Inilah Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli
1. Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
2. Koentjaraningrat
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.
3. Lauer
Akulturasi dapat digambarkan sebagai pola penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan antara dua kebudayaan, penyatuan disini tidak berarti bahwa kesamaannya lebih banyak dari pada perbedaannya, namun berarti kedua kebudayaan yang saling berinteraksi menjadi semakin serupa dibanding sebelum terjadinya kontak antar keduanya.
4. Sumandiyo Hadi (2006:35)
Akulturasi dan inkulturasi merupakan dua hal yang berkaitan satu sama lain. Akulturasi sebagai perubahan budaya ditandai dengan adanya hubungan antara dua kebudayaan, keduanya saling memberi dan menerima atau shoter. Sumandiyo Hadi juga mengatakan bahwa akulturasi adalah the encounter between two cultures (pertemuan antara dua kebudayaan).
5. Bee dalam Hadi (2006; 35)
Akulturasi yakni (Pertama, akulturasi menunjuk kepada suatu jenis perubahan budaya yang terjadi apabila dua sistem budaya bertemu. Kedua, akulturasi menunjuk kepada suatu proses perubahan yang dibedakan dari proses difusi, inovasi, invensi maupun penemuan. Ketiga, akulturasi dipahami sebagai suatu konsep yang dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjuk suatu kondisi, misalnya kondisi kelompok budaya yang satu lebih terakulturasi dari budaya lain).
6. Kroeber (1948:425) menyatakan bahwa akulturasi terdiri dari berbagai perubahan-perubahan dalam kebudayaan, dimana perubahan terjadi akibat bertemunya dua kebudayaan yang menyebabkan meningkatnya persamaan antara dua budaya
7. akulturasi adalah modifikasi adaptif dari berbagai elemen (Murdock et.al, 1965:12)
CONTOH AKULTURASI:
1. Tradisi Nejot di Pegayaman
Seperti halnya umat Hindu, muslim di Pegayaman memang punya tradisi berbagi dengan tetangga atau keluarga saat hari raya. Ini disebut juga dengan Tradisi Ngejot, dilakukan saat Ramadhan selain juga pada hari raya lainnya. Dalam tradisi Hindu Bali, Ngejot dilakukan saat mereka melaksanakan upacara atau hari raya terutama saat Galungan dan Kuningan.
Ngejot saat Ramadhan adalah salah satu bentuk akulturasi antara tradisi Bali dan Islam di Desa Pegayaman. Makanan yang diberikan saat Ngejot tak jauh beda dengan umat Hindu Bali. Antara lain jaja uli, buah, rengginang, dodol, dan semacamnya.
Ngejot, sebenarnya, tak selalu tradisi umat Islam di Pegayaman. Sebagian muslim di daerah lain di Bali, seperti Denpasar pun melakukan hal sama. Biasanya Ngejot di daerah yang lebih plural ini malah diberikan pada umat lain termasuk Hindu. Namun, Desa Pegayaman tak hanya memiliki tradisi Ngejot. Masih banyak tradisi lain yang menunjukkan akulturasi antara Bali dan Islam. Di desa ini keduanya saling mengisi tanpa harus menimbulkan ketegangan.
2. Pemberian nama adalah contoh akulturasi lainnya. Misalnya pada suku Batak, ada satu nama yang jelas kelompok temui sebagai bentuk akulturasi yakni Lanang Sutrisno Sirait. Dua kata depan menunjukkan ciri khas nama orang Jawa, namun marga “Sirait” telah menunjukkan bahwa itu adalah nama seorang Batak.
Di Desa Pegayaman pun juga, Sebagai orang Bali, warga Desa Pegayaman pun menggunakan nama depan Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut. Namun nama belakang mereka biasanya Bahasa Arab. Misalnya Ketut Asghor Ali, Nengah Maghfiroh, Nengah Azmi, dan seterusnya.
3. Sinkritisme
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan dinamisme). Ketika Masuknya agama Hindu-Budha mendorong masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 hari.
4. Di Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, kabupaten Deli Serdang, di kenal dengan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa. Disana ada seorang chinese yang dapat berbahasa Jawa. Pembaruannya dengan lingkungan ternyata tidak membuatnya meninggalkan kebudayaannya. Ketika ia berbicara dengan sesama chinese, ia menggunakan bahasa cina kembali.
5. Mesjid Raya Al Ma’sum di Kota Medan.
Arsitektur dan ragam hias yang terdapat pada bentuk Mesjid pada umumnya berasal dari arsitektur Islam khususnya Mesir, Spanyol (Andalusia) dan Maghribi, India (periode Mughal Architectur), serta Arab (Timur Tengah), dan terdapat ornamen – ornamen Melayu. Komponen – komponen yang pada umumnya berasal dari arsitektur Islam yaitu arsitektur yang berkembang pada masa puncak kejayaan kerajaan – kerajaan Islam, hal ini menandakan bahwa adanya keinginan untuk menjadikan mesjid sebagai mesjid kerajaan Islam yang indah dan megah, serta memperlihatkan kemakmuran kesultanan Deli sebagai salah satu kerajaan Islam yang besar di kawasan tersebut.