PENGERTIAN MORFOLOGI
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik
maupun fungsi semantik.
Fonologi
adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya.
Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi
fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari
cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan
bahasa.
Fonem
sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa
yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi
[k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata “cagar” dan
“cakar”. Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab
hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi
[f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi
apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama
saja.
Pada saat hendak kita mempelajari
ilmu, pertanyaan yang pertama kali muncul biasanya berkenaan dengan pergertian
yang menjadi label ilmu yang bersangkutan.
Dalam kamus internasional, Ralibi (
1982: 363 ) mengemukakan bahwa, morfologi berasal dari bahasa yunani morfhen yang digabungkan dengan logos Morfhen berarti bentuk dan logos
berarti ilmu. Bunyi / O / yang terdapat diantara morfhen logos ialah bunyi yang
biasa muncul di antara dua kata yang di gabungkan. Misalnya, pada saat
psyche digabungkan dengan logos, maka
muncullah bunyi /o/ seperti itu di antara kedua kata yang digabubngkan sehingga terbentuklah kata
psychologi ( psikologi ) Demikian pula ketika fon di gabungkan dengan logi,
maka muncullah bunyi /o/ sehingga terbentuklah kata fonologi.
Kata, Bentuk kata, dan Leksem
Menurut
Crytal (1980: 383- 385 ), kata kata adalah satuan ujaran yang mempunyai
pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun
bahasa tulisan.
Ditinjau dari Sudut Simantik, kata selalu
memiliki arti atau makna, baik arti leksikal maupun arti gramatikal. Arti
leksikal yang dimaksudkan di sii adalah arti yang terdapat dalam satuan bentuk
bahasa yang lain dalam pemakaiannya,
sedangakan yang dimaksudkan dengan arti dramatikal adalah arti yang terdapat
pada satuan bentuk bahasa tersebut
bergabung dengan bentuk bahasa yang lain.
Ditinjau dari sudut morfologi , kata selalu berada dalam bentuk
morfem, baik yang berupa morfem tunggal ( morfem bebas ) maupun yang berupa
yang berupa morfem (gabungan dari beberapa buah morfem).
Ditinjau dari sudut sintaksis, kata selalu merupakan satuan bentuk bahasa yang terdiri sendiri dalam
pemakaiannya, baik dalam pengucapan maupun dalam penulisanya.
Ada dua bentuk kata dalam bahasa indonesia ,
yaitu :
1.
Kata dasar merupakan satuan bahasa yang bermakna
yang berupa morfem bebas dan berdiri sendri dalam pemakaiannya.
2. Kata jadian atau kata turunan merupakan satuan bentuk bahasa yang
bermakna yang berupa morfem kompleks dan berdiri sendiri kata dasar dalam pemakaianny
seperti kata berafiks, kata berulang,
kata berpartikel, dan kata berklitik.
3. Kata berafiks adalahs kata dasar yang telah dilekati oleh afiks atau imbuhan,
seperti prefikasi atau kata berawalan (bermain,
penulis, ditendang melihat),
infikasi atau penyisipan (telunjuk, temali,gerigi) sufikasi atau pengkhiran (makanan, hitamkan, turuni, rasanya), komfikasi atau
gabungan (kebetulan, perhentian, pedesaan).
4. Kata berulang merupakan kata yang mengalami pengulangan bentuk, baik pengulangan
seluruhnya maupun pengulangan dengan perubahan fonem atau tidak dengan
perubahan fonem kata berulang ini terdiri atas empat yaitu:
Morfem Morf, dan Alomorf
Bentuk-bentuk
linguistik itu dapat berwujud morfem, dan alomorf, bahkan ada yang lebih tinggi
tataranya, yaitu frase, klausa, kalimat dan wacana. Apa sebenarnya perbedaan
antara morfem, morf, alomorf.?
Morfem dibentuk oleh andua unsur bahasa
(latin) yaitu unsur morfhen= bentuk dan unsur ema yang mengndung arti.
Menurut Admaji,
Dkk., morfem
adalah satuan terkecil dari pembentukan kata yang dalam satu bahasa yang tidak
dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang lebih bermakna.
Menurut J.S.
Badudu (1993) mengatakan
bahwa morfem merupakan bentuk yang terkecil yang tidak dapat di bagi menjadi
bagian yang lebih kecil.
Berdasarkan
pendapat tesebut dapat di simpulkan bahwa morfem
adalah satua bentuk bahasa yang paling kecil dan mangandung arti, bentuk bebas
maupun yang berupa bentuk terikat.
Dari definisi tersebut dua hal yang
perlu perhatikan yaitu.
1. Morfem merupakan satuan untuk bahasa
yang paling kecil dan mengandung arti.
2. Morfem merupakan satuan bentuk bahasa
baik yang bebas maupn yang terikat.
Jenis- jenis Morfem
Dalam bahasa indonesia terdapat dua
jenis morfem, yakni :
1. Morfem bebas, satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang bermakna, dan terdiri
sendiri dalam pemakaiannya. Yang termasuk dalam jenis morfem bebas dalam bahasa
indonesia meliputi :
a.
Semua kata dasar yang termasuk kelas kata benda.
Contoh : buku, air, mata,
tali, kepali, kaki.
b.
Semua kata dasar yang termasuk kelas kata kerja.
Contoh : lihat, dengar,
kerja tulis, cium, tendang.
c.
Semua kata dasar yang termasuk kelas kata sifat
Contoh : indah, besar, baik,
luas, hitam, manis, cantik.
2. Morfem terikat, satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang bermakna dan selalu
terikat dengan bentuk bahasa yang lain dalam pemakaiannya.
Berkenaan
dengan morfem terikat ini dalam bahasa indonesia ada beberapa hal yang
kemukakan, yaitu:
Pertama : bentuk-bentuk seperti juang, heni,
gaul, dan baur, juga termasuk morfem terikat karena bentuk-bentuk tersebut,
maskipun bukan afiks, dapat muncul dalam tututran tampa terlebih dahulu
mengalami proses ma, dan, kalau, dan atau secara morfologis, seperti; afikasi,
reduplikasi, dan komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim di sebut sebagai
prakategorial.
Kedua : sehubungan dengan istilah
prakategorial di atas, menurut konsep verhar (1978) bentuk-bentuk seperti baca,
tulis, dan tendan termasuk juga bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk
tersebut baru merupakan ‘pangkal’ kata. Sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan
sesudah mengalami proses morfologi.
Ketiga : bntuk-bentuk seperti renta(yang
hanya muncul dalam tua renta), kerotang (yang hanya muncul dalam kering
kerotang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar-bugar) juga merupakan orfem terikat. Lalu karena hanya bisa muncul
dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut di sebut juga
morfem-morfem terikat unik. Di sini, barangkali perlu juga dalam pengembangan
istilah dewasa ini, beberapa morfem unik seperti bugar mulai di kembangkan,
sehinga ada istilah kebugarn jasmanin. Dengan demikian, sifat keunikanya
menjadi lenyap.
Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk
preposisidan konjungsi seperti: ke, dari, pada atau secara morfologis termasuk
morfem bebas, tetapi secara sintaksis merupakan morfem yang terikat.
Kelima, yang disebut dengan klitika merupakan
morfem yang agak sukar ditentukan statusnya: apakah terikat atau bebas. Klitika
adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis
tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada
bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpahmanya klitika –lah dalam bahasa
indonesia posisinya dalam kalimat Ayahlah
yang akan datang. Yang dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang
berposisi di muka kata yang di ikuti, sepertinku kau sedangkan enklitika adalah
klitika yang berposisi di belakang kata yang di lekati, seperti-lah,-nya dan –ku pada konstruksi dialah,
duduknya dan nasibku.
PROSES MORFOLOGIS
A.
Pengertian proses morfologis
Pada bagian terdahulu telah dibedakan
antara morfem dengan kata morfem Adalah satuan
bahasa yang paling kecil yang tidak dapat
dibagi atas unsur-unsur pembentuka-nya. Kata mempunyai pengertian
sebagai satuan bahasa bebas yang paling kecil. Pada tataran morfologi tingkatan
morfem yang sangat terikat kepada bentuk bahasa yang lain. Keberadaan morfem
yang lain. Keberadaan morfem selalu bergantung kepada proses morfologis yang
dialaminya. Berbeda dengan morfem. Pada morfologi kata menduduki tingkat yang
lebih tinggi daripada morfem bahkan merupakan tingkatan yang lebih tinggi
daripada morfem bahkan merupakan tingkatan yang paling tinggi jadi. Proses morfologis adalah proses pembentukan
dari kata dan bentuk dasar dengan alat pembentukan kata
Bentuk-bentuk ber-,baju,di-sengaja,ke-an,
dan adil merupakan bentuk yang tidak dapat dibagi lagi unsur-unsurnya dengan
demikian, bentuk-bentuk tersebut dapat dikategorikan sebgai morfem. Seperti
telah di ketahui, morfem itu ada yang bebas dan ada yang tirikat.
B.
Ciri-ciri Proses Morfologis
Jika
kita telaah kembali, ternyata morfem-morfem yang membentuk atau yang menjadi
unsur kata itu berada fungsinya. Ada yang berfungsi sebagai tempat penggabungannya dan ada yang
berfungsi sebagai pengabung. Untuk itu, kita perhatikan contoh di bawah ini :
Baju < berbaju
Cepat < tercepat
Tulis
< menulis
Bangun
< pembangunan
Anak < anak-anak
Sunyi
< sunyi senyap
Dari
contoh diatas, morfem baju, cepat tulis, bangun, anak dan sunyi berfungsi
sebagai tempat penggabungan, sedangkan morfem ber-, ter-, meN, paN,-an morfem
ulang, morfem ulang + an, senyap, dan benderang berfungsi sebgai penghubung.
Morfem yang berfungsi sebagai tempat penggabungan biasa di sebut tempat
dasar. Dalam bahasa indonesia, bentuk
dsar tidak selalu hrus berformem tunggal. Ada kalanya bentuk dasar suatu kata
itu bentuknya masih kompleks.
Selain
hal tersebut di atas, ciri lain bahwa suatu kata dikatakan mengalami proes
morfologi ialah penggabugan atau perpaduan morfem-morfem itu mengalami
perubahan makna. Perhatikan contoh berikut :
a. Cangkul < mencangkul
Gunting < menggunting
Sepeda < bersepeda
Mobl < mobil-mobilan
b. Sepeda < sepedah
Kemarin < kemaren
C.
Macam-macam morfologis
Proses
morfologi atau prosespembentukan kata dalam bahasa dapat di golongkan dalam
empat macam proses morfologis yaitu :
1. Afikasi adalah proses pembentukan kata
dengan menggabungkan imbuhan pada dasar menjadi kata yang berimbuhan ( kata
jadian )
Kata bentukan afikasi
Contoh : tatar +
MeN- menatar
Gigit
+ meN- menggigit
2. Pengulangan / reduplikasi adalah salah satu proses
pembentukan kata. Proses terjadi adalah pengulangan bentuk dasarnya.
Morfem bebas
reduplikasi kata
ulang
3. Komposisi/kemajemukan adalah proses
morfologi atau proses pembebtukan kata melalui pengabungan dua morfem yang
membentuk satu kesatuan. Hasil dari prose morfologi ini adalah kata majemuk.
Morfem
+ morfem komposisi kata majemuk
Morfem
Berdasarkan bagian arus di atas, bahwa
kata majemuk harus selalu terdiri atas dua unsur. Dua pembentukanya itu harus
merupakan satu kesatuan. Ciri-ciri
bentuk majemuk adalah sebgai berikut :
a. Hubungan unsur-unsur pembetukanya
rapat atau sudah menjadi satu senyawa.
b. Struktur unsur-unsur pembetukanya
tidak dapat di pertukarkan
c. Salah satu atas semua unsurya adalah
pokok kata.