Kelas Kata
Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang tersusun atas beberapa unsur. Kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih. Bahasa Indonesia mengenal pengelompokan kosa dalam bentuk kelas kata. Kelas kata (jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai harus mengenal jenis dan fungsi kelas kata. Adapun fungsi kelas kata:
•
melambangkan gagasan atau pikiran yang abstrak menjadi konkret
•
membentuk bermacam-macam struktur kalimat
•
memperjelas makna gagasan kalimat
•
membentuk satuan makna frase, klausa, atau kalimat
•
membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain
•
mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, antara lain: berita, perintah, penjelasan, argumentasi, pidato dan diskusi
•
mengungkapkan berbagai sikap, misalnya: setuju, menolak, dan menerima.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
1.
Kelas Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kelas kata ini ditandai oleh :
•
menduduki posisi subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat yang predikatnya verba,
•
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, serta
•
umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai oleh kata yang.
Nomina dapat dibagi menjadi nomina dasar dan nomina turunan. Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu morfem. Nomina turunan adalah nomina yang diturunkan melalui proses afiksasi, perulangan, atau pemajemukan.
Contoh :
Nomina dasar : radio, buku, rumah
Nomina turunan :
•
afiksasi : pembicara, pembaca
•
perulangan : orang-orangan, mobil-mobilan
•
pemajemukan : kamar mandi, rumah sakit
2.
Kelas Verba
Kelas verba atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Kelas verba ini ditandai dengan potensi berkombinasi dengan kata tidak, sudah, sedang, akan, baru, telah, belum, mau, dan hendak. Ada beberapa jenis kata kerja dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
•
Verba murni adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.
Contoh : pulang, pergi, makan
•
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Contoh : dimakan, melompat, berlari
•
verba denomial adalah kata kerja yang terbentuk dari kelas kata nominal.
Contoh : menandatangani, menjalani
•
verba deadjektival adalah kata kerja yang terbentuk dari kelas kata adjektiva.
Contoh : membersihkan
•
Verba denumeral adalah kata kerja ytang terbentuk dari kelas kata numeral.
Contoh : menyeluruh
•
Verba depronominal adalah kata kerja yang terbentuk dari kelas kata pronomina.
Contoh : mengakui
3.
Kelas Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat adalah kelas kata yang mengubah nomina atau pronomina, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Adjektiva dapat menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Adjektiva adalah kategori yang ditandai oleh
•
Kemungkinannya untuk bergabung dengan partikel tidak,
•
Mendampingi nomina di dampingi partikel seperti lebih, sangat, agak.
•
Mempunyai ciri-ciri morfologis seperti –er, –if, -i.
•
Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Ada beberapa jenis adjektiva, yaitu :
•
Adjektiva dasar adalah kata sifat yang berupa morfem dasar bebas. Contoh : adil, baik, buruk, langsung.
•
Adjektiva turunan adalah adjektiva yang telah mengalami afiksasi dan reduplikasi. Contoh : kesepian, terhormat, cantik-cantik, tua-tua.
•
Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut :
Deverbalisasi, contoh : menggembirakan
Denominalisasi, contoh : berguna, bermanfaat
De-adverbalisasi, contoh : berkurang
Denumeralia, contoh : menyeluruh, mendua
De-interjeksi, contoh : yahud, asoy
•
Adjektiva Majemuk
subordinatif :, buta warna, panjang akal
koordinatif : aman sentosa, lemah lembut
Ada dua macam katagori adjektiva :
•
adjektiva predikatif , adalah adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa. contoh : hangat, sulit.
•
adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina dalam frasa nominal. Contoh : nasional
•
adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : pekat, makmur.
•
adjektiva tak bertaraf, adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti : intern
Pemakaiaan Adjektiva
•
Tingkat positif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.
Contoh : Kota Surakarta luas
•
Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.
Contoh : Kota Surabaya lebih luas dari pada Kota Jakarta.
•
Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya.
Contoh : Kota Medan adalah kota yang paling luas di Indonesia
•
Tingkat eksesif, yaitu suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.
Contoh : Pertunjukan malam itu sangat ramai sekali.
4.
Kelas Numeralia
Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menunjukkan bilangan atau kuantitas. Kata bilangan ini ditandai dengan dapat bergabungnya dengan kata benda. Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis, mempunyai potensi untuk mendamingi numerelia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat. Ada beberapa jenis numeralia, yaitu :
•
Numerelia takrif, yaitu numerelia yang menyatakan jumlah yang tenru. Golongan ini terdiri atas :
Numerelia utama (koordinat)
Bilangan penuh, adalah numerelia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Contoh : satu, dua, puluh, ribu. Numerelia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu, harga uang, ukuran panjang, berat, dan isi.
Bilangan pecahan, yitu numerelia yang terdiri dari pembilang dan penyebut, yang diduduki partiker per-. Contoh : dua pertiga, lima perenam.
Bilangan gugus, contoh : lusin, gross, kodi.
Numerelia tingkat adalah numerilia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan berstruktur Ke + Num. Ke- merupakan prefiks dan Num menyatakan numerelia bilangan. Contoh : Catatan kedua sudah diperbaiki.
Numerelia kolektif adalah numerelia takrif yang berstruktur : Ke + Num, ber- + Num , ber- + Num. Contoh : Kedua kota itu tumbuh sangat pesat.
•
Numerelia tak takrif adalah numerelia yang menyatakan jumlah yang tak tentu. Misalnya : suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, sebagaian. Numerelia tidak pernah dibentuk dari kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam kata “mendua”, atau menjadi nomina seperti kesatuan, pertigaan, perempatan.
5.
Kelas Adverbia
Kelas adverbia atau kata keterangan adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numerelia, atau proposisi. Ada dua jenis adverbia, yaitu :
•
Adverbia intra klausal yang berkonstruksi dengan verba, ajektiva, numerelia, atau adverbia lain. Contoh : alangkah, agak, sangat
•
Adverbia ekstraklausal yang mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi dan mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan.Contoh : bukan, justru, memang.
6.
Kelas Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengganti orang atau benda. Dalam bahasa Indonesia ada tiga jenis pronomina, yaitu :
•
pronomina personal, contoh : aku, saya, kami
•
pronomina penunjuk, contoh : itu, adalah
•
pronomina penanya, contoh : bila, kapan
Kelas pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya itu disebut antiseden.
7.
Kata Tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain dalam frase atau kalimat. Ciri dari kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Kata tugas dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
•
preposisi (kata depan); kata yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya dari, dengan, di, ke
•
konjungsi (kata sambung); kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat (antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat), misalnya dan, atau, serta
•
interjeksi (kata seru); kata yang mengungkapkan seruan perasaan, misalnya ah, aduh
•
artikel (kata sandang); kata yang tidak memiliki arti tapi menjelaskan nomina, misalnya si, sang, kau
•
penegas, contoh : diakah, apalah, apatah, diapun
8.
Kata Penghubung
Kata ini digunakan untuk menghubungkan kata dengna klausa dengan klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh:
Untuk kata penghubung sederajat: dan, dengan, serta atau, sedangkan, selanjutnya, adalah dan lain-lain.
Untuk penghubung tak sederajat : sebab, jika, bila, sebagai, sehingga, sesudah dan lain-lain.
9.
Kata Tanya
Kata ini digunakn sebagai pembantu, didalam kalimat yang menyatakan pertanyaan. Contoh: apa, siapa, mengapa, kenapa, bagaimana, berapa , mana, kapan, bila, bilamana.
10.
Kata Seru
Kata yang digunakan untuk menggungkapkan perasaan bahwa, misalnya: Karena kaget, terharu, marah, kagum, sedih dan lain-lain. Contoh :
Kata seru berupa kata-kata singkat : wah, cih, hai, o, nah, na, dan hah.
Kata serupa berupa kata-kata biasa: aduh, celaka gila, kasihan, ya ampun.
Kata seru serapan: astaga, masya allah, alhamdulillah.
Frasa
Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.
Ciri-ciri frasa adalah :
•
Terbentuk atas dua kata atau lebih
•
Menduduki fungsi gramatikal dalam kalimat
•
Mengandung satu kesatuan makna gramatikal
•
Bersifat nonpredikatif
Jenis- jenis frasa :
1.
Berdasarkan jenis/kelas kata frasa terbagi menjadi :
•
Frasa nominal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata benda. Frasa nominal dapat berfungsi menggantikan kata benda. Contoh : buku tulis, lemari besi.
•
Frasa verbal, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata kerja. Frasa verbal dapat berfungsi menggantikan kedudukan kata kerja dalam kalimat. Contoh : akan datang, sedang mandi.
•
Frasa ajektiva, yaitu frasa yang unsur pembentukannya berinti kata sifat. Contoh : cukup pandai, hitam kelam, sangat baik.
•
Frasa preposisional, yaitu frasa yang unsur pembentukannya menggunakan kata depan. Contoh : dari rumah, oleh kami, kepada Anda.
2.
Berdasarkan fungsi unsur pembentuknya frasa terbagi menjadi :
•
Frasa endosentris, yaitu frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frasa endosentris dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
Frasa atributif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara. Contoh : hari libur.
Frasa koordinatif, yaitu frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara. Contoh : kakek-nenek
Frasa apositif, yaitu frasa yang salah satu unsurnya dapat menggantikan kedudukan unsur intinya. Contoh : Udin, anak Pak Camat, rajin sekali.
•
Frasa Eksosentrik, yaitu frasa yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Salah satu pembentuk frasa ini merupakan kata tugas. Frasa Eksosentrik ini dibagi menjadi dua, yaitu :
Frase eksosentrik direktif, komponen pertama berupa preposisi, seperti : di, ke,dan dari, sedangkan komponen kedua berupa kata. Contoh : di pasar
Frase eksosentrik nondirektif, komponen pertama berupa artikulus,seperti si dan sang, sedangkan komponen kedua berupa kata berkategori nomina, adjektiva, dan verba. Contoh : Sang Raja
3.
Frasa setara
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara. Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di teras rumah.
Frasa saya dan adik adalah frasa setara sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara ditandai oleh adanya kata “dan” atau “atau” di antara kedua unsurnya.
4.
Frasa bertingkat
Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut. Contoh : Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa “nanti malam” terdiri atas unsur atribut dan inti. Kata “nanti” merupakan atribut, sedangkatan “malam” merupakan inti.
5.
Frasa Idiomatik
Frasa idiomatik atau kata kiasan adalah kelompok kata yang memiliki makna idiom (ungkapan) dan memiliki arti konotatif. Contoh : bermental baja, membanting tulang.
6.
Frasa ambigu yaitu frasa yang menimbulkan makna ganda dalam pemakaian kalimat. Contoh : Perancang busana wanita. Frasa ini dapat menimbulkan pengertian ganda, yaitu perancang busana yang berjenis kelamin wanita atau perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.
Klausa
Klausa adalah satuan gramatika yang terdiri dari subjek, predikat, baik disertai objek dan keterangan, serta memiliki potensi untuk menjadi kalimat. Sebuah klausa wajib memiliki subjek dan predikat.
Macam-macam Klausa :
•
Berdasarkan strukturnya:
1.
Klausa Bebas, yaitu klausa yang memiliki unsure lengkap, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi kalimat mayor. Contoh : Udin berbicara, Yayan menulis
Kalimat mayor : Udin berbicara dan Yayan menulis
2.
Klausa Terikat, biasanya terletak dibelakang konjungsi subordinatif, sehingga disebut klausa subordinatif / klausa bawahan. Sedangkan klausa lain yang hadir bersama klausa bawahan disebut klausa utama atau klausa atasan. Klausa ini memiliki unsur yang tidak lengkap. Klausa ini tidak memiliki subyek sekaligus predikat, jadi klausa jenis ini selalu terikat dengan klausa yang lain dan tidak pernag menjadi kalimat mayor. Klausa terikat biasanya berdiri sebagai jawaban atas suatu pertanyaan atau berdiri di dalam anak kalimat. Contoh : Besok sore. (Jawaban untuk kalimat "Kapan kamu berangkat?")
•
Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatikal menegatifkan predikat :
3.
Klausa Positif, yaitu klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat. Contoh: Mereka diliputi oleh perasaan senang.
4.
Klausa Negatif, yaitu klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan predikat. Kata-kata negatif itu ialah tiada, tak, bukan, belum, dan jangan. Contoh: Yang dicari bukan dia.
•
Berdasarkan kategori unsur segmental :
1.
Klausa Verbal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori verba, baik verba transitif, intransitive, refleksif, atau resiprok.
a.
Klausa verba transitif adalah klausa yang predikatnya terdiri atas kata golongan kata kerja transitif. Contoh : Diyah sedang membaca laporannya.
b.
Klausa verba intransitif adalah klausa yang predikatnya terdiri atas kata golongan kata kerja intransitif. Contoh : Burung-burung beterbangan di atas permukaan air laut.
c.
Klausa verba refleksif adalah klausa yang predikatnya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja refleksif, yaitu kata kerja yang menyatakan perbuatan yang mengenai pelaku perbuatan itu sendiri. Pada umumnya kata kerja ini berbentuk kata kerja men- diikuti kata diri. Contoh : Rima sedang menyembunyikan diri.
d.
Klausa verba resiprok adalah klausa yang predikatnya terdiri atas kata verbal yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang menyatakan kesalingan . Bentuknya ialah (saling) men-, saling ber-an dengan proses pengulangan atau tidak dan saling men-. Contoh : Mereka berdua saling menyalahkan.
2.
Klausa nominal, predikatnya berupa nomina/frase nomina. Nomina secara gramatik memiliki perilaku sebagai berikut :
•
Pada tataran klausa dapat menduduki fungsi S, P, dan O.
•
Pada tataran frasa tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak, melainkan dengan kata bukan, dapat diikuti kata itu sebagai atributnya, dan dapat mengikuti kata depan di atau pada sebagai aksisnya.
Contoh : Dia Arsitek
3.
Klausa ajektifal, predikatnya berupa kata kata/frase ajektifa. Contoh : Udara di Kota Surakarta panas sekali.
4.
Klausa adverbial, predikatnya berupa adverbial. Contoh : Susahnya teramat sangat.
5.
Klausa preposisional, predikatnya berupa frase berkategori preposisi. Contoh : Kredit itu untuk para MBR.
6.
Klausa numeral, predikatnya berupa kata/frase numeralia. Contoh : Anggotanya ada sepuluh orang.
Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, dan disertai dengan intonasi final. Berikut unsur-unsur yang ada dalam kalimat :
1.
Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Subyek disebut juga pokok kalimat serta merupakan unsur inti dari kalimat. Ciri-cirinya adalah :
•
Jawaban atas pertanyaan apa atau siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
•
Disertai kata itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
•
Didahului kata bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
•
Mempunyai keterangan pewatas yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
•
Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
•
Berupa nomina atau frasa nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2.
Predikat
Predikat merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
•
Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
•
Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
•
Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
•
Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
•
Unsur pengisi predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1.
Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
2.
Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
3.
Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek adalah sebagai berikut :
•
Langsung di belakang predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
•
Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
•
Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
•
Didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4.
Pelengkap
Pelengkap memiliki fungsi yang sama dengan objek, namun perbedaanya adalah pelengkap tidak bisa dijadikan subjek pada kalimat pasif. Berikut ciri-ciri pelengkap:
•
Di belakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a)
Diah mengirimi saya buku baru.
b)
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
•
Tidak didahului preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5.
Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
•
Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
•
Tidak terikat posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
•
Jenis keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1.
Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4.
Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5.
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6.
Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
•
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
•
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
8.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
•
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.