REVOLUSI INDUSTRI DI INGGRIS (1760-1860)
A Khudori Soleh
Sains atau pengetahuan, menurut Ziauddin Sardar, adalah sebuah fenomena kultural. Statemen ini didasarkan atas pemikiran bahwa setiap kultur --disadari atau tidak, jelas atau kabur-- mempunyai pandangan sendiri mengenai dunia, masyarakat dan pengetahuan. Ia juga menghadapi problema-problema dasar manusia dan menunjukkan rasionalitasnya hingga tingkat tertentu, sehingga sebuah kultur mempunyai semacam pengetahuan atau sains. Diantara kultur yang ada, saat ini, kultur Barat adalah yang paling unggul dan memiliki “ilmu-ilmu pengetahuan” yang paling rasional.
Meski demikian, apa yang telah dicapai oleh kultur Barat tersebut bukan sesuatu yang tanpa perjuangan. Kemajuan Barat sekarang adalah hasil perjalanan panjang yang akarnya telah dimulai sejak zaman renaisance, pergolakan politik, sosial dan ekonomi pada abad pertengahan. Tidak hanya itu, bahkan ia juga sangat dipengaruhi oleh adanya revolusi industri di Inggris.
Dilihat dari pengaruh yang ditimbulkannya, revolusi industri merupakan salah satu momentum sejarah yang sangat spektakuler dalam sejarah peradaban Barat, karena dari revolusi industri ini kemudian terjadi perubahan besar dalam sistem perekonomian Barat dan berpengaruh terhadap sistem perdagangan dunia di fase berikutnya. Gejala timbulnya revolusi industri sendiri tidak hanya di sebabkan oleh satu sebab, tetapi oleh berbagai faktor; politik, ekonomi, psikologi kebangsaan, struktur masyarakat, pengetahuan, dan lain-lain. Tegasnya, proses industrialisasi di Inggris juga dipengaruhi oleh serentetan peristiwa sebelumnya (Renaissance, Aufklarung) dan perkembangan faham (Nasionalisme, Kapitalisme, Rationalisme) yang terjadi di Eropa pada saat itu. Makalah ini membahas revolusi Industri di Inggris, tapi dengan hanya menfokuskan rentang waktu antara tahun 1760-1870 M.
A. Latar Belakang
Revolusi yang terjadi di Eropa bukan sekedar serangkaian pergolakan politik dan sosial yang telah menimpa Prancis serta wilayah negara tetangga selama dasawarsa terakhir abad-18, tetapi lebih merupakan usaha akbar penduduk dunia Barat untuk mempercepat proses pembebasan manusia agar ia dapat lebih menikmati kebahagian duniawi.
Dimulai dari serangkaian penemuan wilayah baru atau tanah jajahan di Afrika, Asia, dan Amerika oleh pelaut-pelaut Eropa pada abad 15 dan 16, berkembanglah perdagangan lewat laut yang kemudian mengakibatkan terbentuknya kaum borjuis yang kaya dan sangat berpengaruh di Inggris, Nederland, Prancis, beberapa daerah di Jerman dan Italia. Kemunculan golongan menegah ini, yang menguasai sektor ekonomi dan melahirkan kapitalisme, akhirnya berhadapan dan melahirkan ketegangan dengan tuan tanah yang telah mendominasi sebelumnya.
Kekacaubalauan yang ditimbulkan dari ketegangan dua golongan diatas pada gilirannya menjadi pokok renungan kaum intelektual saat itu untuk membebaskan diri dari konsep lama, pola pemikiran dalam bentuk kuno, yang disebut revolusi intelektual. Revolusi ini ditandai dengan penyebaran Pencerahan, keberhasilan para filusuf dan karya-karya mereka. Mereka berupaya memperluas kemampuannya dalam menguasai alam dan memperbanyak pengetahuannya. Yang terpenting, dalam kaitannya dengan ekonomi, mereka bertekad mengurangi dan mengganti kerja kasar atau tenaga manusia dengan mesin. Kecenderungan ini terjadi menjelang tahun 1750, di Prancis, Jerman, Nederland dan terutama di Inggris.
Dengan adanya bahan mentah yang melimpah dari tanah jajahan ditambah kecenderungan untuk efisiensi kerja untuk menghasilkan yang sebesar-besarnya, maka perdagangan yang ada saat telah menghapus ekonomi semi-statis abad-abad pertengahan menjadi kapitalisme yang dinamis yang dikuasai oleh pedagang, bankir, dan pemilik kapal. Inilah awal dari perubahan yang cepat dan keras dalam dunia ekonomi yang kemudian memunculkan Revolusi Industri, yang bukan hanya bergerak dalam perdagangan, tetapi meluas juga pada dunia produksi.
Secara garis besar, revolusi industri mencakup beberapa hal; (1) mekanisasi industri dan pertanian; (2) Penggunaan energi untuk industri; (3) Perkembangan sistem pabrik; (4) Kecepatan yang luar biasa dari angkutan dan komunikasi; dan (5) Penambahan yang besar dari kontrol kapitalistik terhadap hampir semua cabang-cabang kegiatan ekonomi.
B. Kemunculan Revolusi Industri.
Kapan sebenarnya revolusi industri di Inggris muncul? Tidak mudah untuk dijawab, karena persoalan ini sendiri masih dalam perdebatan para ahli. Ada yang berpendapat bahwa revolusi industri dimulai sejak Abad Pencerahan, bahkan ada juga yang berpendapat sejak masa Yunani. Akan tetapi secara umum dikatakan bahwa revolusi industri berawal dari negara Inggris sekitar tahun 1760. Inggris mendahului negara-negara lainnya dalam hal pembangunan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin-mesin berat. Diantara cabang-cabang industri yang dikembangkan saat itu, yang menjadi perintisnya, adalah sektor pemintalan, penenunan dan industri besi.
Namun demikian, jika diruntut kebelakang, revolusi industri tersebut bukan permulaan dari rangkaian revolusi-revolusi yang lain. Sebaliknya, ia adalah “penutup” atau puncak dari revolusi-revolusi yang terjadi sebelumnya di Eropa. Dimulai dari revolusi kolonial pertama di Amerika Serikat (1774), kemudian bangkitnya kelas menengah di Perancis, 1789, muncullah revolusi industri di Inggris. Revolusi Industri di Inggris yang dimulai sejak permulaan tahun 1760 ini kemudian mendapat momentum yang besar pada abad ke-19.
Dalam perkembangan selanjutnya, revolusi industri ini kemudian merambah dan berpengaruh pada persoalan ekonomi dan sosial. Yakni merubah susunan masyarakat yang terutama berdasarkan hubungan-hubungan individual dan milik pribadi (betapa kecilpun) menjadi masyarakat yang mempunyai sistem dan ciri-ciri yang khas, adanya majikan. Mayoritas Ahli sejarah membagi gerakan itu pada dua fase, dengan menjadikan tahun 1860 sebagai tanda garis pemisah antara kedua tingkatan itu. Periode dari tahun 1860 hingga dewasa ini seringkali disebut sebagai revolusi Industri ke II.
C. Mengapa di Inggris ?
Dalam pandangan sekilas, sangat mengherankan bahwa suatu kerajaan kecil bukan hanya menjadi pemimpin industri bagi dunia, tapi memegang tampuk pimpinan lebih dari satu abad. Seorang ahli filsafat modern menyatakan bahwa negeri Inggris hingga kira-kira pada abad ke-18 adalah “Negara yang paling miskin di Eropa Barat”. Bahkan pada zaman pertengahan Inggris merupakan sudut yang terbelakang dalam kesatuan politik dan ekonomis Eropa, sebuah pulau terpencil di tepi barat. Jumlah penghuninya tidak mencapai empat juta (sedangkan Perancis lebih dari 20 juta). Dalam abad ke-XI pengaruh kebudayaan Perancis untuk sementara meningkat (William the Conquerer), tetapi tradisionalisme dan isolasionisme penghuni pulau itu segera mempertahankan diri, yang mewujud antara lain dalam usaha mengembangkan susunan kenegaraan yang khusus.
Dalam bidang ekonomi, sifat-sifat agraris sangat amat kuat. Tidak ada kota yang penting selain London, dan armada dagangpun tidak punya. Meskipun pulau itu dikunjungi sejumlah kapal asing, alasannya hanya karena pulau itu kaya domba. Bulu domba dari Inggris merupakan bahan mentah utama bagi pusat-pusat besar industri kain wool dikota-kota Vlaanderen dan Italia Utara. Pernah ada raja yang berusaha untuk mendirikan industri itu di Inggris dengan mengundang tukang-tukang dari daratan Eropa. Tetapi usaha ini tidak sesuai dengan kepentingan pedagang yang menjadi kaya dari ekspor. Walaupun demikian terdapat juga industri kecil-kecilan di beberapa propinsi, tetapi hanya untuk keperluan sendiri, sebab produksinya terlalu kasar dan sederhana untuk bisa bersaing dengan kain halus dari luar negeri.
Akan tetapi disamping itu ada beberapa faktor yang menguntungkan bagi Inggris, antara lain : Pertama; Dalam realitanya Inggris paling beruntung dari revolusi perdagangan. Sekalipun pada tahun 1750 Prancis mempunyai perdagangan luar negeri 25% lebih besar dari perdagangan luar negeri Inggris. Perlu dicatat bahwa penduduk Prancis paling tidak tiga kali lipat dibandingkan dengan penduduk Inggris. Selain itu, Prancis sudah sampai pada batas keluasan imperiumnya, dan sebagian besar keuntungan perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk peminjaman dan pajak untuk membiayai tentara yang sangat mahal dan istana yang megah. Sebaliknya Inggris baru pada tangga pertama dari abad keemasan dari kekuasaan dan kekayaaan. Ia telah memperoleh koloni-koloni yang sangat berharga dibelahan dunia sebelah Barat, dan segera menggabungkan supremasi imperium dan perdagangannya dengan mengalahkan Prancis pada perang tujuh tahun.
Lebih dari itu, sebagian besar dari keuntungan yang diperoleh Inggris dari perdagangan luar negerinya dipergunakan untuk penanaman modal yang produktif. Dibandingkan dengan lainnya pemerintahnya adalah bebas dari korupsi dan pengeluaran untuk kemewahan. Ongkos untuk memelihara militernya adalah lebih kecil dibandingkan dengan Prancis, dan penghasilannya lebih efisien dihimpun, sebagai akibatnya, pedagang dan pemilik kapalnya dibiarkan memiliki saham yang lebih besar dari penghasilan yang lebih menguntungkan.
Kedua : Inggris adalah bangsa kapitalis terkemuka. Tidak mengherankan bila hal ini terjadi di Inggris. Pada permulaan abad ke-18, tidak ada negara manapun yang memiliki perseroan kapital perdagangan yang lebih maju ketimbang Inggris. Perdagangan obligasi diatur sebagai perdagangan yang sah ketika The London Stock Exchange (Bursa Efek London) diresmikan pada tahun 1698. Pada tahun 1700 London mampu berkompetisi dengan Amsterdam sebagai kota uang dunia. Disamping itu Inggris memiliki sistem bank yang paling baik di Eropa. Pada puncaknya adalah Bank of England yang didirikan pada tahun 1694. Sekalipun didirikan dengan tujuan untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah, bank itu diatur sebagai bank swasta.
Ketiga : Faktor-faktor politik dan sosial tidak kalah pentingnya pada permulaan Revolusi Industri di Inggris. Meskipun pada saat itu pemerintah Inggris jauh dari demokratis, namun paling tidak lebih liberal dibandingkan sebagian besar pemerintahan di Kontinen. Revolusi Agung tahun 1688-1689 telah berjasa besar untuk menegakkan konsepsi kedaulatan terbatas. Doktrin itu sekarang secara luas diterima, bahwa kekuasaan negara tidak boleh melampaui batas melindungi hak alami dari manusia untuk kebebasan dan menikmati kekayaan. Di bawah pengaruh doktrin ini, Parlemen membatalkan hukum lama yang memberikan monopoli khusus dan campur tangan dengan kompetisi yang bebas.
Selanjutnya mulailah dilakukan politik merkantilistis yang ketat. Tetapi dibandingkan dengan merkantilistis Portugal, Spanyol, dan Perancis (dalam abad ke-XVI dan XVII), raja Inggris tidak cukup absolut kekuasaannya untuk menjalankan merkantilisme yang semata-mata fiskal (untuk menambah perbendaharaan raja). Untuk mendapat pengertian dan dukungan yang lebih umum, maka didirikanlah kompeni-kompeni bermonopoli untuk berdagang dengan laut Baltik (dimana perserikatan Hansa sangat diperlemah), dengan Levant (bagian timur laut tengah), dengan India dan China, dan terutama dengan kepulauan-kepulauan di teluk Meksiko (India Barat) serta koloni-koloni di Amerika Utara. Pada pertengahan abad ke-XVII Inggris merasa siap untuk menentang perkapalan dan angkatan laut saingannya (terutama Belanda) dengan memaklumkan “Navigation Acts”-nya dan sejumlah perang lautan.
Dalam rangka perluasan perdagangan serta industri dan peningkatan kemakmuran, maka bulu domba dan industri kain bulu domba tetap memainkan peranan yang sangat penting. Hal ini memperkuat usaha-usaha tuan tanah yang disebut “Revolusi Agraria Pertama “ dan yang telah dimulai pada abad ke- XV ketika ekspor bulu domba ke daratan Eropa meningkat. Seorang tuan tanah pada umumnya mempunyai hak atas sepertiga dari tanah suatu desa. Tetapi bagian ini terpencar diantara bagian-bagian kaum tani dan dikerjakan oleh para petani itu dengan cuma-cuma, sedangkan tanah mereka sendiri dipajaki. Dalam menggarap tanah dan menyelenggarakan peternakan (domba) kaum tani masih menggunakan cara-cara kolot dan sikap acuh tak acuh. Maka banyak tuan tanah (tentu saja dalam wilayah yang bersangkutan erat dengan pemeliharaan domba) minta persetujuan parlemen (yang mereka kuasai) untuk mempersatukan tanah bagian mereka yang tersebar. Ini berarti memotong wilayah desa dalam tiga bagian: sepertiga untuk tuan tanah dan yang dua pertiga dibagikan diantara kaum tani.
Keempat : Faktor lain yang juga menguntungkan Inggris adalah kondisi udara kepulauan Inggris yang lembab sangat menguntungkan untuk produksi pakaian dari kapas, karena benangnya tidak mudah rusak dan putus manakala dipintal oleh mesin. Selain itu, sistem gilda dalam produksi dan peraturannya yang banyak selamanya tidak pernah tertanam di Inggris, sebagaimana yang terjadi negeri-negeri Kontinental. Bahkan peraturan-peraturan yang ditetapkan dibuang, terutama di negeri-negeri sebelah utara, pada akhir abad ke-17. Inilah yang menjadi salah satu alasan pokok mengapa revolusi industri mulai di Inggris Utara, tidak di daerah-daerah dekat Kontinen. Disamping itu, adanya pemerataan kekayaan daripada negeri-negeri yang lain, maka orang-orang yang mempunyai dapat memusatkan perhatiannya pada kwantitas produksi yang besar, dari bahan yang murah dan biasa lebih daripada membikin barang-barang mewah yang terbatas.
D. Wujud Revolusi Industri.
Revolusi industri, pertama kali, ditandai dengan penggunaan mesin untuk pabrik pemintalan kapas. Dari tahun 1760 sampai 1870 banyak disaksikan penggunaan mesin-mesin ini. Salah satu ikhtiar yang dikembangkan adalah mesin pemintal benang yang diberi nama “Jenny” yang diciptakan James Hargreaves, pada tahun 1767, yang diambil dari nama istrinya. Hanya saja, mesin ini ternyata tidak kuat, sampai di temukannya kerangka air oleh Ricard Arkwight dua tahun kemudian. Pada tahun 1779, Samuel Croupton menggabungkan alat pemintal “Jenny” dengan karangka air menjadi sebuah mesin yang diberi nama “Mule”. Salanjutnya, ditemukan juga mesin tenun oleh Cartwright pada tahun 1785 yang disempurnakan beberapa tahun kemudian.
Penemuan-penemuan ini, pada gilirannya mendorong munculnya sistem pabrik. Sebab, mesin pemintal benang, kerangka air, penggulung benang dan lainnya adalah mesin-mesin besar dan berat yang tidak bisa dipasang dikedai yang dioperasionalkan oleh seorang pekerja. Artinya, disini perlu dana dan lahan yang besar. Untuk itulah, maka pada pertama kalinya, tahun 1771, Ricard A, penemu mesin kerangka air, mendirikan sebuah pabrik.
Pada perkembangan selanjutnya, dengan ditemukan mesin uap yang bisa dipergunakan sebagai penggerak mesin berat, sistem pabrik menjadi semakin berkembang. Lebih dari itu, pada akhir abad ke 18, mesin-mesin temuan baru tersebut bahkan telah menjadi faktor dan alat utama dari sebuah sistem pabrik, yang pada gilirannya juga memberi pengaruh pada organisasi kerja. Cara kerja mesin dalam sebuah pabrik menjadi keharusan, sekaligus komplek, ruwet dan tentu mahal. Pada gilirannya, sistem kerja mesin-mesin dalam pabrik ini kemudian melahirkan temuan-temuan mesin baru yang mendorong lahirnya industri-industri besar berikutnya.
Pada tarap berikutnya, munculnya industri-industri besar hasil penemuan mesin-mesin “sederhana” sebelumnya, melahirkan penemuan dalam bidang tranportasi, kereta api, kendaraan bermesin (otomobil), navigasi uap (kapal uap), telegram dan alat-alat pertanian. Kenyataan ini, pada gilirannya juga melahirkan industri baru untuk mendukung penemuan-penemuan tersebut.
E. Revolusi Industri Kedua.
Setelah berjalan satu abad, sekitar tahun 1860, Revolusi Industri memasuki fase baru yan berbeda dari apa yang sudah lalu, yang dikenal sebagai Revolusi Industri tahap kedua. Kejadian-kejadian yang terjadi pada periode itu terutama ada tiga hal : perkembangan proses Bessemer dalam membikin baja pada tahun 1856; penyempurnaan dinamo kira-kira pada tahun 1873; dan penciptaan mesin pembakaran di dalam pada tahun 1876. Perbedaan antara Revolusi Industri tahap kedua ini dibanding tahap pertama adalah, (1) adanya penggantian baja ditempat besi sebagai bahan industri pokok; (2) penggantian batu arang dengan gas dan minyak sebagai sumber pokok tenaga dan penggunaan listrik sebagai bentuk pokok tenaga industri; (3) perkembangan mesin otomatis dan peningkatan yang tinggi spesialisasi buruh; (4) penggunaan campuran dan metal yang ringan dan hasil industri kimia; (5) perubahan radikal dalam transportasi dan komunikasi; (6) pertumbuhan bentuk-bentuk baru organisasi kapitalis; dan (7) tersiarnya industrialisasi di Eropa Tengah dan Timur dan bahkan di Timur Jauh. Satu dua kalimat rasa-rasanya perlu diberikan untuk menjelaskan setiap perkembangan yang penting itu.
Penutup.
Pada bagian ini ada beberapa hal yang patut dicatat dan dijadikan renungan.
1. Lahirnya revolusi industri dilatarbelakangi oleh munculnya masyarakat kelas menengah yang memegang sektor ekonomi yang mampu bersaing dengan kaum feodal tuan tanah. Dalam kaitannya dengan masa sekarang, jika kita ingin bangkit menjadi negara besar berarti harus meningkatkan dan memperdayakan masyarakat kelas menengah. Ekonomi tidak boleh hanya dipegang oleh beberapa gelintir konglomerat tetapi harus diratakan diantara masyarakat, yakni kelas menengah. Kelompok ini harus menjadi meyoritas dalam sebuah negara, sehingga terjadi pemerataan dan kemakmuran.
2. Bahwa Inggris bisa menjadi pioner industri, setidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, adanya pemerintahan yang bersih dan profesional, clean goverment, yang mampu mengarahkan atau menginvestasikan kekayaan negara pada sektor-sektor yang benar-benar bermanfaat dan kongkrit, bukan pada sektor-sektor “luas” yang belum jelas hasilnya. Kedua, adanya persaingan pasar yang sehat pada pelaku ekonomi, tanpa adanya proteksi-proteksi atau monopoli-monopoli dari fihak-fihak tertentu. Ketiga, adanya kondisi dan sumber alam yang mendukung.
Ini bisa menjadi pelajaran bahwa dalam rangka meningkatkan ekonomi nasional kita yang terpuruk akhir-akhir ini, kondisi pasar yang baik dan sehat adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan, disamping dukungan sumber alam yang baik. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terciptanya pemerintahan yang bersih dari KKN yang mampu memberikan arahan dan dukungan bagi terciptanya kemakmuran bersama. Kenyatannya, tanpa adanya clean goverment dan persaingan pasar yang sehat, Indonesia tetap saja miskin meski mempunyai sumber alam yang melimpah dan subur.
3. Perjalanan atau wujud dari revolusi industri ternyata dimulai dari bawah, dari mesin-mesin ringan dan sederhana, kemudian berkembang kepada mesin-mesin berat dan besar. Artinya, dalam mencapai high tecnology, saat ini, kita hendaknya memperkuat basis industri kecil dulu yang sesuai dengan ketubuhan dan kemampuan masyarakat. Tidak bisa langsung dengan mesin besar dan berat, karena hal itu belum tentu terjangkau dan sesuai dengan kemampuan SDM masyarakat kita yang umumnya masih agraris. Disini perlu realistis, berjalan secara gradual, tahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan SDM yang ada.
4. Bahwa lahirnya industrialisasi di Inggris tidak hanya berpengaruh dalam bidang ekonomi tetapi juga berdampak pada kehidupan sosial, politik, budaya dan bahkan agama. Kenyataannya, munculnya industri besar telah membuat Inggris menjadi negara besar dan kuat, dalam bidang sains, budaya, teknologi. Artinya, ini juga menjadi peringatan bahwa kemajuan sains dan teknologi pasti mempunyai efek samping, baik atau buruk, disukai atau tidak, sehingga kita mesti juga memperhatikan masalah ini [.]
Daftar Pustaka
Edward McNall Burns, Western Civilizations Their History and Their Culture, Edisi ke-5 Chapter: 23, New York, 1958
Flinn, MW, Origins of the Industrial Revolution, London, 1967
Geoffrey Barraclough (edit), The Times Atlas of World History, Times Books, 1984
Hartwell, RM, The Industrial Revolution in England, London, 1966
Hobsbawn, EJ, Industry and Empire, Harmondsworth, 1969,
Jacques Godechot, Revolusi di Dunia Barat (1770-1799), penterj. Tim Penerjemah Pusat Kebudayaan Prancis Surabaya, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1989
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1996
Mantoux, The Industrial Revolution in the Eighteen th Century, Reprint New York, 1961
Marbun, BN, Kamus Politik, Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1996
Meulen, SJ, dan W.J.van der, Belajar dari Lahirnya Industrialisasi di Eropa, (Jakarta : Yayasan Kerjasama Perguruan Tinggi Katolik, tth
Romein, JM, Aera Eropa : Peradaban Eropa sebagai Penyimpangan dari Pola Umum, penterj. Noer Toegiman, (Bandung-Jakarta-Amsterdam, Ganaco N.V, 1956
Sardar, Ziauddin, Sains, Tekhnologi dan Pembangunan di Dunia Islam, Judul Penterj. Rahmani Astuti, (Bandung : Penerbit Pustaka, 1989
_________, The Quest of a New Science, paper yang dikemukakan dalam CNAM Colloque, 4-6 Desember, 1975, Paris.