Berbagai
ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya
tulisnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria logis
sistematis, dan lugas, karya tulis ilmiah disebut logis jika keterangan yang
dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karya tulis ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya
disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karya tulis
ilmiah disebut lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa
yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan
dengan penggunaan bahasa. Bab ini akan membicarakan pemakaian bahasa, bab ini
akan membicarakan pemakaian ejaan yang disempurnakan, pembentukan kata,
pemilihan kata, penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf dalam karya
tulis ilmiah.
•
Bahasa Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak
remang nalar ataupun mendua.
–
Contoh:”penelitian ini mengkaji metode pemebalajaran
CTL objek yang efektif dan efisien”
•
Bahasa
Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan
dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.
•
Bahasa
Ilmiah itu singkat, jelas dan efektif.
–
Contoh:”tulisan
ini (dilakukan dengan maksud untuk) membahas kecendrungan
peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2006”.
Catatan:
kata-kata yang di dalam kurung sebaiknya dihilangkan.
•
“Kalimat yang membangkitkan acuan dan makna yang sama
di benak pendengar atau pembaca dengan yang ada di benak pembicara atau penulis
•
Kalimat
yang efektif ditentukan oleh:
–
Keterpaduan
kalimat: mengacu pada penalaran (deduksi, induksi, top-down, bottom-up, dll.)
–
Koherensi
kalimat: mengacu pada hubungan timbal-balik antara kalimat-kalimat
Kalimat tidak
Efektif
|
Kalimat
Efektif
|
•
membahayakan bagi penderita
•
membicarakan tentang penyakit
•
mengharapkan akan tindakan
•
para dokter saling bantu-membantu
•
keharusan daripada dilakukannya tindakan pembedahan
|
•
membahayakan penderita
•
membicarakan penyakit
•
mengharapkan tindakan
•
para dokter saling membantu
•
keharusan melakukan pembedahan
|
Hal-hal yang
dapat mengganggu koherensi kalimat
–
Pekan
Kesenian Bekas Penyandang Kusta Nasional
•
Pemilihan dan Pemakaian Kata
–
Memilih kata depan atau kata penghubung yang salah:
•
Dari hasil perhitungan…..
–
Memilih dua kata yang kontradiktif atau medan maknanya tumpang
tindih:
•
Suatu
ciri-ciri yang didapatkan…...
–
Menggunakan
kata yang tidak sesuai:
•
Walaupun banyak artikel berpendapat…..
–
Menggunakan nama atau istilah yang benar, tetapi
penulisannya keliru
2. Penerapan
Ejaan yang disempurnakan
Penggunaan
spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuanyang
berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda satu,
tanda Tanya) harus ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
b. Pengunaan Garis Bawah Satu
Garis bawah satu dalam karya tulis ilmiah
digunakan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang harus dicetak miring
apabila karya tulis ilmiah itu diterbitkan. Garis bahwa satu dipakai pada 1)
anak bab, 2) subanak bab, 3) kata asing atau kata daerah, 4) judul buku,
majalah, surat kabar yang dikutip dalam naskah. Perhatikan contoh-contoh
berikut:
1. Later Belakang dan Masalah
3) Kata Asing atau kata Daerah
Acceptence boundary "batas
penerimaan"
Papalingpang
(Sd.) bertentangan.
4)
Judul
Buku, Majalah, atau Surat Kabar yang diterbitkan
Buku Dasar-dasar Gizi Kuliner
Garis bawah satu itu dibuat terputus-putus
kata demi kata, sedangkan spasi (jarak kata dengan kata) tidak perlu
digarisbawahi sebab yang akan dicetak miring adalah kata itu sendiri.
Apabila memengalan atau penyukuran
sebuah kata dalam penggantian baris, kita harus membubuhkan tanda kurang (-),
dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhksn di pinggir ujung bsris. Tanda
hubung itu dibubuhkan di pinggir ujung baris. Dalam kaitan ini, pias kanan karya
tulis ilmiah tidak perlu lurus. Yang harus diutamakan adalah pemenggalan kata
sesuai dengan kaidah penyukuan, bukan masalah kelurusan atau kerapian pias
kanan karya tulis ilmiah. Namun, jika pengetikan karya tulis menggunakan
computer, kerapian pias kanan dapat deprogram dan penyukuran kata dapat
dicegah. Berikut dicantumkan kaidah penyukuran sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
1)
Kalau
di tengah kata ada dua vocal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua vocal.
Misalnya : bi-arkan, mema-lukan, pu-ing.
2)
Kalau
di tengah kata ada dua vocal yang mengapit sebuah konsonan (termasuk ng, ny,
sy, dan kh), Pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.
Misalnya : pu-jangga, tereke-nal,
meta-nol, muta-khir.
3) Kalau di tengah kata ada dua konsonan atau
lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan itu.
Misalnya : hid-roponik, resep-sionis,
lang-sung.
4) Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau
lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama dan
konsonan kedua.
Misalnya : Indus-trial, kon-struksi, in-stansi, ben-trok.
5) Jika kata berimbuhan atau berpartikal
dipengal, kita harus memisahkan imbuhan atau partikel itu dari kata dasarnya
(termasuk imbuhan yang mengalami perubahan bentuk).
Misalnya : pelapuk-an, me-ngisahkan,
peng-awetan.
Selain itu, jangan sampai terjadi pada
ujung baris atau pada pangkal baris terdapat hanya satu huruf walaupun huruf itu
merupakan satu suku kata. Demikaian juga, harus diusahakan (kalau mungkin) agar
nama orang tidak dipenggal atau suku-suku katanya.
4. Penulisan
di sebagai kata Depan
Di yang berfungsi sebagai kata depan
harus dituliskan terpisah dari kata yang mengiringinya. Biasanya di sebagai
kata depan ini berfungsi menyatakan arah atau tempat dan merupakan jawaban atas
pernyataan dimana.
Contoh-contoh penggunaan di kata depan
5. Penulisan
di sebagai Awalan
Di- yang berfungsi sebagai awalan
membentuk kata kerja pasif dan harus dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Pada umumnya, kata kerja pasif yang berawalan di-dapat diubah
menjadi kata kerja aktif yang berawalan meng-(meN-).
Diubah berlawanan dengan mengubah
Dipahami berlawanan dengan memahami
Dilihat berlawanan dengan melihat
Dimeriahkan berlawanan dengan memeriahkan.
Diperlihatkan berlawanan dengan memperlihatkan.
6. Penulisan
ke sebagai Kata Depan
Ke yang berfungsi sebagai kata depan,
biasanya menyatakan arah atau tujuan dan merupakan jawaban atas pertanyaan ke
mana. Ke belakang ke
muka
Sebagai patokan kita, ke yang dituliskan
terpisah dari kata yang mengiringinya jika kata-kata itu dapat dideretkan
dengan kata-kata yang didahului kata di dan dari.
Ke sana di sana dari sana
Ke kecamatan di kecataman dari kecamatan
ke jalan raya di jalan raya dari jalan raya
ke berbagai di berbagai dari berbagai
Instansi Instansi Instansi
7. Penulisan ke-sebagai Awalan
Ke- yang tidak menunjukkan arah atau
tujuan harus dituliskan serangkaian dengan kata yang mengiringinya karena
ke-seperti itu tergolong imbuhan.
Ke pada kata kemari, walaupun menunjukkan arah,
harus dituliskan serangkaian karena tidak dapat dideretkan dengan di mari dan
dari mari. Selain itu,
penulisan ke pada kata keluar harus dituliskan serangkai jika berlawanan dengan
kata masuk. Misalnya : saya ke luar dari organisasi itu. Akan
tetapi, jika ke luar itu berlawanan dengan ke dalam, ke harus
dituliskan terpisah. Misalnya, Pandangannya diarahkan ke luar ruangan.
8. Penulisan
Partikel pun
Pada dasarnya, partikel pun yang
mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan harus dituliskan
terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di sana merupakan kata
yang lepas.
Menangis pun di rumah pun
Seratus pun satu
kali pun
Berlari pun tingginya
pun
Akan tetapi, kata-kata yang mengandung
pun berikut harus dituliskan serangkai karena sudah dianggap padu benar. Jumlah
kata seperti itu tidak banyak, hanya dua belas kata, yang dapat dihapal di luar
kepala, yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, ataupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, Cyang berarti walaupun)
sungguhpun, dan walaupun.
9. Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti
"mulai" demi atau "tiap" dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Akan tetapi, per yang menunjukkan
pecahan atau imbuhan harus dituliskan serangkaian dengan kata yang
mendahuluinya.
Lima tiga perdelapan perempat final
Empat pertiga satu perdua
Dua pertujuh tujuh persembilan
10. Penggunaan
Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata
ulang. Dalam pedoman ejaan kata ulang harus dituliskan dengan dirangkaikan oleh
tanda hubung. Penggunaan angka dua pada kata ulang tidak dibenarkan, kecuali
dalam tulisan-tulisan cepat,- seperti catatan pada waktu mewawancarai seseorang
atau catatan fapat. Perhatian penggunaan tanda hubung pada kata ulang berikut.
dibesar-besarkan bolak-balik
berliku-liku meloncat-loncat
sayur-mayur tunggang-langgang
centang-perenang kupu-kupu
compang-camping tolong-menolong
Tanda hubung juga harus digunakan antara
huruf kecil dan huruf capital kata berimbuhan, baik awalan maupun akhiran, dan
antara unsur kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan kata yang mengikutinya
yang diawali huruf capital.
se-DKI Jakarta non-Palestina
Makhluk-Nya pan-lslamisme
Antara huruf dan angka dalam suatu
ungkapan juga harus digunakan tanda hubung.
Jika dalam tulisan terpaksa
digunakan kata-kata asing yang belum diserap, kemudian kata itu diberi imbuhan
bahasa Indonesia, penulisannya tidak langsung diserangkaikan, tetapi dirangkaikannya
dengan tanda hubung. Dalam hubungan ini, kata asingnya perlu digarisbawahi
(cetak miring).
Sebenarnya,
masih banyak masalah ejaan yang perlu dibicarakan, terutama yang sering
dijumpai dalam tulisan sehari-hari salah, tetapi karena ada hal lain, yaitu
masalah penyusunan kalimat dan paragraph, yang juga perlu disinggung selintas,
pembicaraan ejaan dicukupkan sekian saja. Diharapkan agar para penyusun karya tulis
ilmiah memiliki sendiri buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan agar
segala masalah aturan ejaan dapat dikuasai betul.
Jika
kata dasar berbunyi awal /kl, /pi, /t/, /s/, ditambah imbuhan meng-,
meng-...kan, atau meng-l, bunyi awal itu harus luluh menjadi (ng),
/ml/, /n/, dan /ny/. Kaidah itu berlaku juga bag! kata-kata yang berasal dari
bahasa asing yang sekarang sudah menjadi warga kosakata bahasa Indonesia.
Bandingkan dua bentuk di bawah ini, yaitu bentuk baku
dan bentuk tidak baku.
Bentuk Baku
|
Bentuk Tidak Baku
|
Mengikis
Mengultuskan
Mengambinghitamkan
Mengalkulasikan
Memesona
Memarkir
Menafsirkan
Menahapkan
Menerjemahkan
Menyukseskan
Menyuplai
Menargetkan
Menakdirkan
|
Mengkikis
Mengkultuskan
Mengkambinghitamkan
Mengkalkuiasikan
Mempesona
Memparkir
Mentafsirkan
Mentahapkan
Menterjemahkan
Mensukseskan
Mensuplai
Mentargetkan
Mentakdirkan
|
Demikian juga, bunyi /k/, /p/, /t/, /s/,
harus luluh jika diberi imbuhan peng- atau peng..-an (pe-N atau pe
N-....an).
Bentuk
Baku
|
Bentuk
Tidak Baku
|
Pengikisan Pemarkiran Penargetan Penerjemahan Penahanan Penyuplai
penyuksesan
|
Pengikikisan Pemparkiran Pentargetan Penterjemahan Pentahapan Pensuplai
Pensuksesan
|
Kaidah di atas tidak berlaku bagi
kata-kata serapan yang bunyi awal katanya berupa gugus konsonan.
Transkripsi menjadi mentranskripsikan
atau pentranskripsian, klasifikasi menjadi mengklasifikasikan atau
pengklasifikasian.
b. Penulisan Gabungan Kata
Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan terdapat kaidah yang menyatakan bahwa gabungan
kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, unsure-unsurnya dituliskan
terpisah. Gabungan kata yang harus dituliskan
terpisah, antara lain, sebagai berikut.
rumah sakit umum lipat ganda
Selain gabungan kata di atas yang harus
dituliskan terpisah, terdapat juga gabungan kata yang harus dituliskan
serangkai, yaitu gabungan kata yang sudah dianggap sebagai kata yang padu,
sebagai berikut.
Bagaimana
bumi putra
padahal
halalbihalal
saputangan
segitiga
antarkota
antarwarga
asusila
dasawarsa
kontrarevolusi
ekstrakurikuler
Pancasila
mahakuasa
mahasiswa
pascapanen
pascaperang
purnawirawan
purnasarjana
semiprofessional
nonmigas
|
apabila
dari pada
matahari
barangkali
manakala
sekaligus
bilamana
amoral
dwiwarna
caturtunggal
poligami
monoteisme
saptakrida
subbagian
subpanitia
subseksi
swadaya
swasembada
peribahasa
perilaku
tunarungu
tunanetra
|