• Home
  • About
  • Contact Us
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Blog Definisi | Pengertian
  • Home
  • Definisi
  • Pengertian
  • Pemasara
  • Produk
  • Karya Tulis
  • Seni
  • Sistem
  • SEKRETARIS
Home → Jenis - Jenis → Pengertian → Pengertian Paradigma, Paradigma Penelitian Dan Jenis – Jenis Paradigma Penelitian

Pengertian Paradigma, Paradigma Penelitian Dan Jenis – Jenis Paradigma Penelitian

Jenis - Jenis, Pengertian
Sunday, May 7, 2017
Pengertian ParadigmaDalam buku yang berjudul “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi” (Asmani Alsa, 2003) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti.Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962), dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing yang spesifik. Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh George Ritzer (1980), dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang/disiplin ilmu pengetahuan.Moleong (2005:49) mendeskripsikan definisi paradigma dengan mengutip pendapat para pakar. Menurut Bogdan dan Biklen (1982), paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian. Harmon ( 1970), mendefinisikan paradigma sebagai cara mendasar untuk mempersepsi, berfikir, menilai, dan melakukan yang terkait dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.
Pengertian Paradigma
Paradigma PenelitianBerdasar ilmu asal usul kata (etimologi), paradigma berasal dari kata berbahasa latin yang sama yaitu paradigm. Kata ini diungkapkan kembali oleh Thomas S Khun yang termaktub dalam buku The Structure of Scientific Revolution (1970) yang mengandung makna pola, model atau contoh. Selanjutnya, Thomas Khun merujuk bahwa yang dimaksud dengan paradigma adalah pandangan hidup yang dimiliki oleh kelompok ilmuwan yang mengacu kepada disiplin tertentu. (science world view atau weltanschauung). Hal penting yang menjadi inti permaslaahan terkait dengan paradigma menurut Thomas Khun adalah revolusi ilmiah dalam dunia ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terjadi secara evolutif dan tidak pula terjadi secara kumulatif, tetapi ia berkembang secara revolusi yaitu paradigmatik itu sendiri. Paradigma ilmiah sebagai contoh yang diterima tentang praktek ilmiah sebenarnya, Penelitian yang pelaksaannya didasarkan pada paradigm bersama berkomitmen untuk mengunakan aturan dan standar praktek ilmiah yang sama pula. ( Lexy Moleong, 2006:49).
Jenis – Jenis Paradigma Penelitian·         Konstruktivisme
Guba (1990:25) menyatakan: ahli-ahli filsafat ilmu pengetahuan percaya bahwa fakta hanya berada dalam kerangka kerja teori (Hesse, 1980). Basis untuk menemukan “Sesuatu benar-benar ada” dan “benar-benar bekerja” adalah tidak ada. Realitas hanya ada dalam konteks suatu kerangka kerja mental (konstruk) untuk berpikir tentang realitas tersebut. Ini berarti realitas itu ada sebagai hasil konstruksi dari kemampuan berpikir seseorang. Selanjutnya Guba (1990:25) menyatakan kaum Konstruktivis setuju dengan pandangan bahwa penelitian itu tidak bebas nilai. Jika “realitas” hanya dapat dilihat melalui jendela teori, itu hanya dapat dilihat sama melalui jendela nilai. Banyak pengonstruksian dimungkinkan. Ini berarti menurut Guba penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas nilai. Realitas hanya dapat diteliti dengan pandangan (jendela/kacamata) yang berdasarkan nilai. Beberapa hal lagi dijelaskan tentang konstruktivisme oleh Guba tetapi penjelasan Guba yang terakhir tetapi penting adalah sebagai berikut. Penjelasan Guba yang terakhir “pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi manusia, tidak pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap tetapi merupakan permasalahan dan selalu berubah.” Penjelasan Guba yang terakhir tersebut mengandung arti bahwa aktivitas manusia itu merupakan aktivitas mengonstruksi realitas, dan hasilnya tidak merupakan kebenaran yang tetap tetapi selalu berkembang terus.(Guba, 1990:26).Dari beberapa penjelasan Guba yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa realitas itu merupakan hasil konstruksi manusia. Realitas itu selalu terkait dengan nilai jadi tidak mungkin bebas nilai dan pengetahuan hasil konstruksi manusia itu tidak bersifat tetap tetapi berkembang terus.Konstruktivisme ini secara embrional bertitik tolak dari pandangan Rene Descartes (1596-1690) dengan ungkapannya yang terkenal: “Cogito Ergo Sum,” yang artinya “Aku berpikir maka aku ada.” Ungkapan Cogito Ergo Sum adalah sesuatu yang pasti, karena berpikir bukan merupakan khayalan. Menurut Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemikiran rasio. Pengamatan merupakan hasil/kerja dari indera (mata, telinga, hidung, peraba, pengecap/lidah), oleh karena itu hasilnya kabur. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran yang pasti menurut Descartes dimulai dengan meragukan kemudian menimbulkan kesadaran, dan kesadaran ini berada di samping materi. Sedangkan prinsip ilmu pengetahuan di satu pihak berfikir, ini ada pada kesadaran, dan di pihak lain berpijak pada materi. Hal ini dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808). Menurut Kant ilmu pengetahuan itu bukan semata-mata merupakan pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi oleh rasio.Selanjutnya menurut Guba (1990:27) sistem keyakinan dasar pada peneliti Konstruktivisme dapat diringkas sebagai berikut:Asumsi ontologi: “Realitivis – realitas-realitas ada dalam bentuk konstruksi mental yang bersifat ganda, didasarkan secara sosial dan pengalaman, lokal dan khusus bentuk dan isinya, tergantung pada mereka yang mengemukakannya.”
Asumsi epistimologi: “Subjektif – peneliti dan yang diteliti disatukan ke dalam pengetahuan yang utuh dan bersifat tunggal (monistic). Temuan-temuan secara harafiah merupakan kreasi dari proses interaksi antara peneliti dan yang diteliti.”
Asumsi metodologi: “Hermeneutik – dialektik – konstruksi-konstruksi individual dinyatakan  dan diperhalus secara hermeneutik dengan tujuan menghasilkan satu atau beberapa konstruksi yang secara substansial disepakati”
·         PostpositivismeGuba (1990:20) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: “ciri utama sebagai suatu modifikasi dari Positivisme. Melihat banyaknya kekurangan pada Positivisme menyebabkan para pendukung Postpositivisme berupaya memperkecil kelemahan tersebut dan menyesuaikannya. Prediksi dan kontrol tetap menjadi tujuan dari Postpositivisme tersebut.”Salim (2001:40) menjelaskan Postpositivisme sebagai berikut: Paradigma ini merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan Positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism yang memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu hal, yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). Oleh karena itu secara metodologi pendekatan eksperimental melalui metode triangulation yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti dan teori.Selanjutnya dijelaskan secara epistomologis hubungan antara pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa dipisahkan, tidak seperti yang diusulkan aliran Positivisme. Aliran ini menyatakan suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut terlibat dengan objek secara langsung. Oleh karena itu, hubungan antara pengamat dengan objek harus bersifat interaktif, dengan catatan bahwa pengamat harus bersifat senetral mungkin, sehingga tingkat subjektivitas dapat dikurangi secara minimal (Salim, 2001:40).Dari pandangan Guba maupun Salim yang juga mengacu pandangan Guba, Denzin dan Lincoln dapat disimpulkan bahwa Postpositivisme adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Satu sisi Postpositivisme sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata ada sesuai hukum alam. Tetapi pada sisi lain Postpositivisme berpendapat manusia tidak mungkin mendapatkan kebenaran dari realitas apabila peneliti membuat jarak dengan realitas atau tidak terlibat secara langsung dengan realitas. Hubungan antara peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif, untuk itu perlu menggunakan prinsip trianggulasi yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, data, dan lain-lain.Selanjutnya menurut Guba (1990:23) sistem keyakinan dasar pada peneliti Postpositisme adalah sebagai berikut:Asumsi ontologi: “Realis kritis – artinya realitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat dipahami sepenuhnya. Realitas diatur oleh hukum-hukum alam yang tidak dipahami secara sempurna.”
Asumsi epistomologi: “Objektivis modifikasi - artinya objektivitas tetap merupakan pengaturan (regulator) yang ideal, namun objektivitas hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus pada penjaga eksternal, seperti tradisi dan komunitas yang kritis.”
Asumsi metodologi: “Eksperimental/manipulatif yang dimodifikasi, maksudnya menekankan sifat ganda yang kritis. Memperbaiki ketidakseimbangan dengan melakukan penelitian dalam latar yang alamiah, yang lebih banyak menggunakan metode-metode kualitatif, lebih tergantung pada teori-grounded (grounded-theory) dan memperlihatkan upaya (reintroducing) penemuan dalam proses penelitian.”
·         Positivistik
Menurut Djam’an dan Aan dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif bahwa “Paradigma filsafat positivistic berbicara tentang yang ada, yang terlihat, terasa dan teraba.  Gejala adalah suatu ralitas tunggal, statis dan konkrit oleh karena itu, dapat diukur secara pasti (Satori, 2011: 12).Aliran positivistik memandang realitas sebagai suatu yang bersifat kongkrit dapat diamati dengan panca indera. Peneliti dapat melihat kebenran suatu konsep karena terjelaskan dalam suatu fenomena (Sotari, 2011: 13).Paradigma positivistik ini memiliki asumsi dasar bahwa realitas yang terjadi di lapangan itu tunggal hanya yang terlihat dan terpolarisasi. Maksudnya adalah ketika suatu penelitian di lapangan dengan cara observasi misalnya, yang dilakukan dengan paradigma positivistik peneliti tersebutmengamati realitas sosial yang bersifat tunggal dan yang terlihat saja seobjektif mungkin tanpa melihat realitas atau gejala sosial lain yang saat itu terjadi dan bersinggungan dengan masalah apa yang ia teliti. Jadi, prinsip dasarnya adalah tidak mementingkan realitas sosial lain yang ada dan hanya terpaku kepada sesuatu yang tunggal. Maka dari itu paradigm ini cenderung mempolarisasikan realitas sosial yang ada dan menghiraukannya karena tidak sesuai dengan alat ukur yang digunakan.Asumsi Ontologi: Menurut Juliansyah Noor sebagaimana dalam bukunya “dalam pandangan positivisme dari sudut ontologi meyakini bahwa realitas merupakan sesuatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk dipelajari/dipahami secara bebas, objek yang diteliti dapat dielemenasikan dari objek lainnya (Noor, 2011: 44).
Berdasarkan pandangan ontologi dari paradigm positivistik ini menerangkan bahwa prinsip paradigm positivistik merupakan realism yang naïf – realitas yang nyata ada terjadi dilapangan dan wajib untuk dapat dipahami peneliti, namun realitas tersebut dapat dipilah sesuai dengan kebutuhan objek penelitian sang peneliti, agar hasil penelitian lebih terarah sesuai dengan hipotesis peneliti.Asumsi Epistemologi: Dari sudut epistemologi, postivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subjek peneliti dan objek yang ditelitinya. Pemilihan in dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang objektif (Noor, 2011: 44)
Dalam pandangan epistemologi ini paradigm positivistik berprinsip bahwa temuan data yang diperoleh dari subjek dan objek beragam, maka dapat dipilih mana yang sesuai dengan keinginan dan harapan dari peneliti, sehingga dapat ditemukan jawaban yang terwujud dari pemikiran awal peneliti.Asumsi Metodologi: Dalam tataran metodologis, perbedaan landasan filosofis terrefleksikan dalam perbedaan metode penelitian, di mana positivisme dimanifestasikan dalam metode penelitian kuantitatif (Noor, 2011: 45)
Hal tersebut terjdai karena sesuai dengan prinsip-prinsip dasar paradigma positivistik yang mengedepankan verifikasi hipotesis yang berdifat eksperimental atau manipulatif dan terukur.  Dimana peneliti dilatih menyangkut pengetahuan teknis tentang pengukuran, desain, dan berbagai metode kuantitatif dengan penekanan atas teori-teori formal tentang fenomena alam. Jadi pencarian fakta yang terjadi di lapangan dibatasi oleh teori-teori yang digunakan agar objektifitas dapat diperoleh secara benar.Asumsi Aksiologi: Penggunaan paradigma tersebut biasa dilakukan pada sebuah  gejala sosial dimasyarakat, untuk mengetahui apa yang sedan terjadi dengan cara menguji hipotesis-hipotesis yang telah dibuat. mengetahui daya tarik masyarakat terhadap citra perusahaan tertentu adalah salah satu contohnya.
·         Kritis
Menggunakan prinsi-prinsip dasar ilmu sosial interpretatif yakni bahwa ilmuwan kritis menganggap perlu untuk memahami pengalaman orang dalam konteks. Secara khusus pendekatan kritis bertujuan untuk menginterpretasikan dan karenanya memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas. Kedua, pendekatan ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usaha mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Ketiga, pendekatan kritis berupaya menggabungkan teori dan tindakan. Teori-teori tersebut jelas normatif dan bertindak untuk mencapai perubahan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi hidup kita (Bungin,2008: 259-260).Asumsi Ontologi: Realisme historis-realitas maya yang dibentuk oleh nilai sosial, politik, ekonomi, etnik dan gender; mengkristal seiring perjalanan waktu (Denzin & Lincoln dalam Noor, 2011: 45).
Dalam sudut pandang ontologi terhadap paradigma kritis menilai bahwa realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat berdasarkan atas nilai historis yang dilandaskan atas norma-norma (nilai-nilai) sosial yang berlakua dalam aspek kehidupan sosial masyarakat, kebijakan politik suatu negara, ekonomi, etnik dan juga gender yang ada didalamnya. Seluruh aspek dijadikan bahan pemahamanan peneliti atas apa yang ia teliti.Asumsi Epistemologi: Transaksional/subjektivitas; temuan yang diperantarai oleh nilai (Denzin & Lincoln dalam Noor, 2011: 45).
Proses penelitian yang mendasarinya  adalh nilai-nilai sosial suatu msayarakat yang berlaku. Tidak itu saja, nilai ekonomi, politik, etnis dan agama pun sering kali dipergunakan dalam menjadikan bahan dasar analisi dari paradigma kritis.Asumsi Metodologi: Dialog/dialektik (Denzin & Lincoln dalam Noor, 2011: 45).Peneliti biasanya seringkali menganalisis wacana yang sedang berkembang dimasyarakat ataupun yang sudah lama terjadi dan masih belum ada titik jelas penemuan masalah apa yang sedang terjadi. Proses pemecahan masalah tidak bisa ditemukan sampai kapanpun karena bersifat dialektik.
Asumsi Aksiologi: Penelitian berupa gejala parah pada norma dan perilaku masyarakat. Biasanya berupa masalah yang dihadapi masyarakat atas apa yang sedang terjadi yang ditimbulkan dari kebijakan-kebijakan-kebijakan politik (political policy).

Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Popular Posts

  • Tahap-Tahap Proses Penjualan
    Proses Penjualan Salah satu aspek yang ada dalam penjualan adalah penjualan dengan bertemu muka (face-to-face selling) di mana seorang pe...
  • PENGERTIAN POLITIK DAN POLITIK DALAM ISLAM
    Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani politicos, artinya (sesuatu yang) berhubungan dengan warga negara ...
  • PENDEKATAN ADMINISTRASI NEGARA : PENDEKATAN SISTEM ( The System Approach )
    PENDEKATAN SISTIM ( The System Approach ) Dalam system approach, Administrasi Negara dilihat dari suatu totalitas yang berhubungan satu s...
  • Pengertian Renang, Sejarah Renang, Macam-Macam Gaya Renang Dan Manfaat Berenang
    Pengertian Renang Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah g...
  • PENGERTIAN DESAIN GRAFIS
    PENGERTIAN DESAIN adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. ...
  • Pengertian, Bagian Bagian GENERATOR (MAKALAH MESIN GENERATOR AC)
    Pengertian Generator Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnet...

Labels

  • A (23)
  • Administrasi (13)
  • B (25)
  • Belajar (33)
  • C (5)
  • D (5)
  • Definisi (80)
  • Drama (4)
  • Faktor faktor (5)
  • Filsafat (7)
  • Fungsi (18)
  • Geografi (7)
  • Gerhana (3)
  • Ilmu Komunikasi (6)
  • Jenis - Jenis (10)
  • Karakter (6)
  • Karya Tulis (29)
  • Komunikasi (8)
  • Makalah (5)
  • Manajemen (18)
  • Metode Pembelajaran (12)
  • P (5)
  • PENDIDIKAN INKLUSIF (5)
  • PTK (4)
  • Pemasaran (14)
  • Pembelajaran (6)
  • Pendidikan (26)
  • Penelitian (5)
  • Pengertian (294)
  • Pengertian Komunikasi (5)
  • Pengertian Menurut Para Ahli (58)
  • Pengertian Secara Umum (14)
  • Penjualan (8)
  • Pentingnya Pengawasan (1)
  • Peradapan (5)
  • Prinsip (6)
  • Produk (14)
  • S (21)
  • SEKRETARIS (8)
  • Sejarah (25)
  • Seni (19)
  • Seni Rupa (10)
  • Sistem (18)
  • Tujuan (12)

Popular Posts

  • Pengertian Renang, Sejarah Renang, Macam-Macam Gaya Renang Dan Manfaat Berenang
  • Pengertian, Bagian Bagian GENERATOR (MAKALAH MESIN GENERATOR AC)
  • Pengertian Produk Menurut Para Ahli
  • Contoh Sistematika Penulisan Karya Ilmiah
  • Pengertian Dan Definisi aplikasi Menurut Para Ahli
close
close

Contoh Contoh Proposal

  • CONTOH-CONTOH PROPOSAL
    CONTOH MAKALAH: KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA
  • Ragam Cara Beternak
    Beternak Kakak Tua || CONTOH MAKALAH TENTANG KAKAK TUA
  • Daftar Tanaman Obat
    Manfaat Buah Delima Untuk Kesehatan Dan Kecantikan
Copyright © 2015 Blog Definisi | Pengertian. All rights reserved. My Notes Template. Simple Default Template edited by RT Media ™. Powered by Login