Sejarah Peradaban Hindu
1.Kedatangan Bangsa Arya. Nama arya berarti bangsawan atau tuan, yang terdapat dalam bahasa persia dan india. Perpindahan Bangsa Arya di India terjadi bertahap-tahap, dan tidak terjadi langsung dengan gelombang besar. Waktu yang dibutuhkan juga membutuhkan waktu yang berabad-abad, itupun sambil membawa keluarga mereka.
Pada masa tertentu, ada sekelompok yang nampaknya begitu kuat yang memasuki India. Hal ini dibuktikan pada penggalian di Harappa yang menyatakan bahwa kota Harappa takluk dengan kekerasan, karena banyak ditemukan tumpukan mayat di Harappa. Selain itu kerusakan di dinding kota, yang semuanya disinyalir Harappa di hancurkan oleh Bangsa yang gagah berani. Pendirian ini juga diperkuat dengan pernyataan buku Weda yang mengatakan bahwa bangsa Hariyupuja yang dikalahkan oleh orang-orang Arya dengan bantuan, dan tentu Haruyupura itu dapat kita anggap sama dengan budaya Harappa.
Perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung pada satu masa yang berabad-abad lamanya dapat juga dibuktikan kalau dibandingkan syair-syair Weda yang tertua dengan yang terkemudian. Penyelidikan ini menyatakan bahwa mula-mulanya sungai Indus dianggap oleh orang Arya sebagai sungai yang keramat dan menjadi sumber dari sekalian kebaikan bagi orang Arya.
Tetapi pada masa Doab Gangga-Jumna menjadi pusat kebudayaan brahma, maka ternyata bahwa seluruh daerah Indus dan Punjab sudah dilupakan oleh orang-orang Arya, dan bahkan buku-buku seperti Weda dan Upanisad seakan-akan melupakan kesucian sungai Indus. Orang-orang Arya merupakan bangsa yang suka yang berpetualang pada saat itu.
Nampaknya kedatangan bangsa Arya berbarengan dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan bangsa Arya. Dalam beberapa berita-berita peperangan raja Persia menaklukan Punjab dan Sindh tahun 516 SM, dan raja tersebut mempunyai beberapa prajurit dari kalangan orang-orang India. Sedangkan kita tahu bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang berasal dari Asia Barat.
|
Sejarah Peradaban Hindu |
2.Pengaruh Bangsa Arya. Kedatangan bangsa Arya di India telah memberi pengaruh besar dalam sejarah perkembangan Bangsa India sendiri. Bangsa Dravida yang sebelumnya telah menempati India telah memberi tiga reaksi pasca serangan bangsa Arya. Kelompok pertama adalah mereka yang menolak kedatangan bangsa Arya dengan memberi perlawanan sampai mati. Kelompok kedua yaitu mereka yang akhirnya menyingkir ke daerah selatan, Deccan dan Bihar. Kelompok ketiga adalah yang kemudian melakukan asimilasi dengan bangsa Arya, yang kemudian melahirkan budaya baru.
Fokus penelitian para ilmuan sejarah masih masih berkisar pada budaya yang telah dihasilkan oleh percampuran bangsa Arya dan Dravida tersebut, atau yang kemudian sering dengan kebudyaan Indo-arya. Alasan utamanya adalah bahwa percampuran tersebut selanjutnya melahirkan sistem budaya dan poitik yang lebih mudah untuk dirunut pada sejarawan. Pengaruh selanjutnya dari budaya Indo-arya adalah munculnya perbagai budaya seperti Bahasa Sansekerta, Upacara Keagamaan, dan hal-hal sacral lainnya. Selain itu adalah kemunculan dan berkembangnya Agama Hindu yang menjadi agama terbersar di India sampai sekarang.
Untuk saat ini orang-orang dari bangsa Arya mendiami daerah-daerah sekitar di sebelah utara garis perbatasan yang terletak antara Goa dan Orissa selatan. Ada juga sebagian terletak di sebelah selatan garis tersebut, seperti Hiderabad.
Sebagai bangsa pendatang, Arya memandang orang-orang Dravida adalah sebagai penduduk yang lebih rendah dari bangsa Arya. Namun hal itu tidak menutup kemungkinan Bangsa Arya mengakui bahwa Bangsa Dravida merupakan Bangsa yang kaya yang telah mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang cukup tinggi. Jika dilihat kembali, sistem kepercayaan telah menjadi dasar utama dalam kultur masyarakat India dalam sistem sosial. Eksistensi kasta sebagai pembagian kelas masyarakat India merupakan bentuk nyata yang tidak terhapus begitu saja hingga saat ini. Brahmana sebagai kasta tertinggi di India tetap dipegang oleh bangsa Arya sendiri, sementara Ksatria, Waisya, dan Soudra adalah kelompok sosial yang mesti mengikuti hukum yang telah dibuat oleh para Brahmana.
Pengaruh yang signifikan dari bangsa Arya yang selama ini banyak dikaji adalah munculnya kerajaan bercorak Arya. Proses kultural yang berlangsung hingga abad ke-7 sebelum masehi kemudian melahirkan sejarah politk bangsa India yang sangat panjang. Pada periode ini sumber sejarah India semakin terang dengan pelbagai iniformasi tertulis dari dalam India maupun dari catatan asing. Beberapa kerajaan penting pada masa awal perkembangan Arya adalah Gandhara, Kosala, Kasi dan Maghada. Tetapi sampai sekarang hanya kerajaan-kerajaan yang mempunyai pengaruh besar saja yang dapat diakses dan dikaji. Hal ini karena terbatasnya sumber sejarah yang menerangkan perihal tersebut. Selain itu kita tahu India mempunyai wilayah yang cukup luas, dan tidak memungkinkan dikaji kerajaan-kerajaan yang tersebar di seantero India. Dari sekian banyak kerajaan, mungkin yang dapat diakses dan dikaji karena mempunyai peranan penting dalam perkembangan peradaban di India. Salah satunya adalah Maghada.
Konon pengembangan dan penyebarab agama Budha juga terjadi di daerah Maghada. Tepatnya Benares . Meskipun agama Budha belum sepenuhnya di kenal oleh masyrakat luas. Pada masa kerajaan Maghada terdapat beberapa dinasti yang bergiliran memegang tampuk kepemimpinan di India/Maghada.
2.1. Dinasti Sisunaga. Dinasti Sisunaga merupakan dinasti pertama yang memegang tampuk kepemimpinan di kerajaan Maghada. Dinasti ini setidaknya pernah dipimpin oleh sembilan raja yaitu: Saisunaga, Kakavarna, Kshemadarman, Kshemajit, Bimbisara, Ayatasatru, Darsuka, Udaya, Nandivadana.
2.2. Dinasti Nanda. Dinasti Nanda juga pernah berkuasa atas kerajaan Maghada, tepatnya pada 413-322 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa pada dinasti Nanda juga berjumlah sembilan orang, seperti halnya dinasti Sisunaga. Pada masa dinasti ini banyak sekali ketidakstabilan pada pemerintahan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya raja pada kurun waktu yang kurang dari satu abad. Sehingga pada akhirnya dinasti ini berhasil dikudeta oleh Chandragupta dari Maurya, yang kemudian mendirikan dinasti baru yaitu dinasti Maurya.
2.3. Dinasti Maurya. Pada masa dinasti Maurya merupakan dinasti yang mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta naik tahta dari hasil kudeta yang dia pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah perisnggungan India dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin agung Alexander the great (iskandar zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua tahun sebelum Chandragupta naik tahta. Kedatangan Macedonia tidak hanya mempunyai maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke daerah timur. Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat saja dan tidak meneruskan penyerangan ke arah timur, dan bahkan mereka kembali lagi ke barat (Eropa).
Seperti halnya daerah-daerah timur yang lain, pasca ekspansi bangsa barat adalah kemunculan budaya hellenisme. Yaitu perpaduan budaya timur dengan budaya barat. Sejak masa tersebut semakin terbuka hubungan barat dengan dunia timur. Hal inilah yang kemudian mendorong India semakin menjelma menjadi pusat peradaban penting dunia. Banyak ilmuan yang kemudian datang dan pergi di India. Hal yang juga patut dicermati adalah pada masa itu sejarah India telah ditulis oleh salah satu kaki tangan Alexander the great yang selalu mengirinya kemanapun dan kapanpun ia pergi.
Chandragupta naik tahta pada masa dan saat yang penting. Yaitu beberapa saat pasca kematian Alexander the great, sehingga dengan sekuat tenaga akhirnya dia berhasil menguasa daerah-daerah yang tadinya dikuasai oleh Macedonia, dan bahkan Chandragupta berhasil menjalin hubungan dengan musuh Iskandar Zulkarnain, Seloucos Nicator (penguasa Yunani di Asia Barat). Persahabatan ini memberi peran penting dalam menggambarkan situasi Maghada pada saat Chandragupta. Penguasa yunani tersebut banyak membantu Chandragupta dalam menulis sejarah India. Penulis hasil bantuan penguasa Yunani tersebut banyak menggambarkan keindahan dan keelokan Maghada yang terletak pada lembah sungai Gangga.
Akhir hayat Chandragupta diakhiri dengan beberapa catatan penting. Ia merupakan raja yang disegani kawan maupun lawan, rakyat dan juga umum. Sebagi para umumnya raja, dia mempunyai Bayangkari, yaitu pasukan khusus pengawal raja yang terdiri dari wanita-wanita asing yang berenjata lengkap, yang selalu mengiringi Chandargupta sebagi pasukan berkuda. Selain itu dia juga membuat jalur dari Takshosila kedaerah Bactria. Jalan itu digunakan sebagai jalur perdagangan dan ketentaraan. Pada masanya perdagangan memang sangat maju, bahkan uang Persia dan uang Yunani lebih banyak kelihatan di kerajaannya dari pada uang Chandragupta (India). Dia juga telah mengembangkan perdagangan di laut, meskipun hanya di bagian teluk Persia dan laut Aden saja.
Selain mempunyai pasukan pengawal pribadi, lascar Chadnrgupta merupakan elemen penting bagi kuatnya kerajaan Maghada. Laskar ini mempunyai jumlah kereta dan gajah yang sangat banyak. Jumlah gajah laskar ini berkisar antara 9000 untuk jumah gajahnya dan 30000 untuk jumlah keretanya. Selain pasukan gajah dan kereta, dia juga mengembangkan jumlah infatrinya yaitu sekitar 60000 orang. Laskar-laskar perang berasal dari satu kasta tersendiri. Ketika tidak ada perang, pekerjaan mereka hanya makan dan tidur semata. Tetapi mereka tidak diperkenankan untuk mempunyai banyak harta benda. Ini bermaksud untuk menjadikan laskar-laskar tersebut selalu siap sedia katika di butuhkan kapanpun dan dimanapun.
Chandragupta juga semakin memperkut eksistensi kasta sebagai pola sosial di India pada saat itu. Dia melarang keras perkawinan yang melibatkan kasta yang berbeda. Walaupun banyak kasta yang berkembang di India pada saat itu, Chandragupta dianggap sebagai raja yang giat dan juga adil. Walaupun hukuman yang dijatuhkan cenderung keras, tetapi dia tidak banyak menjatuhkan hukuman. Hukuman sebatas dijatuhkan bagi mereka yang benar-benar melanggar aturan kerajaan.
Chandragupta juga melakukan penaklukan terhadap daerah-daerah seperti Archosia (Kandahar), Paropanisadae (Kabul), Asia (heart), Gedrosia (Baluchistan) dan meminta daerah-daerah tersebut untuk mengembalikan gajah-gajah perang India yang berjumlah sekitar 500 gajah.
Masa kejayaan kerajaan Maghada adalah pada masa pemerintahan Asoka. Ashoka Vardhana memerintah India (Maghada) tahun 272-232 SM. Ashoka mempunyai ketrampilan memimpin kerajaan yang luar biasa hebatnya. Masa Ashoka yang menjadi titik sentral kekuatan kerajaan adalah angkatan perang. Dengan kuatnya angkatan perang Maghada maka Maghada menjadi kerajaan yang disegani kawan maupun lawan. Ashoka juga banyak menakulukan di daerah-daerah sekitar India, seperti Gandara, Kabul, Jonas, Kamboja, Godavari, Krisna, Mysore, Supara dan Girnar, dan daerah-daerah lainnya. Luas kerajaan Maghada saat itu melebihi luas negara India pada saat sekarang.
Selain banyak melakukan penaklukan, Ashoka juga banyak meninggalkan jejak sejarah yang berbentuk tulisan yang kemudian menjadi sumber sejarah yang cukup penting hingga sekarang. Banyak prasasti yang ditinggalkan pada dinding-dinding dan tiang batu yang berisi tentang peristiwa, undang-undang, pesan perdamaian, maupun ajaran dan pesan-pesan ashoka.
Hal menarik yang perlu dikaji pada masa Ashoka adalah berkembangnya agama Budha. Padahal nenek moyang Ashoka adalah penganut setia Hindu. Ia adalah satu-satunya raja yang sangat berperan atas berkembangnya Agama Budha. Dia seakan-akan melawan nenek moyangnya yang selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya. Namun pada akhirnya eksistensi Budha berhasil disingkirkan karena banyaknya aliran yang menolak Budha, terutama dari kalangan Brahmana. Puncaknya adalah kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185 SM.
Pada masa Ashoka terdapat peristiwa besar yang sulit dilupakan oleh para sejarawan. Peristiwa tersebutlah yang akhirnya merubah haluan jalan hidup Ashoka dari penganut Hindu menjadi seorang yang memeluk Agama Budha. Peristiwa tersebut adalah perang Kalingga. Menurut sumber yang ada, Ashoka memipin sendiri perang tersebut. Sebanyak kurang lebih 100.000 nyawa orang Kalingga melayang dan dijadikan budak. Sedangkan masih banyak lagi yang akhirnya mati karena kelaparan. Sejak saat ia berubah haluan, dan tidak mau lagi memakai kekerasan dalam hidupnya. Ia mulai mementingkan Agama Budha seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Meskipun hanya sebagi Upasa (pengikiut atau penganut biasa) saja, dia juga sudah menerapkan larangan berburu hewan, dan tidak boleh menyembelih burung merak dan rusa. Dia juga berusaha menyiarkan hukum Dharma. Salah satunya adalah dengan mengangkat pegawai-pegawai tinggi yang dinamakan Dharmamahamatra yang harus berkeliling diseluruh kerajaan sekali dalam lima tahun. Tugas ini dianjurkan guna melakukan urusan agama pada kalangan rakyat yang meliputi putra-putra raja, kaum bawah dan bahkan mereka yang masih berada dalam penjara. Selain
Dharmamahamatra ada juga pegawai yang dinamakan Rajuka. Tugas mereka terutama terletak pada lapangan kemasyarakatan, sebab mereka harus memajukan mutu kesusilaan rakyat, kamakmuran, dan merekapun bertindak sebagai hakim pada daerah-daerah tertentu. Selain itu ada juga pegawai yang diangkat bertindak sebagai penagih pajak dan sekertaris, mereka semua dari kalangan Budha Ashoka sendiri juga sering melakukan perjalanan-perjalanan panjang. Yaitu sekali dalam 10 tahun. Perjalan ini dinamakan Dharmayatra, yang dalam satu kali perjalanan biasanya memerlukan 256 hari.