkat sekolah menengah. Ini terbukti akan hubungan dan perkaitan antara sastera dan linguistik telah terjalin dan menjadi satu dasar kementerian pendidikan dalam merealisasikan hubungan antara kedua-duanya dengan lebih mantap.

6.3     KEPENTINGAN SEMANTIK DALAM MASYARAKAT

Masyarakat melibatkan rumpun bangsa bagi sesuatu bahasa, masyarakat Melayu dengan bahasa ibundanya Bahasa Melayu menjadi asas kepada pembentukan masyarakat. Masyaraakat Malaysia yang terdiri dari pelbagai etnik telah menerima Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan negara Malaysia yang berdaulat. Dalam Perlembagaan Malaysia Akta 152 telah memartabatkan Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan bagi rumpun masyarakat di Malaysia, bagaimanapun rakyat berhak menggunakan bahasa ibunda mengikut kumpulan etnik tertentu.

Masyarakat telah menerima bahawa bahasa semakin berkembang berdasarkan hubungan semantik dengan Antropologi dan Sosiologi. Antropologi ialah bidang ilmu yang mengkaji sekelompok masyarakat tertentu yang homogon yang mempunyai pelbagai ciri khasnya. Sosiolagi ialah bidang ilmu yang mengkaji kelompok masyarakat yang lebih luas dalam perkembangan ekonomi dan sosial yang heterogen. Sosial dan budaya sesuatu masyarakat yang semakin berkembang menyebabkan makna bahasa dalam aeauatu masyarakat semakin berkembang. Contohnya perkataan “sekolah” daripada aspek antropologinya telah membentuk perkataan baharu “sekolah harapan”, “sekolah bestari” dan “sekolah lestari”, yang bukan lagi sebagai tempat belajar secara formal semata-mata. Justeru makna yang difahami adalah berdasarkan bentuk bahasa semasa peruturan itu dituturkan. Aminuddin (1985)

Hubungan semantik dengan psikologi dapat memberi kesan kepada masyarakat. Psikologi ialah ilmu yangmengkaji tentang hakikat dan gerak geri jiwa. Hal ini bermakna bahawa tingkah laku manusia mempunyai makna. Makna yang dimaksudkan adalah tentang kebermaknaan perkataan atau ujaran dalam bahasa. Contohnya perkataan “makan”  berbeza dengan perkataan “makanlah” .Deretan bunyi dan susunan huruf dalam perkataan terseut menghasilkan pemahaman makna yang berbeza olehseseorang dalam situasi yang berbeza. Situasi yang berbeza tersebut melambangkan  paksaan dan permintaan penuturnya. Hal ini bertepatan dengan pendapat ahli psikologi yang menyatakan makna wujud berdasarkan rangsangan dan gerak balas.

Masyarakat sememangnya berpegang dengan falsafah, kita dapat membuat perkaitan antara hubungan semantik dengan falsafah.Falsafah ialah pengetahuan bagi menelaah sesuatu yang istimewa. Falsafah adalah istimewa kerana falsafah tidak dapat dihuraikan dengan ilmu pengetahuan biasa. Sebaliknya falsafah memerlukan pengetahuan tentang hukum dan kaedah berfikir yang logik. Oleh yang demikian logik dalam disiplin ilmu falsafah memerlukan cara berfikir yang tepat untuk mencapai ketepatan makna dalamilmu falsafah tersebut. Falsafah yang tidak mempunyai makna menjadi tidak bererti. Contohnya falsafah “Biar saya mentertawakan diri saya sebelum oranglain mentertawakan diri saya” Falsafah ini membawa makna “kesedaran kendiri atau muhasabah diri”, perlu difahami pendengar mahupun penutur falsafah tersebut supaya ianya bermakna apabila diujarkan.

Masyarakat akan lebih mudah memahami makna melalui perkaitan semantik dengan linguistik. Masyarakat Melayu yang kaya dengan nilai=nilai tradisi meliputi peribahasa yang mempunyai medan makna yang sungguh luas. Melalui makna yang tersurat, makna yang terselindung dan makna yang tersirat masyarakat dapat mengungkaikan makna tersebut dalam proses komunikasi. Masyarakat membuat penghayatan mengenai makna tersebut bagi memartabatkan lagi Bahasa Melayu.

Berdasarkan cerpen Tina masyarakat bertindak dalam membantu pihak yang memerlukan pertolongan dengan membuat andaian kesulitan dan penderitaan tersebut perlu dikongsi bersama bagi meringankan penderitaan tersebut. Masyarakat dapat menilai golongan yang ditimpa musibah dengan murah hati menghulurkan bantuan bagi kos rawatan pembedahan. Berdasarkan teori makna emotif, masyarakat turut merasai penderitaan dan ketabahan hati pesakit jantung berlubang seperti Sutina.

“Tina bersabarlah. Tina boleh sembuh setelah pembedahan nanti. Sekarang kita menunggu derma dan belas kasihan orang ramai. Rakyat Malaysia memang murah hati. Jadi Tina jangan susahh-susahkan hati. Tina akan sembuh. Perca  yalah cakap abang ni.....”
Older Posts
Subscribe to: Posts (Atom)

Popular Posts

  • SOAL CERDAS CERMAT SD DAN JAWABANNYA
    Berikut adalah Contoh Soal Cerdas Cermat Anak SD dan jawabannya yang sering muncul/dipertanyakan 1.Rangka manusia tersusun atas rangka kepa...
  • Pengertian Promosi Menurut Para Ahli
    Promosi merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam pemasaran produk...
  • Pengertian Motivasi Diri Dan Teori Motivasi
    Pengertian Motivasi Diri Motivasi Diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita...
  • PENGERTIAN HARGA DAN STRATEGI PENENTUAN HARGA
    1. Pengertian Harga Harga, nilai dan faedah (utility) merupakan konsep-konsep yang sangat berkaitan. Utility adalah atribut suatu produk ...
  • PENGERTIAN SEMANTIK DAN PRAGMATIK
    SEMANTIK Semantik ialah bidang yang mengkaji selok-belok makna. Oleh sebab, makna merupakan ciri semua sistem lambang, maka pada kebias...
  • TUJUAN DAN MANFAAT PENDIDIKAN INKLUSIF
    Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan an...

Labels

  • A (23)
  • Administrasi (13)
  • B (25)
  • Belajar (33)
  • C (5)
  • D (5)
  • Definisi (80)
  • Drama (4)
  • Faktor faktor (5)
  • Filsafat (7)
  • Fungsi (18)
  • Geografi (7)
  • Gerhana (3)
  • Ilmu Komunikasi (6)
  • Jenis - Jenis (10)
  • Karakter (6)
  • Karya Tulis (29)
  • Komunikasi (8)
  • Makalah (5)
  • Manajemen (18)
  • Metode Pembelajaran (12)
  • P (5)
  • PENDIDIKAN INKLUSIF (5)
  • PTK (4)
  • Pemasaran (14)
  • Pembelajaran (6)
  • Pendidikan (26)
  • Penelitian (5)
  • Pengertian (294)
  • Pengertian Komunikasi (5)
  • Pengertian Menurut Para Ahli (58)
  • Pengertian Secara Umum (14)
  • Penjualan (8)
  • Pentingnya Pengawasan (1)
  • Peradapan (5)
  • Prinsip (6)
  • Produk (14)
  • S (21)
  • SEKRETARIS (8)
  • Sejarah (25)
  • Seni (19)
  • Seni Rupa (10)
  • Sistem (18)
  • Tujuan (12)

Popular Posts

  • Pengertian Renang, Sejarah Renang, Macam-Macam Gaya Renang Dan Manfaat Berenang
  • Pengertian, Bagian Bagian GENERATOR (MAKALAH MESIN GENERATOR AC)
  • Pengertian Produk Menurut Para Ahli
  • Contoh Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
  • Pengertian Dan Definisi aplikasi Menurut Para Ahli
close
close

Contoh Contoh Proposal

  • CONTOH-CONTOH PROPOSAL
    CONTOH MAKALAH: KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
  • Ragam Cara Beternak
    Beternak Kakak Tua || CONTOH MAKALAH TENTANG KAKAK TUA
  • Daftar Tanaman Obat
    Manfaat Buah Delima Untuk Kesehatan Dan Kecantikan
Copyright © 2015 Blog Definisi | Pengertian. All rights reserved. My Notes Template. Simple Default Template edited by RT Media ™. Powered by Login