Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang menitik beratkan pada ide atau gagasan. Atau sering juga disebut sebagai aliran yang menganggap sesuatu yang nyata atau riil itu adalah yang ada dalam akal pikiran manusia. Jadi bisa dikatakan bahwa, jalan pemikiran aliran idealisme itu berlawanan dengan pemikiran aliran realisme. Aliran filsafat realisme menganggap sesuatu yang nyata itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dll. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
Paradigma (cara pandang) yang digunakan oleh aliran idealisme adalah melihat bahwa sesuatu yang nyata itu adalah apa yang ada di dalam pikiran manusia. Dalam hal ini, tidak terlepas dari apa yang dimaksud dengan metafisika. Paradigma ini sangat berlawanan arah dengan paradigma yang ada pada filsafat realisme. Perbedaan tersebut lalu tidak lantas menjadikan kedua aliran ini saling berselisih. Dengan adanya perbedaan paradigma tersebut, menjadikan keduanya saling melengkapi, sehingga diharapkan akan mampu berperan penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia.
Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman.
Maksudnya adalah dalam idealisme, ide merupakan sesuatu yang penting. Dan ide tertinggi dalam idealisme adalah kebaikan. Karena hakikat kebenaran merupakan salah satu yang dipelajari dalam cabang filsafat, yaitu ontologi. Ide juga merupakan hal yang berkaitan erat dengan pengalaman. Semakin banyak pengalaman seseorang, maka akan semakin luas juga ide dalam memecahkan suatu masalah.
Implikasi idealisme dalam pendidikan khususnya jika ditinjau dari tujuan, kurikulum, metode dan evaluasi
Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari tujuan pendidikan formal dan informal adalah sebagai pembentuk karakter atau kepribadian peserta didik dan ditujukan kepada pengembangan bakat dan kebijakan sosial.
Tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan bertujuan untuk individual agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Tujuan pendidikan bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia, karena manusia adalah makhluk sosial dan manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Sedangkan tujuan secara sintesis (gabungan antara tujuan individual dengan kehidupan sosial, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan (Hablum minallah).
Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari kurikulum adalah:
a. Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal(artes liberalis). Maksudnya adalah memberikan kebebasan berpikir kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Dalam hal ini kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Dan akan menciptakan pembelajaran active learning (pembelajaran aktif).
b. Penyiapan keterampilan bekerja, melalui pendidikan praktis. Maksudnya adalah selain memberikan materi pelajaran yang berupa pengetahuan yang sesuaikan dengan kompetensi, dalam kurikulum juga ada materi yang berkaitan dengan kejuruan atau keahlian (vocation). Biasanya hanya ada dalam kurikulum untuk sekolah kejuruan, seperti SMK atau STM.
Selain itu, kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual. Dan siswa lebih bisa mengeksplor kemampuan mereka.
Selanjutnya implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari metode. Metode pendidikan yang disusun adalah metode dialektik meskipun demikian, setiap metode efektif dapat mendorong semangat belajar siswa. Maksudnya adalah metode dialektik ini syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Apabila didukung dengan adanya metode dan stategi yang lain dalam pembelajaran, maka akan lebih efektif dan efisien dalam mengoptimalkan metode dialektik tersebut. Sehingga akan terciptanya pembelajaran aktif.
Kemudian implikasi idealisme dalam bidang evaluasi tidak hanya berdasarkan kepada nilai akhir peserta didik, tapi juga menurut keseharian peserta didik. Evaluasi tidak hanya ditinjau dari satu aspek tapi juga semua aspek yaitu dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal itu karena dalam idealisme guru bersifat demokratis, sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif karena guru adil dalam melakukan evaluasi